Di jabatan team leader, ia harus bisa capai target 1000 user active dan hanya bisa merekrut beberapa karyawan saja. Kalau berhasil, maka ia naik ke jenjang supervisor. Â
Targetnya lebih tinggi lagi, yaitu merekrut beberapa team leader dengan hasil pengguna aplikasi 50 persen. Kalau berhasil lagi, maka ia layak dipromosikan ke jabatan areal manajer.Â
Kalau sudah ke jabatan manajer, biasanya hubungannya luas, tidak lagi internal perusahaan. Tapi, mereka juga ada job di eksternal perusahaan. Nah, mereka ya harus bagaimana bisa memenuhi target di internal barengan dengan eksternal.
Intinya, kalau kita kompeten dan bekerja sesuai SOP, maka jabatan ya gampang-gampang saja diraih.
Oh iya, tapi penulis ingatkan bahwa tulisan ini tidak berguna kalau anda bekerja di pekerjaan yang stratanya mungkin hanya tiga.Â
Ambil contoh, jabatan di  kedai makanan. Itu stratanya hanya 3, yaitu terdiri dari pegawai, manajer, dan owner. Dan budaya kerjanya terbilang santai, tapi tetap harus melayani pelanggan dengan baik.Â
Kenapa santai, karena mereka ketika direkrut, harus bisa membuat/menyajikan menu yang enak. Jadi analoginya kok kenapa santai, karena mereka sudah bisa, tinggal menyesuaikan kecepatan/ketanggapan dalam menyajikan menu.Â
Kalau ada pelanggan 5, ya butuh waktu 30 menit, misal. Kalau pelanggan bertambah banyak, maka ya tinggal merekrut pegawai baru yang bisa masak dan cepat.
Juga mereka enggak ada target berapa pembeli yang harus datang, sebab jobdesk mereka bukan cari pelanggan. Namun jobdesk mereka adalah mampu melayani permintaan dan kebutuhan pelanggan dengan baik baik ketika sepi maupun ramai.
Nah, balik lagi ke pertanyaan, apakah promosi jabatan? Jawabannya tergantung kapasitas dari kemampuan kita. Kalau kemampuan kita pas-pasan, maka ya udah enggak usah berharap dan memaksa untuk naik jabatan.Â
Karena, justru nanti kita yang terkena senjata tuan. Kerja udah enggak benar, pingin jabatan pula, udah alamat akhir, kita bisa dipecat begitu saja.
By: M. Saiful Kalam