Selain itu, truk dari iring-iringan tersebut mengalami kerusakan kaca dan kendaraan minibus maupun bus yang sedang membawa penumpang atau wisatawan pada saat melewati Jalan Raya Lamongan-Babat juga terkena lemparan batu yang dilakukan oleh oknum silat tersebut.Â
Tidak hanya itu, beberapa kendaraan warga termasuk sepeda motor yang sedang melintas juga terkena sasaran mereka. Rumah warga yang menjadi lokasi tempat kejadian di desa juga rusak terkena lemparan. Hal ini juga membuat amarah warga yang geram dengan ulah oknum-oknum tersebut, sehingga sempat ada kericuhan sedikit antara warga dengan para anggota pencak silat yang terlibat.
Sempat juga ada aksi kejar-kejaran antara polisi dengan para pendekar yang terlibat dan ada beberapa suara tembakan peringatan yang dilepaskan oleh anggota kepolisian yang sedang berjaga dan mengamankan lokasi, sampai polisi yang tengah menaiki sepeda motor dinas terkena tendangan dan lemparan petasan dari salah satu pelaku kericuhan.Â
Namun, setelah beberapa jam kemudian kericuhan tersebut secara perlahan berhasil diamankan oleh pihak kepolisian dan kembali kondusif. Polres Lamongan kemudian sudah mengamankan beberapa pelaku kericuhan pencak silat yang terlibat. Selanjutnya, pihak kepolisian juga sedang menyelidiki pemicuh kejadian tersebut.
Jika kita amati kejadian ini dalam perspektif pendidikan, Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya bekal pengendalian diri dan kurangnya didikan dari pelatih maupun pimpinan perguruan pencak silat. Selain itu, usia mereka yang masih muda kemungkinan labil dan memiliki keegoisan yang tinggi, sehingga belum paham dampak dan akibat kedepannya.Â
Ini perlu peran penting dari guru di sekolah, pelatih perguruan, dan pengawasan orang tua terhadap anaknya yang mengikuti perguruan silat. Karena jika tidak segera diatasi akan merusak moral generasi muda bangsa kedepannya, apalagi kejadian tersebut dilakukan sesama warga negara Indonesia atau sesama saudara setanah air dan sering terjadi kericuhan yang dilakukan oleh oknum perguruan silat yang saling memprovokasi dan saling menyenggol.
Seperti yang dikatakan Presiden pertama Indonesia. Ir. Soekarno, "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri."
Peran sebagai orang tua, sebaiknya melarang terlebih dahulu anaknya yang masih berusia anak-anak atau remaja untuk tidak mengikutinya terlebih dahulu, tetapi jika tujuannya sebagai bekal perlindungan diri jika darurat maka lebih diawasi lagi kegiatannya di luar rumah, pemberian wawasan tentang nilai-nilai kehidupan bisa dimulai dari lingkungan keluarga yakni dari orang tua yang mengajarkannya, contohnya dari hal kecil yaitu mengikuti perintah orang tua dan tidak membantah saat dinasihati, menghargai dan menghormati orang lain, empati dan simpati dengan orang lain.Â
Selain itu bisa dikembangkan di lingkungan luar, misalnya orang tua menuntun anaknya untuk bisa bersosialisasi dengan warga sekitar dan orang yang tidak dikenal agar pada saat mereka beranjak ke remaja dan dewasa tidak kaget dengan dunia luar.
Sedangkan untuk pelatih silat sebaiknya lebih sering memberikan pengarahan kepada anak didiknya terkait sikap toleransi antar sesama manusia, rasa persatuan maupun kesatuan, bimbingan moral, agar dapat tercipta kerukunan sesama warga negara, terutama antar perguruan silat. Jadi tidak hanya sekedar diberikan ilmu bela diri dan pelatihan mental.Â
Karena saya sendiri sering melihat bahwa banyak pendekar-pendekar silat yang masih baru berkoar-koar untuk memprovokasi di media sosial maupun secara nyata, padahal para petinggi mereka sedang damai-damai saja. Tidak sedikit ketika ada anggota silat yang bermasalah dengan perguruan lain, rekan-rekannya ikut membantu dengan alasan rasa persaudaraan meskipun perbuatan rekannya salah.