Mohon tunggu...
Muhammad Rafi Amrullah
Muhammad Rafi Amrullah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya merupakan Mahasiswa S1 Bimbingan Konseling, Universitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kericuhan antar Organisasi Pencak Silat di Lamongan dalam Perspektif Pendidikan

17 November 2022   18:56 Diperbarui: 17 November 2022   19:05 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh :

MUHAMMAD RAFI AMRULLAH

22010014133

BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Bentrok dan kericuhan yang terjadi antar perguruan pencak silat di Kabupaten Lamongan, yaitu di Jalan Veteran, Tambakboyo, Sumargo, dan Jalan Raya Lamongan-Babat, tepatnya di di wilayah Deket, Turi, dan Sukodadi. Kejadian ini terjadi pada hari Selasa, 11 Oktober 2022.

Berdasarkan Informasi yang didapat kericuhan ini dilakukan oleh dua perguruan silat Pagar Nusa dan Setia Hati Terate. Kejadian ini bermula ketika adanya pengesahan pendekar Pagar Nusa dari dalam maupun luar Lamongan yang telah selesai, melaksanakan iring-iringan melewati Jalan Deket dan Veteran. 

Berdasarkan informasi yang beredar belum diketahui pasti penyebab terjadinya kericuhan, namun kemungkinan akibat adanya provokasi dan ketersinggungan dari beberapa oknum salah satu perguruan tersebut. Sehingga terjadi saling pukul dan lempar batu maupun petasan.

Ratusan oknum yang terlibat dalam kericuhan ini mayoritas masih berusia muda, remaja, dan berstatus sebagai pelajar. Kejadian ini mengakibatkan kepanikan warga dan timbulnya korban luka-luka, pasalnya kericuhan ini tidak hanya di jalan raya, namun juga di dalam beberapa desa yang ada di Sukodadi, maupun desa di sekitar kota Lamongan. 

Korban diantaranya yaitu beberapa pendekar silat, warga desa, dan 1 anggota kepolisian dari Polres Lamongan yang sedang mengamankan iring-iringan Pagar Nusa, selanjutnya para korban luka langsung dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pengobatan.

Selain itu, truk dari iring-iringan tersebut mengalami kerusakan kaca dan kendaraan minibus maupun bus yang sedang membawa penumpang atau wisatawan pada saat melewati Jalan Raya Lamongan-Babat juga terkena lemparan batu yang dilakukan oleh oknum silat tersebut. 

Tidak hanya itu, beberapa kendaraan warga termasuk sepeda motor yang sedang melintas juga terkena sasaran mereka. Rumah warga yang menjadi lokasi tempat kejadian di desa juga rusak terkena lemparan. Hal ini juga membuat amarah warga yang geram dengan ulah oknum-oknum tersebut, sehingga sempat ada kericuhan sedikit antara warga dengan para anggota pencak silat yang terlibat.

Sempat juga ada aksi kejar-kejaran antara polisi dengan para pendekar yang terlibat dan ada beberapa suara tembakan peringatan yang dilepaskan oleh anggota kepolisian yang sedang berjaga dan mengamankan lokasi, sampai polisi yang tengah menaiki sepeda motor dinas terkena tendangan dan lemparan petasan dari salah satu pelaku kericuhan. 

Namun, setelah beberapa jam kemudian kericuhan tersebut secara perlahan berhasil diamankan oleh pihak kepolisian dan kembali kondusif. Polres Lamongan kemudian sudah mengamankan beberapa pelaku kericuhan pencak silat yang terlibat. Selanjutnya, pihak kepolisian juga sedang menyelidiki pemicuh kejadian tersebut.

Jika kita amati kejadian ini dalam perspektif pendidikan, Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya bekal pengendalian diri dan kurangnya didikan dari pelatih maupun pimpinan perguruan pencak silat. Selain itu, usia mereka yang masih muda kemungkinan labil dan memiliki keegoisan yang tinggi, sehingga belum paham dampak dan akibat kedepannya. 

Ini perlu peran penting dari guru di sekolah, pelatih perguruan, dan pengawasan orang tua terhadap anaknya yang mengikuti perguruan silat. Karena jika tidak segera diatasi akan merusak moral generasi muda bangsa kedepannya, apalagi kejadian tersebut dilakukan sesama warga negara Indonesia atau sesama saudara setanah air dan sering terjadi kericuhan yang dilakukan oleh oknum perguruan silat yang saling memprovokasi dan saling menyenggol.

Seperti yang dikatakan Presiden pertama Indonesia. Ir. Soekarno, "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri."

Peran sebagai orang tua, sebaiknya melarang terlebih dahulu anaknya yang masih berusia anak-anak atau remaja untuk tidak mengikutinya terlebih dahulu, tetapi jika tujuannya sebagai bekal perlindungan diri jika darurat maka lebih diawasi lagi kegiatannya di luar rumah, pemberian wawasan tentang nilai-nilai kehidupan bisa dimulai dari lingkungan keluarga yakni dari orang tua yang mengajarkannya, contohnya dari hal kecil yaitu mengikuti perintah orang tua dan tidak membantah saat dinasihati, menghargai dan menghormati orang lain, empati dan simpati dengan orang lain. 

Selain itu bisa dikembangkan di lingkungan luar, misalnya orang tua menuntun anaknya untuk bisa bersosialisasi dengan warga sekitar dan orang yang tidak dikenal agar pada saat mereka beranjak ke remaja dan dewasa tidak kaget dengan dunia luar.

Sedangkan untuk pelatih silat sebaiknya lebih sering memberikan pengarahan kepada anak didiknya terkait sikap toleransi antar sesama manusia, rasa persatuan maupun kesatuan, bimbingan moral, agar dapat tercipta kerukunan sesama warga negara, terutama antar perguruan silat. Jadi tidak hanya sekedar diberikan ilmu bela diri dan pelatihan mental. 

Karena saya sendiri sering melihat bahwa banyak pendekar-pendekar silat yang masih baru berkoar-koar untuk memprovokasi di media sosial maupun secara nyata, padahal para petinggi mereka sedang damai-damai saja. Tidak sedikit ketika ada anggota silat yang bermasalah dengan perguruan lain, rekan-rekannya ikut membantu dengan alasan rasa persaudaraan meskipun perbuatan rekannya salah.

Sedangkan para guru di sekolah juga perlu ikut memberikan bimbingan dan arahan kepada siswanya terkait nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara yang sudah tercantum di dalam Pancasila. Karena saya rasa pada kondisi saat ini, siswa mulai melupakan nilai-nilai Pancasila dan sejarah Indonesia. 

Kemungkinan karena kurangnya perhatian dari guru atau dari siswanya sendiri yang sulit diatur karena terpengaruh budaya luar negeri dan bebasnya bermedia sosial. Rata-rata muda-mudi baik dari anak-anak sampai remaja sudah diberikan oleh orang tua handphone sehingga mereka bebas menggunakannya. 

Kembali lagi, para orang tua perlu lebih mengawasi pembatasan penggunaan media sosial kepada anaknya dan selalu menekankan untuk mendidik anaknya sejak dini tentang nilai-nilai kehidupan, rasa empati maupun simpati terhadap orang lain. 

Karena pada saat saya masih berada di bangku SMA, banyak terjadi perundungan yang dilakukan siswa, terutama kakak kelas terhadap adik kelasnya sendiri, penyebabnya karena mereka sama-sama mengikuti pencak silat dengan perguruan yang berbeda. 

Jadi perguruan yang paling dominanlah yang berkuasa, sehingga perguruan lain mengalami intimidasi. Selain itu juga pernah terjadi salah satu siswa yang mengikuti silat terlibat tawuran di luar sekolah, sehingga polisi mendatangi sekolah saya untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Jadi, untuk lembaga sekolah harus lebih mengetatkan lagi aturan-aturan yang berlaku dan para guru harus lebih tegas lagi terhadap siswanya, karena sekarang siswa ditegaskan dan dimarahi sedikit saja sudah berani melawan dan membentak gurunya, ini menurut saya sangat fatal sekali dan membuat saya prihatin dengan kondisi saat ini karena hancurnya moral generasi muda yang tidak menghormati orang yang lebih tua, apalagi gurunya. 

Tidak sedikit juga terkadang mereka berani melawan orang tuanya sendiri, yang sudah merawatnya sejak kecil, membanting tulang bekerja untuk memenuhi dan membiayai kehidupannya.

 Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka akan berimbas ke hal-hal lainnya misalnya seperti bentrok antar perguruan silat tadi. Jadi, perlu perhatian bersama dari orang tua, pemerintah, pendidik atau guru, maupun semua warga negara agar tercipta negara yang tentram, damai, dan aman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun