Mengajarkan anak tentang uang bukan soal nominal, tapi soal nilai. Saat anak tahu dari mana uang berasal dan ke mana ia pergi, di situlah tumbuh rasa hormat, tanggung jawab, dan empati terhadap perjuangan orangtuanya.
Salah satu kunci sukses dalam membentuk literasi keuangan anak adalah menciptakan suasana dialog yang hangat, bukan menyeramkan. Hindari kalimat seperti "Itu bukan urusanmu" karena bisa menimbulkan perasaan ditolak, tidak dipercaya, atau bahkan rasa bersalah hanya karena ingin tahu.Â
Respon semacam itu dapat menghambat terbentuknya ikatan emosional yang sehat antara anak dan orangtua dalam hal keuangan.
Libatkan anak dalam diskusi kecil saat berbelanja bulanan, atau saat membahas rencana liburan keluarga. Jelaskan mengapa kita memilih merek tertentu, mengapa kita menunda membeli sesuatu, atau bagaimana kita menabung untuk tujuan bersama. Anak akan mulai memahami bahwa setiap keluarga punya prioritas keuangan yang berbeda.
Hal penting lainnya adalah memperkenalkan konsep "kebutuhan" dan "keinginan". Ini akan membentuk pola pikir kritis anak sejak dini. Ajarkan bahwa membeli sesuatu karena dibutuhkan lebih penting daripada karena sedang tren.Â
Anak juga perlu tahu bahwa ada keluarga yang lebih kaya atau lebih miskin dari keluarganya, dan itu bukan hal yang perlu disesali atau disombongkan, melainkan dipahami sebagai realitas hidup.
Psikologi finansial menekankan bahwa kedekatan emosional dengan uang terbentuk dari pengalaman masa kecil. Anak yang diajak berdiskusi tentang keuangan sejak dini cenderung memiliki kontrol finansial yang lebih baik saat dewasa. Mereka lebih menghargai proses kerja keras dan tidak gampang menuntut secara konsumtif.
Hal yang perlu dijaga adalah batas antara transparansi dan beban. Anak tidak perlu dijejali keluhan soal cicilan rumah, utang kartu kredit, atau tekanan ekonomi orangtua. Hal ini hanya akan menciptakan beban psikologis yang mengganggu perkembangan mental mereka.Â
Fokuskan pada pesan yang membangun bahwa keluarga selalu berusaha bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan, bukan hanya bergantung pada uang semata.
Membangun komunikasi keuangan dalam keluarga juga bisa menjadi momen menciptakan kenangan yang bermakna.Â
Gunakan waktu berkumpul untuk bermain permainan simulasi belanja, membuat anggaran mainan mingguan, atau menantang anak untuk menabung demi hadiah yang mereka inginkan. Proses ini menyenangkan dan edukatif.