Langsung saja sebagai kasir, penulis menghampiri si pelanggan yang merubah pesanan tersebut untuk meng-cross check apakah benar si pelanggan melakukan hal yang demikian.
Ternyata memang benar, setelah memperhatikan wajah dan mengingat orang (penulis tidak gampang ingat wajah orang), dia-lah yang merubah pesanan.
Lantas penulis kembali ke meja kasir dan berkata kalau memang benar orang yang duduk di bawah tersebut yang merubah pesanan.
Untungnya dari karang taruna bersikap mengalah dan legawa serta memilih untuk sedikit rugi ketimbang banyak perdebatan kusir dengan pelanggan.
Kalau melihat konteks benar-salah, maka agak sulit menilainya. Sebab si pelanggan mungkin merasa pesanan masih belum dibuat, padahal sudah. Dan si barista yang sudah membuat tetapi cancel order.
Terlepas dari hal itu semua, yang penulis tekankan adalah seharusnya ketika terjun magang atau bekerja dalam sebuah tempat, profesionalisme dan komunikasi dengan tim adalah hal yang utama.
Seharusnya kasir itu memiliki sifat tegas, dengan cara berkata "mohon maaf pesanan sudah dibuat.". Lalu  kasir itu harus teliti dalam soal mengelola uang dan nota, dan beberapa hal yang lain.
Sebab, sebenarnya minus atau tidaknya penjualan sebuah perusahaan itu tergantung tim kasir dan pihak tim akuntan yang menghitung laporan hariannya. Kalau tim kasir dan akuntan (biasanya jadi satu, kasir saja) itu teliti, maka minus penjualan tidak akan terjadi.
Memang minus dalam penjualan juga beberapa terjadi bahkan dalam sebuat toko retail berskala nasional. Ya kalau rugi, tentu dari tim kasir yang menanggung kerugiannya.
By: M. Saiful Kalam
Source: Pengalaman Pribadi