Sejarah selalu mencatat bahwa pemuda adalah kelompok yang berada di garis depan dalam setiap gerakan perubahan. Dari zaman pergerakan nasional hingga era digital saat ini, pemuda senantiasa menjadi motor penggerak yang menentukan arah bangsa. Ungkapan bahwa pemuda adalah "agent of change" bukanlah sekadar slogan kosong, melainkan fakta sosial yang berulang kali terbukti.
Dalam teori sosial, generasi muda kerap dipandang sebagai kelompok yang memiliki kesadaran kritis lebih tinggi terhadap ketidakadilan. Mereka belum terlalu terikat oleh kepentingan struktural, sehingga keberanian untuk menentang ketidakadilan muncul lebih kuat. Inilah yang membuat pemuda kerap tampil sebagai pelopor, bahkan ketika kelompok lain memilih diam.
Sejarah Indonesia memberikan banyak contoh. Peristiwa Sumpah Pemuda 1928 menjadi tonggak lahirnya kesadaran kebangsaan. Pemuda pada saat itu mampu melampaui sekat kedaerahan dan menyatukan diri dalam satu ikrar: bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Begitu pula pada masa pergerakan melawan kolonialisme, pemuda tampil dalam barisan terdepan bersama tokoh-tokoh pergerakan bangsa.
Namun, energi pemuda bukan hanya milik masa lalu. Di era kontemporer, pemuda menghadapi tantangan yang berbeda. Globalisasi, arus digital, dan disrupsi teknologi melahirkan persoalan baru: ketimpangan sosial, krisis lingkungan, dan perubahan budaya. Pertanyaannya, masihkah pemuda memiliki peran yang sama seperti masa lalu? Jawabannya: iya, bahkan lebih besar. Dengan penguasaan teknologi dan jejaring global, pemuda kini memiliki ruang lebih luas untuk menciptakan perubahan.
Namun, ada satu hal yang tidak boleh dilupakan. Semangat perubahan harus diiringi dengan landasan moral dan intelektual yang kokoh. Perubahan yang digerakkan oleh kemarahan semata akan cepat padam, sementara perubahan yang dibangun di atas kesadaran intelektual akan bertahan lama. Oleh karena itu, penting bagi pemuda untuk memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan, memperkuat karakter, dan mengasah kepekaan sosial.
Bangsa ini membutuhkan pemuda yang tidak hanya berani bersuara, tetapi juga sanggup menawarkan solusi. Pemuda yang mampu membaca tantangan zaman dan mengubahnya menjadi peluang. Pemuda yang bukan hanya mengkritik, tetapi juga membangun. Dengan itu, peran pemuda sebagai motor penggerak perubahan tidak hanya menjadi romantisme sejarah, melainkan kenyataan yang terus hidup dari generasi ke generasi.
Author: Pope Candra Pratama S.Pd ( Ketua Sanggar Seni Sarafal Anam Desa Air Merah)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI