Referensi: pengalaman temanÂ
Kalau Anda bekerja sebagai HRD, pasti akan menemukam berbagai persoalan karyawan yang Anda rekrut. Mulai dari permasalahan remeh hingga besar, HRD pasti tahu ceritanya.Â
Apalagi kalau HRD yang udah berpengalaman selama puluhan tahun. Tentu ketika ada pelamar yang masuk, ia pasti bisa memprediksikan apakah karyawan yang masuk bisa bekerja maksimal atau tidak.
Beberapa kejadian memang ada ritmenya. Maksudnya, setiap orang itu memiliki kesamaan. Jadi kalau misal orang A punya sifat A, ya ada orang C yang punya sifat A. Orangnya berbeda, tapi sifatnya mirip. Hal seperti itu yang menjadi makanan sehari-haei HRD.Â
Yang tambah herannya lagi, ada job desk pekerjaan yang sebenarnya itu terbilang mudah dan gaji juga lumayan. Tapi anehnya masih aja ada orang yang resign dan beberapa kena cut sebab bad attitudenya.Â
Coba bayangkan pekerjaan sales aplikasi. Si karyawan ditarget cari 7 orang sehari dan digaji 3 juta, misal. Kok ya masih ada orang yang sudah berhasil lamaran pekerjaannya, lalu resign dan out begitu saja. Itu tidak hanya satu dua, banyak kejadian.Â
Kemudian, penulis mencoba mengaitkan dan menganalisis setiap alasan resign dari setiap pelamar yang sudah diterima. Beberapa alasan mengapan orang resign sebagai berikut, (ada yang make sense dan ada yang tidak)Â
Satu, keluar karena tidak betah. Pekerjaan seperti sales aplikasi menuntut si karyawannya agar bisa capai target harian. Si karyawan ini, sebut saja Doni, tidak betah karena jam kerja dan tempatnya yang tidak pasti. Juga karena kondisi teman yang tidak baik.
Maksudnya begini. Memang kerja sebagai sales aplikasi menuntut si karyawannya agar bisa luwes dan fleksibel. Artinya, ia harus pandai-pandai mencari relasi yang bisa membantunya dalam mencapai target.Â
Misal ia akuisisi orangnya di area cafe. Maka, ia harus kenal dan punya izin dari pemiliknya.Â
Memang benar jam terbang dan tempat bagian sales aplikasi itu bebas. Tapi kebebasan tersebut tetap menuntut agar bisa tanggung jawab.Â