Ditambah lagi, teman dekat si Doni adalah tipe teman yang toxic. Artinya, temannya itu cenderung malas dan meremehkan target perusahaan. Dan kalau ada satu saja teman mereka kelihatan niat di pekerjaannya, dicemooh.Â
Perlu diketahui, kerja di sales aplikasi menuntut individualitas yang tinggi. Maksudnya apa? Ya jangan berharap kalau kamu akuisisi bareng temannya, kamu bisa seenaknya saja minta tolong temanmu untuk membantu targetmu.Â
Ingat, mereka sama-sama punya target. Jadi ya bersikap profesional saja.Â
Kalau alasan si Doni itu resign karena tidak betah, ini termasuk tidak make sense. Kerjanya terbilang mudah. Memang kerja di sales manapun, menuntut agar hatinya kuat seperti baja.Â
Ya itu udah resiko pekerjaan. Kalau orang tidak minat produk Anda, maka tidak perlu dipaksa. Sakit hati ya memang, tapi itulah resikonya.Â
Kedua, resign karena bad attitude, alias lebih tepatnya di-cut (PHK). Bad attitude ini bisa dari banyak hal. Contoh yang paling kecil saja yaitu masalah komunikasi.Â
Ketika leader atau atasanmu chat di grup dan memberikan instruksi. Beberapa orang yang ada di sana hanya diam tanpa merespon sama sekali. Akibatnya apa? Ya si karyawan tersebut dipecat begitu saja.Â
Masak ada orang memberi perintah untuk menulis hasil laporan kerja harian, tapi tidak ditanggapi. Itu artinya, si karyawan tersebut yang tidak membalas chat, dianggap tidak bekerja di hari itu atau libur.Â
Lah ngapain karyawan itu ada digrup kalau enggak bekerja dan memberi laporan? Ya pantas saja ia dipecat.Â
Terus ada yang kontras daei contoh di atas. Ada seorang sales aplikasi yang berpengalaman. Tapi sayang ia dipecat karena bad attitudenya. Mau tau alasannya kenapa? Alasannya sederhana, karena ia membandingkan timnya dengan tim lain, alias ia punya sifat meremehkan.Â
Si Doni, ia ahli di bidang sales. Kemudian, ketika ia meminta slip gaji kepada atasannya di grup. Karena slow respon dari leadernya, akhirnya ia komen seperti ini,Â