Mohon tunggu...
Muhammad MS
Muhammad MS Mohon Tunggu... Bloger, Pemerhati Sosial

Pemerhati Sosial, Penulis Lepas,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benturan Tanpa Retak: Ketika Prabowo dan Jokowi Menikung Isu Perpecahan

10 Agustus 2025   19:58 Diperbarui: 10 Agustus 2025   15:03 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benturan Tanpa Retak: Ketika Prabowo dan Jokowi Menikung Isu Perpecahan

Oleh: Muhammad MS -- Pengamat Sosial dan Blogger

Hubungan politik seharusnya seperti matinya sinar matahari petang yang perlahan menyejukkan---tak gaduh, meski langit kadang kelabu. Namun baru-baru ini, kabar soal "upaya memisahkan" Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), mencuat lagi. Bila ia kisah politik, ia juga alarm: peringatan bahwa kebersamaan bisa diganggu oleh narasi yang dibentuk dengan sembunyi-sembunyi.

Prabowo dengan tenang menyatakan, "Ada yang mau memisahkan saya dengan Pak Jokowi. Lucu juga, untuk bahan ketawa boleh, jangan." Sementara itu, Jokowi menegaskan bahwa hubungan mereka "sangat solid", "sudah lama terjalin", dan "sama sekali nggak ada masalah."

Walau kedua pemimpin bermain datar-datar saja---menepis tudingan dengan senyum dan ketenangan---racun politik tetap bisa masuk diam-diam. Seorang Senator pernah berujar, "Politik yang paling berbahaya adalah politik senyap yang dibungkus retorika persahabatan." Retorika damai memang menenangkan, tapi tak jarang menjadi pembungkus pesan pecah-belah yang ditanam pelan untuk tumbuh menjadi jurang perpecahan.

Lebih meresahkan lagi, sejumlah purnawirawan TNI mendesak perubahan besar: termasuk mencopot Gibran---putra Jokowi---dari jabatan wakil presiden dan menghentikan proyek pembangunan ibu kota Nusantara. Permintaan ini, yang terekspos dalam forum tertutup, ditafsirkan sebagai upaya meredam pengaruh Jokowi dalam pemerintahan Prabowo.

Sementara publik masih menahan nafas, demonstrasi mahasiswa pun menggemakan penolakan terhadap jargon "Abri dual function"---sebuah istilah lama yang menandai peran ganda militer dalam pemerintahan---sebagaimana terlihat di aksi "Jogja Is Calling". Mereka mengecam kebijakan yang dianggap semakin menyorong Indonesia ke lingkaran otoritarianisme.

Apa sebenarnya masalahnya? Adakah retakan yang kita tak sadari? Jika Prabowo dan Jokowi berusaha menjaga keteguhan, lalu kenapa kekhawatiran tetap terasa? Karena narasi politik hari ini mudah dibentuk oleh bayangan; saat bayangan-kekhawatiran digerakkan dengan lihai, ruang publik justru bisa terbelah tanpa disadari.

Masyarakat acapkali hanya melihat sisi terang dari panggung, sementara penggerak retorika merangkai narasi di belakang layar---di ruang digital, komentar-komentar anonim, bisik-bisik politik. Saat hubungan antara tokoh besar seperti Prabowo dan Jokowi terus ditegaskan---bahwa solid, tak ada masalah---seharusnya publik diundang untuk waspada, bukan bersantai. Karena di dunia politik kita, legitimasi dan solidaritas sering diuji bukan oleh ketegangan, melainkan oleh bisu yang dirangkai menjadi rumor.

Jika diam, kita ikut berkontribusi. Jika percaya begitu saja, kita melupakan selangkah penting: kritik adalah bentuk cinta pada demokrasi. Bila kita tetap bungkam saat narasi pecah-belah digerakkan, maka kelak anak-cucu akan bertanya: mengapa kita tak mengingatkan, tak mempertanyakan?

Demokrasi sejati bukan hanya soal siapa yang duduk di kursi kekuasaan, tapi juga soal menjaga ruang kita untuk bersama---meski berbeda. Karena pada akhirnya, politik tanpa retakan bukan berarti tak ada gesekan, melainkan tahu kapan mesti berkata "cukup" saat penghalang dibangun diam-diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun