Oleh: Muhammad Najatullah Muammar
Film horor kembali menunjukkan dominasinya dengan berhasil masuk ke dalam top 10 film yang paling banyak ditonton di Netflix per minggunya, Jangan lewatkan ketegangan dan kengerian yang siap menguji adrenalin Anda! Khusunya Film "Pengabdi Setan" yang rilis di tahun 2017 silam.
Kalian tau ga sih Pengabdi Setan ini bukan sekedar horor remake dari film horor klasik Indonesia yang di rilis di tahun 1980 an lho, melainkan dengan sentuhan modern dan narasi yang lebih kompleks, tentunya Film ini juga berhasil menarik perhatian penonton lokal maupun luar dengan mengisahkan tentang sebuah keluarga yang di hantui oleh kekuatan supranatural setelah kematian dari sang ibu, film ini juga mengeksplorasi tema-tema seperti kehilangan, pengorbanan, dan konsekuensi dari praktik-praktik mistis. Bayangin aja Ibu lo udah ga ada tapi dia hidup kembali dalam bentuk roh jahat yang menganggu ketenangan keluarga lo, apa ga merinding dan ketakutan kalo begitu.
Representasi Keluarga dan Tradisi
Salah satu kekuatan utama dari “Pengabdi Setan” sendiri merupakan penggambaran hubungan keluarga yang rumit. Film ini juga menunjukan bagaimana tradisi dan juga kepercayaan yang di wariskan dari generasi ke generasi dapat untuk mempengaruhi dinamika keluarga. Dalam analisis semiotika, kita akan dapat melihat bahwa karakter-karakter dalam film ini juga berfungsi sebagai tanda-tanda yang mempresentasikan nilai-nilai dan norma-norma budaya. Misalnya Rini yang berperan menjadi anak sulung dari sang ibu yang mana memiliki tanggung jawab dan pengorbanan dari seorang anak sulung, dimana ini masuk ke dalam konteks budaya indoensia. Melalui interaksi antar karakter, film ini menggambarkan bagaimana ketidakpahaman terhadap tradisi dapat membawa musibah bahkan malapetakan, serta pentingnya komunikasi dan saling pengertian sebagai sesama anggota keluarga.
Film ini berhasil dalam menciptakan suasana horor yang mencekam, melalui penggunaan elemen audio dan visual yang efektif. film ini juga memanfaatkan ketegangan psikologis dengan menampilkan ketakutan yang di alami para karakter utama, terutama Rini. Dalam analisis semiotika milik Barthes, kita dapat mengidentifikasi elemen-elemen horor sebagai tanda-tanda yang berfungsi untuk membangkitkan emosi tertentu. Misalnya penggunaan suara-suara yang mencekam dan pencahayaan yang remang-remang menciptakan atsmofer ketegangan yang lebih dalam. Ketakutan yang dialami bukan hanya berasal ancaman gaib, tetapi juga dari rasa kehilangan disertai tanggung jawab yang berat.
Kritik Sosial dan Moral
Pengabdi Setan juga menyampaikan kritik sosial yang tajam terhadap praktisi mistis dan kepercayaan pada hal gaib yang mana masih melekat pada masyarakat. Dalam konteks semiotika, film ini menggunakan simbol-simbol tertentu untuk menyampaikan pesan moral yang mendalam. Misalnya penggambaran dari ritual mistis serta konsekuensi yang di timbulkannya dan berfungsi sebagai tanda peringatan akan bahaya dari pengabdian kepada kekuatan gelap. Film ini mengajak penonton untuk merenungkan kembali dampak dari praktisi gelap tersebut dan bagaimana hal itu dapat merusak kehidupan induvidu maupun keluarga. Pesan moral yang terkandung dalam film Pengabdi Setan (2017) mengingatkan pada kita akan pentingnya jalan yang benar dan menjauhi praktisi serta kekuatan gelap yang nantinya hanya akan membahayakan diri sendiri ataupun orang lain.
Pengabdi Setan (2017) bukan hanya sekedar film horor yang menakutkan tetapi juga sebuah karya yang kaya akan makna dan refleksi. Dengan menggabungkan elemen keluarga , tradisi, dan kritik sosial, film ini berhasil menciptakan pengalaman menonton yang lebih kompleks dan tentunya berkesan. Melalui analisis semiotika Roland Barthes, kita dapat memahami bagaimana tanda-tanda dalam film yang berfungsi untuk menyampaikan makna yang tersembunyi maupun tidak dengan lebih luas. Dalam konteks perfilman Indonesia, Pengabdi Setan menjadi contoh bagaimana film genre horor dapat di gunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam sekaligus menggugah kesadaran penonton tentang pentingnya memahami dan menghargai tradisi serta nilai-nilai yang ada dalam kehidupan.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI