Mohon tunggu...
Muhammad Rofy Nurfadhilah
Muhammad Rofy Nurfadhilah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis dan membaca merupakan cara yang paling elok dalam membunuh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berhenti Mengeluh, Pikirkan Hal Ini Saat Ingin Mengeluh!

15 November 2020   16:54 Diperbarui: 15 November 2020   17:09 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (foto: unsplash.com)

Seperti sebuah pepatah, "Sedikit bicara banyak bekerja". Ya, buat kita yang merasa bahwa hal itu merupakan wejangan berharga yang lama terkubur, maka segera gali kembali dan bangkitkan kata-kata berharga tersebut saat kita -merasa- harus mengeluh.

Persoalan hidup, apapun itu, merupakan bagian dari tanda kehidupan manusia yang tak mungkin bisa dihindari. Sekalipun, kita berada dalam rumah berdinding emas dan ditemani 1001 pengawal yang siap melayani seluruh keinginan kita.

Masa pandemi, mungkin merupakan lagu lama yang sudah membosankan untuk didengar. Pengusaha yang gulung tikar; pekerja yang dirumahkan merupakan bagian yang seyogianya tidak untuk dikeluhkan pagi Si Empunya. Tapi siapalah kita, hanyalah manusia yang tak bisa mengungkapkan kekecewaan tanpa berkata-kata.

Atas nama masalah; kekecewaan; kemumetan; persoalan hidup yang begitu keras menghadang, 'keluhan' menjadi hal mudah dan paling dekat untuk dilakukan. Namun, tahukah kita bahwa sering mengeluh meupakan hal yang berbahaya bagi otak kita?

Seperti yang dilansir Kompas.com (30/10/2019), penelitian dari Universitas Stanford menunjukkan bahwa mengeluh dapat menyebabkan pengecilan hippocampus atau area otak yang sangat penting untuk pemecahan masalah dan kecerdasan.

Kerusakan hippocampus juga menyebabkan seseorang terkena alzheimer. 

Selain itu, kerap mengeluh, juga menyebabkan pelepasan hormon kortisol meningkat. Peningkatan hormon ini menjadikan oksigen, darah, dan energi berkurang, sehingga tubuh tidak bisa berfungsi secara maksimal. 

Ketika hormon kortisol terlalu tinggi juga menyebabkan peningkatan tekanan darah dan gula darah.

Tak hanya itu, peningkatan hormon kortisol juga merusak sistem kekebalan pada tubuh dan membuat kita rentan mengalami kolesterol tinggi, diabetes, penyakit jantung, obesitas dan stroke. So, masih mau mengeluh?

Stop mengeluh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun