Mohon tunggu...
Moh. Samsul Arifin
Moh. Samsul Arifin Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka membaca dan menulis apa saja

Saya suka menulis, dan membaca apa saja

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Koran Vs Algoritma Search Engine: Lebih Baik Mana?

14 Januari 2021   22:15 Diperbarui: 14 Januari 2021   22:20 2760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koran Vs Algoritma Mesin Pencari: Analisis Masa Depan Integritas Bangsa

Sejak SD kita biasa membaca berita, bagi yang tak berlangganan koran, biasanya kita membacanya di majalah dinding sekolah. Bagi saya pribadi, yang paling diincar adalah berita Real Madrid, meskipun rubrik olahraga menyuguhkan berita klub lainnya. Sekarang berita ada dimana-mana, selama ada koneksi internet, apa saja kita bisa baca. 

Setelah Johann Corolus menerbitkan surat kabar pertama di dunia yang disebut Relation aller Frnemmen und gedenckwrdigen Historien sekitar 400 tahun yang lalu (Wikipedia), koran selanjutnya menjadi budaya manusia baru yang memengaruhi perkembangan peradaban menusia akibat meratanya informasi dan kesadaran akan membaca dan berilmupengetahuan di masyarakat dunia. Globalisasi hanya terjadi jika kran informasi terbuka lebar, kearifan lokal, dunia ekonomi dan politik terus berkembang.

Sebut saja Karl Marx, setelah melihat revolusi industri abad XVIII begitu memilah strata sosial, bahwa setelah ditemukannya mesin uap dan segala otomatisasi yang lain menciptakan kepincangan ekonomi yang luas, pemilik modal akan terus berkuasa dan rakyat jelata akan terus sengsara karena tidak punya pilihan lain selain bekerja pada kaum borjuis, lebih umum kita sebut "yang kaya makin kaya dan yang tak punya makin tak berdaya" membuat ia mencetuskan sistem ekonomi yang kita kenal dengan istilah sosialisme. Juga, kesadaran kita akan hak asasi manusia, hak berbangsa dan berbegara, kesadaran akan merdeka pun sangat dibantu oleh arus informasi yang benar dan luas terbuka.

Koran, sebagai kanal informasi massa telah benar-benar menjadi budaya baru bagi manusia. Namun seperti halnya sistem ekonomi, informasi juga sudah berdan dan cantik dan lebih menarik. Kemajuan teknologi kita seperti terus berbenah dan berusaha memberikan yang terbaik. Yang dahulu surat kabar hanya kita baca tiap hari, kini informasi diperbarui tiap menit. Yang mulanya kita hanya membaca dan melihat gambar, kini melalui gawai kita mendapatkan berita lebih nyata karena dilengkapi video (informasi audio visual) dan fitur mesin pencari telah membuka batasan-batasan informasi yang ingin kita ketahui.

Tapi jangan bersyukur dulu, beberapa poin di atas mungkin sudah menggambarkan kenikmatan kita selaku pembaca sudah terpenuhi. Benar jika internet menyatukan kita semua dalam beberapa hal, tapi di sisi lainnya justeru memisahkan kita secara diam-diam tapi berdampak buruk dan besar.

Setelah beberapa kali membaca berita Real Madrid melalui browser di gawai kita, selanjutnya dengan otomatis berita lain tentang Real Madrid akan lebih sering tampil sebagai rekomendasi berita pilihan. Bahkan, sesudah mencari merk handphone A di mesin pencari, di akun-akun media sosial pun iklan handphone tersebut akan muncul berkali-kali juga, dan begitu seterusnya. Ini disebut algoritma, sebuah sistem yang mempelajari apa yang sering kita cari, dan selanjutnya akan memberikan rekomendasi informasi serupa untuk kita baca lagi.

Bagi pengguna, ini bermanfaat untuk mengelompokkan 'apa yang disukai' atau personalisasi informasi, sehingga pengguna tidak sulit dalam mencari berita-berita yang diminatinya. Bagi perusahaan telekomunikasi (mesin pencari dan perangkat lainnya), ini dibuat untuk memenuhi Bias Konfirmasi, yaitu suatu kecenderungan bagi orang-orang untuk mencari bukti-bukti yang mendukung pendapat atau kepercayaannya serta mengabaikan bukti-bukti yang menyatakan sebaliknya. 

Ini juga bermanfaat agar layanan mereka benar-benar membantu pengguna, menjadi sedekat mungkin secara emosional dengan pengguna yang akhirnya menciptakan ketergantungan pada layanan tersebut. Apa dampak buruknya, bukankah yang dijabarkan adalah sebuah pencapaian prestasi manusia dalam membentuk peradabannya sendiri. Bahwa kita hidup di jaman yang mengerti akan kebutuhan informasi masing-masing individu.

Kita belum menyadari, selain dampak yang kelihatannya positif itu, kita sekaligus telah terjebak dalam disintegrasi informasi, terpisah-pisah dan individualis. Algoritma, membuat kita tanpa sadar menjauhi informasi lain yang penting dan dibutuhkan karena hanya akan memberikan 'apa saja' yang kita sukai. Ini bisa dibuktikan dengan dua akun media sosial baru, akun A mencari informasi tentang Amir yang relijius (samaran) dan ide politiknya yang ke-kiri-kirian, sedangkan akun B mencari informasi tentang Wahid (samaran) yang punya pandangan moderat dan selalu berbeda pendapat dengan si Amir. 

Setelah dua puluh kali membaca masing-masing tokoh tersebut di akun-akun berbeda, akun A dan akun B akan selalu menampilkan rekomendasi informasi berbeda pula. Akun A dipenuhi berita negatif pemerintahan bahkan sering nekat berani mengobarkan gerakan revolusi, dan akun B sebaliknya, akan terus menawarkan informasi yang bertentangan dengan cara pandang Amir dan pendukungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun