Mohon tunggu...
Muhammad Qorib
Muhammad Qorib Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Fakultas Agama Islam UMSU

Bekerja di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agama Tanpa Penghayatan

6 September 2018   09:30 Diperbarui: 6 September 2018   10:28 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Agama menjadi salah satu objek paling menarik untuk dikaji. Tidak saja substansinya yang menyedot atensi para sarjana, perilaku keagamaan pemeluknya juga menjadi fenomena unik, bersifat dinamis dan sering melahirkan model-model keagamaan yang beragam.

Agama diyakini berasal dari Tuhan, bersifat suci dan membimbing umat manusia untuk hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Selain itu, agama tak jarang dipolitisir menjadi pedang paling sadis dan belati paling tajam untuk menumpahkan darah.  

Meninggalkan Agama

Di banyak negara maju, agama seperti Katolik dan Protestan, cenderung ditinggalkan orang. Bahkan yang lebih miris, orang memilih hidup senang tanpa embel-embel agama.

Di Australia, Perancis, Irlandia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, bahkan Kroasia, secara kuantitatif lebih banyak yang tidak beragama ketimbang yang menganut agama. Mereka lebih taat pada aturan budaya yang mengikat satu sama lain ketimbang norma-norma agama. Mereka memiliki tanggung jawab keduniaan yang bercorak rasional namun tidak memberi ruang untuk urusan akhirat yang bercorak spiritual.

Tak terkecuali di Jepang yang didominasi agama Shinto, Vietnam yang didominasi agama Buddha, pengaruh penganut agama juga kalah dibanding dengan yang tidak beragama. Bahkan di Tunisia dengan mayoritas penduduk beragama Islam, masjid-masjid banyak yang kosong. Jamaah kecewa, karena perang saudara atas nama paham agama terus berlanjut.

Lebih ironis lagi di Arab Saudi, ateisme secara laten tumbuh subur, padahal negara tersebut menjadi kiblat umat Islam dunia. Apakah faktor-faktor penyebab sehingga agama ditinggalkan orang?

Pertama, tidak dapat disangkal bahwa paham antroposentrisme turut serta menggerus keyakinan agama. Paham ini menganggap manusia telah dewasa dan dapat menentukan nasib kehidupannya sendiri.

Manusia dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi canggih telah dapat menguak berbagai misteri kehidupan yang semula menjadi kawasan kerja-kerja agama. Antroposentrisme juga mengajarkan kekinian dan kedisinian, hidup di dunia sebagai terminal akhir dari sebuah proses perjalanan kehidupan seseorang.

Antroposentrisme memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap pembongkaran doktrin-doktrin agama. Otoritas agama yang semula tak terbatas diikat dan dipreteli pengaruhnya. Kultur hidup hedonis tumbuh dan berkembang sejurus dengan berbagai penemuan ilmiah yang membuktikan keperkasaan umat manusia terhadap lingkungannya. Bapa-bapa gereja di masa awal menjadi penonton bisu yang tak dapat berbuat banyak melihat kenyataan tersebut.

Kedua, perilaku korup para tokoh agama. Para tokoh agama yang semula dianggap dan diharapkan menjadi pengayom dan pembimbing masyarakat justru berperilaku sebaliknya. Dalam konteks ini terjadi apa yang disebut religious despair (kekecewaan religius), yaitu sebuah kekecewaan yang ditimbulkan salah satunya oleh kelakuan menyimpang para elit agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun