Mohon tunggu...
M. Mada Gandhi
M. Mada Gandhi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Karena hidup adalah fana, maka menulis menjadi sangat berguna.

Selanjutnya

Tutup

Money

Setelah "Tidur" 2 Abad, Ada Denyut Industri di Sabana Tambora

7 April 2021   21:32 Diperbarui: 7 April 2021   21:37 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Hari ini 206  tahun lalu salah satu gunung tertinggi dunia Tambora meletus dahsyat. Kata literature digital, kepulannya menutup separuh bumi selama 3 tahun. Menurunkan suhu secara ekstrim, menyebabkan pendinginan global dan kegagalan panen di seluruh dunia, dikenal tahun tanpa musim panas.

Masih kata digital, tiga kerajaan Tambora, Pekat dan Sanggar di sekitarnya, yang terlibat perdagangan dengan VOC tercatat rakyatnya cukup makmur dan sejahtera hilang terkubur erupsi.

Setelah lebih dari 2 abad 'tidur', kita mencatat ada denyut industri minyak kayu putih terbesar  di dunia terletak di Kabupaten Bima di sekitar kaki Tambora,  panen perdana 3 tahun lalu. Ini salah satu industri yang terus disemai di berbagai lokasi.

Sebelumnya juga sudah berdiri dan beroperasi pabrik gula terpadu peternakan sapi di Dompu, PT Sukses Mantap Sejahjtera (PT SMS) pabrik gula terbesar di wilayah Indonesia timur di atas lahan 5000 hektar di kaki gunung paling bersejarah itu. Sebagian di antaranya berupa perkebunan mitra dengan petani setempat. 

Dua titik industri ini, akan ditambah pertambagan emas dan tembaga di Hu'u juga di Dompu disebut berkelas dunia, akan menjadi cikal bakal pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB).  Pelan namun pasti geliat industrialisasi di NTB terus bergerak di semua level, mikro kecil, menengah dan besar. 

Dari padang luas Sabana Tambora, bergeser agak ke Barat dan Selatan, terbentang aquarium raksasa Teluk Saleh dengan tempat berkumpulnya komunitas ikan hius paus daya tarik unik berselfi dengan wisatawan. Lalu di mulut "kolam" besar itu melintang P Moyo dengan pesona pantai dan panorama dasar laut. 

Di Teluk Saleh, secara ekonomis budidaya hasil laut, berupa rumput laut, kerapu, udang, bandeng, perikanan tangkap dan ubur-ubur hingga tahun lalu mencapai Rp 13,5 T. (Foto; ist.)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun