Di Toko Books, buku tak lagi diam di rak. Ia bicara melalui diskusi, menyapa lewat secangkir kopi, dan menjelma menjadi jembatan ide di antara generasi. Literasi menemukan wajah humanisnya di ruang yang damai ini.Â
Semarang yang dikenal sebagai kota pelabuhan dengan sejarah multikultural, kini menemukan refleksinya dalam ruang kecil di Jalan Dorang. Toko Books menjadi tempat bertemunya gagasan dari berbagai disiplin ilmu, bercampur dengan dialektika antarbudaya yang hidup di kalangan pengunjungnya.
Tentu, inisiatif seperti ini layak diperbanyak. Bayangkan jika di berbagai kota hadir toko-toko buku dengan model serupa, bukan sekadar menjual produk, melainkan merawat komunitas. Bukan hanya transaksi ekonomi, melainkan transaksi gagasan. Bukan sekadar tempat singgah, melainkan ruang untuk bertumbuh.
Pada akhirnya, Toko Books membuktikan bahwa toko buku bisa lebih dari sekadar bisnis. Ia adalah ruang inspirasi, ruang percakapan, ruang pembentukan komunitas. Dengan buku, kopi, dan suasana hangat, ia mengajarkan satu hal: literasi bukan hanya aktivitas membaca, melainkan seni merayakan kehidupan bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI