Mohon tunggu...
Muhammad Reza Santirta
Muhammad Reza Santirta Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pertanyaan Aneh untuk Pria Pendiam

9 Desember 2019   13:44 Diperbarui: 11 Desember 2019   18:44 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi lelaki dalam cermin. (sumber: pixabay.com/Simedblack)

"Di antara cewek-cewek ini, mana yang kamu suka?" 

Seorang teman gadis bertanya pada Rika di tengah beberapa teman mahasiswinya. Mereka duduk bersama di sebuah warung dekat kampus pada malam hari. Hari itu, mereka habis menyelesaikan satu agenda di tempat magangnya yang berada di Yogyakarta. Rika memang lebih banyak diam jika berkumpul.

Namun, ia, entah mengapa, menjadi objek pertanyaan aneh dari teman-temannya. Ia merasa, tidak selayaknya dirinya diajak bicara semacam itu. Tidak seperti teman-temannya yang kalau diajak bicara selalu tentang kejadian sehari-hari. Seperti teman-temannya, kuliahnya, maupun aktivitas magangnya.

Hanya dirinya yang selalu ditanya siapa cewek yang disukai.

Ia diam bukan karena tidak ingin mengobrol dengan siapapun. Entah mengapa, rasa malu lebih menguasai dirinya daripada keberanian untuk percaya diri. Bahkan, untuk mengobrol sepatah dua patah kata pun.

Kata orang, barang siapa yang tidak pernah berbicara dengan orang lain walaupun hanya beberapa kata saja ia dikatakan sombong. Akibatnya, orang menjadi tidak suka dengan dirinya karena sikap diamnya. Ia tak menyadari, hal itu masalahnya.

Suasana temaram warung itu menjadi terasa syahdu. Teman-teman Rika berkumpul menikmati hidangan sambil melihat suasana kota di malam hari. Tak tampak kemacetan akibat menumpuknya kendaraan.

Di warung, Rika hanya duduk termangu sambil merapalkan tangannya. Teman-teman yang lain masih menunggu ekspresi balasannya. Mereka adalah adik tingkatnya yang beda satu tingkatan. Bahkan, beda dua tahun umurnya.

Kata orang, kalau mau bicara sesuatu bicaralah tentang apa yang disukai. Jika hobinya main game maka pembicaraannya lebih pas kepada yang sehobi. Jika bicara tentang pacar maka mereka bisa bicara kepada temannya yang pernah pacaran. Tapi, kenapa harus pertanyaan tak masuk akal itu yang harus dilontarkan padanya. Tidak tahu.

Rika masih diam dengan tatapan nanar. Mukanya menunduk tidak tahu bagaimana harus merespon. Ia memang remaja dalam wujud fisiknya. Namun, kenapa pertanyaan semacam itu yang harus terlontar.

Bagaikan lemparan bogem mentah, ia merasakan kecamuk dalam batinnya sendiri. Ia juga merasa dirinya bodoh jika ditanya semacam itu. Inginnya, ia diajak bicara seputar hal-hal serius yang memancing daya nalar. Seperti diskusi isu kekinian, diskusi politik, teori kesenian, dan peristiwa sejarah.

Namun, semua itu hanya akan menjadi kekosongan. Mereka hanya ditimpa pikiran kosong karena semuanya yang serba salah. Bicara politik mereka melengo namun tidak bicara dikira bego.

Mereka hanya ingin dirinya menjawab satu pertanyaan. Siapa cewek yang kamu suka? Apa mungkin harus balik tanya. Siapa yang mau mengerti karena dianggap perhatian. Selain, hanya dianggap hinaan.

Malam itu, suasana tetap syahdu. Yogyakarta tetap kota yang bersahabat bagi mereka yang ingin menikmati kedamaian. Selain, jajanannya yang murah. Yang terkenal, ada kopi jos. Makannanya, gudeg. Mau makan, paling terkenal di Raminten.

Rika menjadi rikuh dibuatnya. Jaket biru tebal yang dikenakannya harus ditarik hoodie-nya untuk menutupi muka gugupnya. Mulut ingin terucap, namun kelu. Takut serba salah.

Keringat dingin pun seperti hendak bercucuran. Rambutnya mendadak basah karena keringat. Menunggu menu bagaikan berdiam di dalam neraka kegugupan. Rasanya ingin cepat pulang ke kost dan langsung tidur.

Tidak nyaman jika ditanya hal aneh semacam itu. Ia merasa tidak aneh seperti yang disangkakan teman-temannya. Jika tidak ditanya hal begini, mungkin ia sudah menjadi anak yang maju. Dihormati kecerdasannya dan disanjung bagai pahlawan.

Namun, ia hanya sesosok remaja yang kerdil. Jika bercermin, ia seperti menghindar. Tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi. Apakah ia harus merayakan kegugupannya sendiri. Absurd.

"Ayo Rika, di antara cewek-cewek ini mana yang kamu suka?" Kata teman cowoknya menyemangati si gadis.

Rika menatap dengan kosong. Tak tahan dengan sikap datar temannya, ia langsung angkat suara.

"Kalau dia cantik dan perhatian padaku, aku suka." Ucap Rika sekenanya.

"Hoo, aku bunuh orang ini." Hardik teman cowoknya.

Rika seperti mati rasa. Padahal, selama ia magang tidak sekalipun ia diam saja. Jika ada suatu pertanyaan yang dilontarkan teman-temannya, ia jawab. Ia juka sesekali bertanya kepada siapa saja.

Namun, tetap saja pertanyaan semacam itu yang dilontarkan juga. Siapa cewek yang kamu suka. Ia berpikir, semua orang ingin dirinya membicarakan tentang apa yang disukainya. Namun, ia tidak mau karena nanti dikira sombong. Pamer kekayaan.

Kata orang, wujud komunikatif adalah ketika membicarakan satu sama lain. Biasanya, topik yang dibicarakan adalah apa yang mereka sukai. Itu lebih memancing antusiasme bicara daripada hanya bertanya sebuah pertanyaan.

Rika sendiri tidak tahu kenapa perlakuan teman-temannya seperti aneh pada dirinya. Setiap bertemu, tatapannya selalu menyorot seperti hendak menjauh. Level tertinggi adalah kata-kata sinis. Seolah, membenci seseorang itu tidak perlu sekolah. Cukup meluapkan gejolak isi hatinya yang dikuasai amarah.

Ia tidak bisa menerjemahkan makna pertanyaan itu. Bagaikan teka-teki, jika tidak siap maka dikira pertanyaan biasa. Kecuali, pertanyaannya serius.

Siapa cewek yang kamu suka. Sering juga, selain anak magang, yang bertanya pada Rika. Mau anak-anak sejak SD, SMP, maupun SMA pernah juga melontarkan pertanyaan itu.

Jika berkaca pada teori Sygmund Freud, manusia mengenal sisi psikologis yang bernama Id. Aspek ini muncul akibat adanya rangsangan yang dimunculkan dari pengalamannya. Jika ia suka dengan game maka yang akan muncul di pikirannya adalah keinginan untuk bermain.

Begitu juga dengan pacaran. Seakan istilah ini semi intim, hal ini lebih pantas ditanyakan kepada orang yang paling aneh di dalam komunitasnya. Jika dikaitkan dengan aspek Id, maka pertanyaan ini bisa dimuncukan akibat dari adanya kebencian. Namun, tersirat.

"Siapa ayo cewek yang kamu suka? Ada enggak temanmu waktu sekolah yang kamu suka? Atau, kamu suka sama cowok?" Desak teman gadisnya.

Rika yang hanya diam akhirnya menukas.

"Siapa cewek yang aku suka, aku juga pernah ditanya macam begini. Tapi, bukan pacar. Melainkan game. Waktu pernah jadi guru honorer, aku pernah ditanya begini saat mengisi evaluasi. Tepatnya, jelang ujian tengah semester. Saya menyampaikan bagaimana pembelajarannya saat dibimbing oleh saya. Yang ditanya siswa apa? Apa game kesukaan Bapak. Pertanyaan macam apa ini.'

"Kalau yang lain tidak pernah ditanya begini. Bahkan, guruku semasa aku belajar juga tidak pernah ditanya macam begini. Dan sekarang, saya ditanya seperti ini. Siapa pacar kesukaanmu? Aku jawab, ya siapa yang aku suka adalah siapa yang baik buatku. Namun, yang aku pertimbangkan adalah fisik seperti langsing, kulit putih, rambut panjang hitam lebat, dan intelektual bagus. Tapi yang terpenting, dan yang paling penting adalah seagama."

"Bukannya yang paling utama adalah agama?" Tanya si gadis.

"Iya, agama penting. Tapi, kalau fisik kan bisa dijadikan sebagai hiburan buat pasangan ke depan kan. Apalagi, kalau sudah berumah tangga. Kalau agama bagus tapi fisik kurang, bagaimana bisa menghibur pasangan. Meskipun begitu, agama tetap nomor satu karena fisik seperti apa kan bisa dibuat jadi lebih bagus lagi. Dunia hanya sementara." Ucap panjang lebar Rika.

Tak lama kemudian, sebuah menu yang dipesan pun akhirnya datang. Rika dan kelima temannya menikmati hidangan yang telah dipesan. Malam itu Rika menikmati obrolan bersama teman-temannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun