Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Dari Kebun Cengkeh Sabang, Harapan Pekebun Tumbuh Bersama Pegadaian

15 Oktober 2025   19:34 Diperbarui: 15 Oktober 2025   19:34 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pegadaian mengatasi masalah tanpa masalah, Sumber (Finansial Bisnis)

Menurut laporan RRI Sabang (5 Februari 2025), hasil panen cengkeh tahun ini memang menurun. Salah seorang pekebun asal Gampong Batee Shoek juga mengalami penurunan hasil panen. Ia hanya memperoleh hasil 250-300 kilogram cengkeh per hektar. Ini juga dialami oleh banyak pekebun lainnya, termasuk Pak Hasan di Balohan.

Hal ini menjadi dilema bagi banyak pekebun cengkeh, salah satunya adalah Pak Hasan. Biaya perawatan kebun tidaklah sedikit. Setiap musim, ia harus mengeluarkan biaya 5-10 juta untuk membeli pupuk NPK, peptisida, dan untuk membayar upah pekerja panen. Harga pupuk yang terus naik juga membuat pekebun harus mengerutkan keningnya. Sementara harga jual cengkeh kering hanya Rp80.000-Rp85.000 per kilogram, jauh dari kata cukup untuk menutupi seluruh biaya.

Hasil panen yang menurun membuat langkah Pak Hasan terasa berat. Dari sebagian hasil panen itu sudah ia habiskan untuk membayar hutang pupuk musim lalu. Tetapi, musim ini tanahnya harus kembali diberi pupuk agar tetap subur dan tidak mengering. Namun, di kantongnya uang sudah menipis. Kini, ia menatap hamparan daun cengkeh yang sudah mulai mengering.

"Kalau tidak dirawat, musim depan bisa gagal panen," gumamnya.

Bagi seorang pekebun seperti Pak Hasan, cengkeh bukan hanya sebagai tanaman, tapi harapan hidup. Namun, tanpa modal yang cukup, semuanya juga akan sia-sia. Setiap sore, setelah menjemput anaknya pulang sekolah, ia hanya menatap motor beat tua miliknya. Dalam hatinya muncul dilema, jika motor ini dijual, sama saja dengan hilang kaki. Sebab, itulah satu-satunya kendaraan miliknya untuk ke kebun dan mengantar anaknya ke sekolah. Namun, jika motor ini tidak dijual, darimana dia bisa mencari uang untuk modal kebun cengkeh miliknya.

Di tengah keresahan itu, Pak Hasan mendengar dari salah satu temannya tentang Pegadaian di pusat Kota Sabang. Tempat dimana orang bisa mendapatkan modal tanpa harus kehilangan barang miliknya. Malam itu dia berpikir matang-matang, paginya ia membulatkan tekad menuju Pegadaian.

Langkah Pak Hasan ke Pegadaian bukan hanya sekedar mencari uang, tapi mencari nafas baru untuk bertahan. Di tempat itulah ia tahu, gadai bukan berarti kehilangan, melainkan menjaga harapan tetap hidup.

Pegadaian, Solusi Keuangan yang Aman dan Amanah 

Pegadaian hari ini bukan hanya sebagai tempat gadai barang saja, ia telah menjelma menjadi lembaga keuangan mikro yang memberi solusi nyata untuk berbagai lapisan masyarakat. Melalui slogan "Pegadaian MengEmaskan Indonesia", lembaga ini hadir dengan solusi untuk kesulitan masyarakat.

Seperti yang kita ketahui, banyak sekali sekarang masyarakat terjerat dengan hutang yang tidak sehat. Pegadaian juga hadir dalam mendorong kemandirian ekonomi masyarakat lewat akses keuangan yang cepat, aman, dan transparan.

Pegadaian mengatasi masalah tanpa masalah, Sumber (Finansial Bisnis)
Pegadaian mengatasi masalah tanpa masalah, Sumber (Finansial Bisnis)

Selama lebih dari satu abad, Pegadaian tetap mempertahankan slogan, mengatasi masalah tanpa masalah. Filosofi ini tentu bukan hanya sekedar slogan saja. Namun, kita bisa melihat bagaimana Pegadaian hadir dengan wujud yang nyata dalam memberikan solusi keuangan yang tidak memberatkan masyarakat. Di tengah maraknya pinjaman online ilegal dengan bunga yang mencekik, Pegadaian menjadi benteng agar masyarakat memiliki pilihan yang aman, terdaftar, dan diawasi negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun