Alhasil, hal tersebut menciptakan sikap rasis dalam masyarakat. Namun, terkait dengan sikap diskriminatif dan rasis, respons individu dan masyarakat bisa bervariasi. Beberapa orang mungkin merasa terancam oleh perbedaan budaya dan identitas yang baru, yang dapat mengakibatkan prasangka, stereotip, dan diskriminasi terhadap kelompok lain. Disisi lain, ada juga mereka yang menerima perubahan tersebut.
Kurangnya Tindakan dari Aparat Penegak Hukum
Walaupun undang-undang mengenai hak anti-diskriminasi sudah berlaku secara global, namun tanpa dibarengi dengan tindakan tegas dari aparat penegak hukum semuanya akan berujung sia-sia.Â
Hal tersebut bisa kita lihat dari kasus George Floyd yang terjadi di Amerika Serikat, dimana pelaku rasismenya adalah aparat penegak hukum di negara tersebut.Â
Kemudian bisa kita lihat juga dari kasus Korea Selatan, walaupun sudah diusahakan tetapi undang-undang anti-diskriminasi tidak kunjung disahkan dan mendapat banyak penolakan dari berbagai pihak. Hal-hal tersebut yang menyebabkan mengapa rasisme sulit diberantas.
Ketakutan dan ketidakpastian
Rasisme sering kali muncul dalam situasi ketidakpastian atau saat seseorang merasa terancam oleh perubahan sosial, ekonomi, atau politik. Dalam usaha untuk menjaga status quo dan keamanan kelompoknya, individu atau kelompok dapat mengembangkan sentimen rasialis sebagai cara untuk menyalahkan atau mencari kambing hitam atas masalah yang mereka hadapi.Â
Pandemi yang terjadi beberapa tahun belakangan menimbulkan resesi ekonomi di berbagai negara, tak terkecuali Korea Selatan. Hal tersebut pada akhirnya menyebabkan meningkatnya rasa tidak suka dan benci warga lokal Korea terhadap orang asing di negara mereka. Alhasil, sikap rasisme di masyarakat sulit untuk diberantas.
Pengaruh media massa
Media massa juga memegang peranan penting mengapa rasisme sulit untuk diberantas. Karena media massa memiliki peran yang kuat dalam membentuk persepsi dan pandangan masyarakat terhadap ras dan etnis tertentu. Media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi apa yang dianggap sebagai norma dan nilai-nilai sosial.Â
Jika media massa secara sistematis mengesankan bahwa ras atau etnis tertentu lebih rendah atau lebih buruk, hal ini dapat mempengaruhi pandangan dan sikap masyarakat terhadap kelompok tersebut, serta mengokohkan perilaku rasialisme. Jika masih banyak terdapat pemberitaan negatif dari media terhadap pihak tertentu, maka isu mengenai rasisme akan terus ada dan akan terus-menerus hidup dalam masyarakat.