Mohon tunggu...
muhammad sadji
muhammad sadji Mohon Tunggu... Lainnya - pensiunan yang selalu ingin aktif berliterasi

menulis untuk tetap mengasah otak

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menyanyikan Indonesia Raya pada Setiap Pertandingan Sepakbola

30 Oktober 2022   22:48 Diperbarui: 30 Oktober 2022   23:27 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Sepak Bola Junior Indonesia. (Sumber: The Columnist)

Hingga tahun 60-70-an, di kota kelahiran saya Gresik, hanya ada 3 lapangan sepakbola yang cukup representatif untuk menyelenggarakan pertandingan sepakbola skala besar pada jamannya. 

Yang pertama, di Alun-alun Gresik yang kondisinya terbuka dikelilingi dengan jalan raya. Sebelah Barat oleh Jl. Alun-alun Barat dan di seberangnya terdapat Masjid Jami' yang besar dan anggun dengan arsitektur perpaduan Jawa, Islam dan Barat/Eropa. 

Sayang masjid ini dipermak sekitar tahun 1975/76 ketika Gresik naik status sebagai Kota Kabupaten. Sebelah Selatan dibatasi Jl. Alun-alun Selatan dan berseberangan dengan RSU Gresik yang menempati bekas kantor pemerintahan jaman Hindia-Belanda yang gagah karena menyerupai Istana Kepresidenan Jakarta. Tetapi gedung ini juga dipermak karena dijadikan Pendopo Kabupaten. 

Sebelah Timur dengan Jl. Alun-alun Timur yang  berseberangan dengan perkampungan Pecinan. Sedangkan sebelah Utara dibatasi Jl. Alun-alun Utara yang juga berseberangan dengan gedung-gedung besar peninggalan Belanda yang kemudian dimanfaatkan untuk kantor militer. 

Apabila ada pertandingan besar dan dibayarkan dengan membeli karcis, gang-gang perkampungan di Pekauman, Gapura, jalan dari Telogobendung dan dari Pecinan ditutup. Bagi yang mau melintas, dianggap mau nonton sepakbola, maka diwajibkan membeli karcis nonton sepakbola. 

Demikian juga di stadion atau dikenal sebagai Alun-alun Telogodendo yang kondisinya terbuka. Kemudian stadion yang tertutup hanya terdapat di komplek Pabrik Semen Gresik. Belakangan, Alun-alun Gresik dan Alun-alun Telogodendo berubah fungsi dan hanya ada Stadion Petrokimia Gresik serta Stadion Joko Samudro yang baru diresmikan.

Dulu, sewaktu masih di SD dan SMP saya sering main sepakbola dengan teman-teman di Alun-alun Gresik pada sore hari. Bolanya masih jenis leter T yang sangat populer pada masa itu dan dibeli dengan cara patungan. 

Kalau ada pertandingan besar dan dibayarkan, saya sering bawa buku untuk belajar di Masjid Jami', pergi lebih awal dan sholat Ashar lalu turun ke Alun-alun begitu pertandingan sepakbola dimulai. 

Tidak bayar karena alasan habis selesai sholat, dan umumnya para jamaah orangtua tidak suka menonton sepakbola. Jadi, belajar dulu, sholat Ashar lalu nonton sepakbola gratis, dilanjutkan sholat Maghrib lalu pulang. 

Salah seorang pemain sepakbola yang sering saya gandrungi untuk ditonton adalah Andjiek Alinuruddin dari PS HW yang di kemudian hari menjadi pemain nasional PSSI. 

Ketika beberapa pemain PSSI dikaryakan di PT Pertamina (Persero) saya ketemu dengan Andjiek Alinuruddin yang kemudian sama-sama berdinas di Dinas Aviasi Pertamina. Kepadanya, saya pernah ceritakan pengalaman itu yang membuat dia tertawa terpingkal-pingkal. Tentu saja ini bukan benih berbuat kecurangan, melainkan bukti dukungan yang amat sangat terhadap sepakbola di tanah-air.

Menggemari sepakbola ini ternyata menurun ke anak-anak. Tiga orang puteri saya sangat fanatik kalau ada Messi tampil. Mereka sanggup menonton sampai pagi. 

Apalagi kalau ada yang berbau Korea Selatan, pasti mereka gandrungi termasuk sepakbolanya. Sewaktu Asian Games 2018 yang lalu, beberapa kali menonton penampilan tim Korea Selatan di Stadion Bekasi dan Bogor. Untungnya aman-aman saja, walau pun pulangnya pernah sampai tengah malam. 

Permainan sepakbola adalah jenis olahraga yang enak ditonton oleh siapa saja. Sayangnya tontonan yang sangat menarik itu dicemari oleh peristiwa maut yang sangat memalukan di Stadion Kanjuruhan Malang pada tanggal 1 Oktober 2022 yang lalu. 

Peristiwa itu mengerikan tetapi juga bisa membangkitkan kebanggaan, bahwa sepakbola sangat digandrungi oleh banyak orang di tanah-air. Ini adalah potensi industri yang patut digali dan dikembangkan. 

Presiden I Republik Indonesia Soekarno telah memulai dengan bersungguh-sungguh untuk mengembangkan industri persepakbolaan ini. Sebagai bukti, Presiden Soekarno pernah membuat Monumen Sepakbola di Stadion Mandala Krida Jogyakarta yang diresmikan pada tanggal 3 Juli 1955. Monumen itu dikabarkan sekarang sedang direnovasi. 

Pembangunan Stadion Gelora Bung Karno di Senayan pada tahun 1962 adalah juga bukti dukungan itu. Kemudian Presiden Soekarno juga pernah menyampaikan surat permintaan resmi kepada Presiden Jugoslavia Josep Broz Tito agar Toni Pogacnik diizinkan untuk melatih Tim Nasional Sepakbola Indonesia. 

Atas keterlibatan Presiden Soekarno tersebut, apa yang diupayakan Ketua PSSI Maladi, Toni Pogacnik resmi dikontrak sebagai pelatih Timnas Indonesia selama 5 tahun sejak tahun 1954 dan juga kemudian tercapainya hubungan bilateral antara Jugoslavia-Indonesia.

Presiden Jokowi juga sangat memperhatikan olahraga di tanah-air dan berusaha terus untuk memajukan, antaralain melalui pemberian hadiah yang tentunya sangat membahagiakan dan menggairahkan. Khusus untuk cabang sepakbola, Presiden Jokowi menggalakkan President Cup dengan tropynya yang terbuat dari kayu jati sebagai cerminan bahwa Sang Presiden adalah ahli perkayuan karena menyandang gelar Ir Kehutanan. 

Dalam rangka mengembangkan potensi sepakbola dari Papua, Presiden Jokowi telah berhasil mengajak PT Freeport untuk membentuk dan membiayai Papua Football Academy untuk membangun industri persepakbolaan Indonesia dari Timur. Belakangan, Presiden FIFA Gianni Infantino telah bertemu dengan Presiden Jokowi yang menyampaikan dukungan terhadap industri persepakbolaan di Indonesia dan berniat ingin menanam investasi. 

Penduduk yang besar dan termasuk penggemar sepakbola yang fanatik adalah merupakan potensi yang baik untuk mengembangkan industri persepakbolaan yang bersungguh-sungguh. Renovasi semua stadion agar layak sesuai standar FIFA adalah peluang membina para pemborong bangunan dan tukang batu yang berkualitas dan cermat. Pernak-pernik yang menyangkut kebutuhan sepakbola misalnya kaos, sepatu dan lain-lain serta ekonomi kreatif lainnya akan berkembang kalau lokasi pertandingan dibuat silang. 

Pertandingan antar klub di Jawa dilaksanakan di Luar Jawa dan sebaliknya, akan menghidupkan berbagai usaha perekonomian di daerah yang bersangkutan dan stadion akan berfungsi dan terawat dengan baik. Dan untuk menghindari perkelahian antar supporter maupun pemain, mungkin perlu ditempuh dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebelum pertandingan dimulai. Para pemain berdiri tegak di lapangan. 

Para penonton juga berdiri tegak di tempatnya lalu bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipandu dengan lyriknya yang terpampang di layar lebar sehingga bisa terbaca oleh semua yang hadir. 

Setiap pertandingan sepakbola di manapun dan tingkat apa pun, termasuk tingkat kampung maupun tingkat pelajar, wajib didahului dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dengan begitu, melalui sepakbola akan tertanam nasionalisme, persatuan dan sikap yang sportif serta sekaligus membumikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.***** Bekasi, Oktober 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun