Mohon tunggu...
M. Saiful Kalam
M. Saiful Kalam Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ekonomi

Calon pengamat dan analis handal

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kalau Mau Kaya, Jangan Jadi Penulis!

4 September 2021   12:34 Diperbarui: 22 November 2021   22:48 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Referensi: artikel terkait

Mungkin judulnya terkesan nyentrik dan aneh daripada umumnya. Tapi yang penulis tekankan, saya tidak bermaksud untuk merendahkan motivasi untuk menulis. 

Bahkan, saya sangat mendewakan bahwa menulis itu salah satu aplikasi dari ilmu tingkat tinggi. Sebab, kalau tulisan kita benar dan fakta, maka akan menjadi sebuah kekuatan yang besar untuk merubah dunia.

Oke, kali ini saya akan berfokus pada job sebagai penulis. Banyak dilema yang penulis alami, bahkan sekelas penulis nasional tidak sanggup mencukupi kehidupannya hanya dengan menulis. Apakah itu benar? Mari kita cermati di bawah.

Ada dua penulis nasional yang kali ini saya cermati. Pertama yaitu penulis novel legendaris yang berjudul "Hafalan Sholat Delisa", bahkan judul novelnya pernah diangkat menjadk fim dan berhasil meraih jutaan views kala 2005 itu. Siapa dia kalau bukan Tere Liye.

Tere Liye selain punya banyak karya tulis yang hebat, diketahui ia juga sebagai akuntan di sebuah perusahaan. Baginya, menulis itu adalah sebuah hobi, dilain hal traveling adalah juga hobinya.

Penulis kedua yaitu tokoh yang terkenal dengan karya monumental yang berjudul "Ayat-Ayat Cinta". Juga buku novel cinta-religi tersebut difilmkan dan berhasil meraih jutaan views pada kala 2008 itu.

Diketahui Habiburahhman El-Shirazy, atau biasa yang disebut Kang Abik, beliau meruapakan dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta.

Dari dua kisah di atas, tentu dong kita boleh bertanya dalam hati, "Kenapa sih mereka kok tetap bekerja meski punya banyak karya tulis yang best seller."

Jawabannya sederhana, karena royalti yang diberikan partner penulis tidak mencukupi kebutuhan hidup mereka. Apalagi, kita tahu kalau sudah kondisinya berkeluarga, bahkan kita harus bekerja bahkan di dua atau tiga tempat. Tentu agar semua kebutuhan hidup bisa terpenuhi.

Sedangkan penulis? Analogi sederhanaya begini. Kita bisa hidup katakanlah dapet gaji minimal 2 juta perbulan. Kalau di penulis, biar bisa dapet dua juta kan minimal terjual buku setidaknya 100 buku, kalau mengambil untung 20 ribu tiap bukunya. 

Berarti, setahun kan minimal 1200 buku yang terjual. Pertanyaan selanjutnya, apakah jumlah pembeli tiap bulan itu bisa sampai 100 semua? Ya ada yang bisa ada yang tidak.

Nah, ini opini penulis yang selanjutnya (boleh setuju boleh tidak). Menurut saya, menulis itu bukan profesi, melainkan hobi. Kalau mau mencukupi kebutuhan hidup, maka ya harus jadi entai itu pegawai negeri, karyawan di perusahaan swasta, ataupun berdagang. 

Kalau mau mengambil contoh dari ketiga hal tersebut, banyak dijumpai. Coba kita lihat sekitar kita. Ada penjual di pasar sata pagi hari, kemudian ada kedai kade yang buka malam hari, ada yang kerja kantoran pulang sore hari kadang masih ada kerja lembur, ada yang kerjanya jadi guru pulang sore. 

Pertanyaannya, apakah mereka bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka? Jawabannya pasti bisa. 

Jadi, kalau mau kaya ya jangan jadi penulis. Mau kaya ya kerja yang keras, dagang yang jujur, mengabdi yang benar dan lain sebagainya. Karena ya memang kondisinya seperti ini.

Kita bekerja kan untuk sebuah perusahaan agar bisa membantu tujuan perusahaan, makanya bekerja di perusahaan itu bisa mencukupi kebutuhan hidup kita. Karena ada need/demand nya. 

Perusahaan butuh karyawan untuk bekerja, karyawan butuh perusahaan untuk digaji. Kalau menjual buku memamh sulit, karena kebutuhan utama manusia adalah sandang, pangan, dan papan (Teori Ki Hajar Dewantoro).

by: M. Saiful Kalam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun