Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Badan Otorita Pantura: Jalan Baru Ekonomi Biru dan Benteng Maritim Indonesia

25 Agustus 2025   19:20 Diperbarui: 25 Agustus 2025   19:20 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelantikan Kepala Badan Otorita Pantura, Didit Herdiawan, di Istana Negara Jakarta (Sumber: Sekretariat Presiden)

Setiap dinding laut adalah pilihan sejarah. Apakah ia akan berdiri sebagai tembok mercusuar yang rapuh, atau menjelma sabuk ekonomi biru yang tangguh? Masa depan Pantura ditentukan pada integritas, visi, dan keberanian memadukan bisnis, ekologi, dan pertahanan negara. 

Isu lingkungan tak kalah genting. Pengalaman global menunjukkan pembangunan tanggul laut kerap mengorbankan ekosistem pesisir. Padahal, mangrove, lamun, dan terumbu karang adalah benteng alami yang lebih murah dan berkelanjutan. Otorita Pantura harus mampu menyeimbangkan rekayasa teknologi dengan konservasi ekologi.

Selain itu, koordinasi lintas provinsi menjadi pekerjaan rumah besar. Lima provinsi terdampak punya kepentingan berbeda. Tanpa orkestra kepemimpinan yang kuat, proyek ini bisa berjalan parsial. Jakarta mungkin aman, sementara Semarang dan Demak tetap terendam. Badan Otorita harus memastikan visi integratif, bukan sekadar tambal sulam.

Pelantikan Didit Herdiawan memberi harapan sekaligus pertanyaan. Dengan reputasi militer dan pengalaman birokrasi, ia punya modal memimpin. Tapi modal saja tidak cukup. Tantangan utamanya adalah menjadikan Giant Sea Wall bukan sekadar proyek monumental, melainkan instrumen nyata yang menggerakkan ekonomi nasional dan memperkuat pertahanan maritim.

Pantura sedang menunggu masa depan barunya. Jika berhasil, ia bisa menjadi ikon abad ke-21 sebagai kawasan pesisir yang tangguh terhadap perubahan iklim, sekaligus simpul ekonomi biru yang menghidupi jutaan orang. Namun jika gagal, Giant Sea Wall hanya akan tercatat sebagai dinding mahal yang rapuh oleh kepentingan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun