Seperti sebuah pepatah, "Sedikit bicara banyak bekerja". Ya, buat kita yang merasa bahwa hal itu merupakan wejangan berharga yang lama terkubur, maka segera gali kembali dan bangkitkan kata-kata berharga tersebut saat kita -merasa- harus mengeluh.
Persoalan hidup, apapun itu, merupakan bagian dari tanda kehidupan manusia yang tak mungkin bisa dihindari. Sekalipun, kita berada dalam rumah berdinding emas dan ditemani 1001 pengawal yang siap melayani seluruh keinginan kita.
Masa pandemi, mungkin merupakan lagu lama yang sudah membosankan untuk didengar. Pengusaha yang gulung tikar; pekerja yang dirumahkan merupakan bagian yang seyogianya tidak untuk dikeluhkan pagi Si Empunya. Tapi siapalah kita, hanyalah manusia yang tak bisa mengungkapkan kekecewaan tanpa berkata-kata.
Atas nama masalah; kekecewaan; kemumetan; persoalan hidup yang begitu keras menghadang, 'keluhan' menjadi hal mudah dan paling dekat untuk dilakukan. Namun, tahukah kita bahwa sering mengeluh meupakan hal yang berbahaya bagi otak kita?
Seperti yang dilansir Kompas.com (30/10/2019), penelitian dari Universitas Stanford menunjukkan bahwa mengeluh dapat menyebabkan pengecilan hippocampus atau area otak yang sangat penting untuk pemecahan masalah dan kecerdasan.
Kerusakan hippocampus juga menyebabkan seseorang terkena alzheimer.Â
Selain itu, kerap mengeluh, juga menyebabkan pelepasan hormon kortisol meningkat. Peningkatan hormon ini menjadikan oksigen, darah, dan energi berkurang, sehingga tubuh tidak bisa berfungsi secara maksimal.Â
Ketika hormon kortisol terlalu tinggi juga menyebabkan peningkatan tekanan darah dan gula darah.
Tak hanya itu, peningkatan hormon kortisol juga merusak sistem kekebalan pada tubuh dan membuat kita rentan mengalami kolesterol tinggi, diabetes, penyakit jantung, obesitas dan stroke. So, masih mau mengeluh?
Stop mengeluh!