Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Putri KW Raih Perunggu di BWF 2025, Rubber Game dan Krisis Fisik Hadapi Akane Yamaguchi

31 Agustus 2025   06:47 Diperbarui: 31 Agustus 2025   16:13 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Putri Kusuma Wardani dalam kejuaraan BWF 2025 (Sumber: PBSI)

Kekalahan Putri Kusuma Wardani di semifinal Kejuaraan Dunia BWF 2025 di Adidas Arena, Paris, bukan sekadar soal skor 21-17, 14-21, dan 21-6 dari Akane Yamaguchi.

Kekalahan ini merepresentasikan betapa peran ketahanan fisik menjadi kunci dalam era badminton modern. Putri sempat memberi perlawanan di gim kedua, tetapi kehilangan energi secara drastis di gim ketiga.

Putri yang kini menduduki peringkat 9 dunia memperlihatkan progres signifikan dengan menembus empat besar dunia. Namun, lawannya, Akane Yamaguchi, pemain Jepang peringkat 5 dunia, memiliki keunggulan stamina, disiplin, dan konsistensi strategi.

Hal ini terlihat jelas ketika reli panjang dimainkan untuk menguras energi Putri. Akhirnya, Putri tetap bisa menyelamatkan citra Indonesia dengan raihan piala perunggu, sebagai piala satu-satunya yang didapatkan kontingen.

Sejak gim pertama, pertandingan berjalan ketat. Putri mampu meladeni reli dan menekan Akane, meski kalah tipis.

Pada gim kedua, Putri memperlihatkan determinasi luar biasa dengan merebut kemenangan 21-14. Akan tetapi, kemampuan fisiknya tidak cukup menopang intensitas permainan di gim penentuan.

Kebuntuan Putri di gim ketiga, dengan hanya mencetak enam angka, mencerminkan keterbatasan daya tahan fisik.

Dalam teori manajemen olahraga modern, hal ini disebut sebagai physical sustainability gap, kesenjangan daya tahan yang menghambat kemampuan eksekusi strategi permainan.

Badminton bukan hanya tentang pukulan indah, tetapi tentang bagaimana fisik mampu menopang strategi hingga gim terakhir. Kekalahan Putri Kusuma Wardani di semifinal Paris menjadi pengingat: stamina adalah senjata rahasia yang membedakan juara dari sekadar finalis.

Akane, sebaliknya, terlihat nyaman. Ia mendikte jalannya pertandingan dengan variasi serangan dan pertahanan yang konsisten.

Reli panjang dijadikan alat psikologis untuk menguras energi dan konsentrasi Putri. Ketika fisik melemah, fokus pun ikut goyah, membuat kesalahan demi kesalahan tak terhindarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun