Ketika Timnas Indonesia menutup matchday ke-9 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia dengan kemenangan dramatis 1-0 atas China, publik mulai percaya bahwa sepak bola Indonesia benar-benar telah bertransformasi.Â
Ini bukan hanya tentang skor, tetapi tentang identitas baru. Sebuah tim yang bermain dengan struktur, taktik, dan determinasi layaknya negara papan tengah Eropa.Â
Kini, misi berikutnya bukan soal lolos ronde berikutnya, melainkan meraih kehormatan. Menaklukkan Jepang di kandangnya dan terbang ke ranking 110 dunia.
Pada 10 Juni 2025 di Stadion Panasonic Suita, Osaka, Indonesia akan menghadapi tuan rumah Jepang dalam laga terakhir Grup C Ronde 3. Meski kedua tim sudah tak punya kepentingan dalam klasemen, duel ini punya taruhannya sendiri, yaitu pertaruhan ranking FIFA.Â
Sebuah kemenangan akan mengantar Garuda menambah 21,58 poin dan menembus posisi 110 dunia. Jika tercapai, ini adalah lonjakan tertinggi Indonesia dalam dua dekade terakhir.
Melihat konstelasi kekuatan, Jepang tentu bukan lawan sembarangan. Mereka duduk manis di peringkat 15 dunia dan dikenal dengan pola permainan ultra-disiplin serta high pressing yang mematikan.Â
Namun, bukan berarti Garuda tak punya peluang. Dengan pendekatan taktik modern dan kombinasi pemain lokal-internasional, Indonesia datang dengan identitas permainan yang semakin matang.
Pelatih Patrick Kluivert diperkirakan akan kembali mengandalkan formasi 3-4-3, skema yang memberinya fleksibilitas tinggi dalam menyerang maupun bertahan.Â
Formasi ini bukan hanya tren global, tetapi juga cocok dengan karakter pemain Indonesia yang mobile, adaptif, dan kini semakin cerdas dalam membaca ruang. Melawan Jepang, fleksibilitas ini akan menjadi kunci.
Ketika tak ada lagi beban klasemen, yang tersisa adalah harga diri dan keyakinan. Inilah saatnya Garuda membuktikan bahwa dengan strategi, disiplin, dan mental juara, kita bisa mengguncang Asia. Jepang bukan rintangan, tapi batu loncatan menuju dunia.Â
Di lini belakang, Indonesia memiliki barisan pertahanan progresif, meliputi Rizky Ridho, Jay Idzes, dan Justin Hubner. Ketiganya tidak hanya kuat dalam duel fisik, tetapi juga piawai memulai serangan dari belakang melalui umpan-umpan vertikal. Dalam sepak bola modern, kualitas bek bukan diukur dari sekadar clearance, tapi bagaimana mereka mengatur tempo dan memecah pressing lawan.
Untuk sektor sayap, Kevin Diks dan Nathan Tjoe-A-On adalah pemain dengan peran ganda, antara bertahan dan menyerang. Diks, dengan pengalamannya di Eropa, bisa menjadi penghubung dari belakang ke depan. Nathan, yang cenderung lebih ofensif, bisa menjadi outlet ketika Jepang menekan dari tengah. Di era sepak bola modern, wingback bukan lagi sekadar pelari, tapi kreator tambahan.
Di tengah, Stefano Lilipaly dapat bermain ganda antara depan dan tengah bersama Thom Haye. Keduanya bisa menjadi kunci untuk menyerang maupun mengulur strategi di belakang. Mereka adalah otak permainan.Â
Lilipaly sebagai playmaker klasik dengan visi dan pengalaman, sementara Haye menjadi jenderal distribusi yang mengatur irama. Kombinasi ini akan sangat krusial dalam merespons tekanan tinggi Jepang. Passing cepat dan rotasi bola yang efektif menjadi elemen utama untuk membuka ruang.
Menarik untuk melihat kemungkinan munculnya Dean James di lini tengah sebagai gelandang box-to-box. Mobilitasnya sangat dibutuhkan untuk memutus aliran bola Jepang di tengah lapangan. Jika Lilipaly dan Haye adalah kreator, maka James adalah breaker, peran yang sering diabaikan namun sangat vital dalam pertandingan berintensitas tinggi.
Barisan depan Garuda juga tak bisa dipandang remeh. Ole Romeny, pemain yang mulai menemukan ritme permainan terbaiknya, bisa menjadi pemecah kebuntuan dengan naluri gol yang tajam.Â
Di sisi sayap, kecepatan dan determinasi Egy Maulana Vikri serta Ramadan Sananta menjadi senjata untuk menyerang balik, khususnya saat Jepang kehilangan shape karena terlalu menekan.
Kunci utama laga ini adalah transisi. Jepang sangat berbahaya dalam situasi transisi cepat, tetapi mereka juga rentan saat kehilangan bola. Di sinilah kecerdasan taktik Indonesia akan diuji, apakah mereka bisa mempertahankan struktur formasi, merebut bola di area kritis, dan melancarkan serangan balik efektif dalam dua-tiga sentuhan saja?
Strategi pressing juga harus diperhitungkan matang-matang. Pressing buta hanya akan menguras stamina. Garuda harus menekan secara kolektif, terorganisasi, dan dengan timing yang tepat.Â
Pemahaman ruang yang semakin baik, pressing semi-tinggi bisa dipakai untuk memancing kesalahan Jepang di tengah, bukan di area bertahan mereka.
Satu hal yang kini menjadi kekuatan baru Indonesia adalah mentalitas. Kemenangan atas China bukan hanya soal tiga poin, tetapi juga membuktikan bahwa Garuda kini bisa mengontrol pertandingan besar. Melawan Jepang, mentalitas ini harus dijaga, bukan sebagai underdog, tapi sebagai rival yang punya ambisi dan sistem permainan solid.
Sepak bola modern adalah tentang keberanian, dan Indonesia hari ini punya nyali, taktik, dan mimpi yang terbang tinggi, sehingga ranking 110 dunia bukan lagi sekadar angan.Â
Faktor non-teknis seperti atmosfer stadion dan tekanan publik tuan rumah tentu tidak bisa diabaikan. Namun, ini juga bisa menjadi motivasi tersendiri. Garuda bermain tanpa beban klasemen. Semua yang terjadi di lapangan akan berkonsekuensi pada satu hal, yaitu peningkatan posisi di panggung dunia.
Jika Indonesia menang, bukan hanya ranking yang akan berubah. Tapi narasi tentang sepak bola Indonesia secara global. Dunia akan mulai melirik bukan lagi sebagai negara dengan suporter fanatik semata, tapi sebagai entitas sepak bola yang tumbuh dengan sistem, filosofi, dan kompetensi teknik yang modern.
Inilah momen emas untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia bukan hanya negara dengan populasi besar, tapi juga dengan sepak bola yang siap bersaing di level tertinggi.Â
Jepang adalah ujian terakhir di ronde ini, dan 90 menit di Suita bisa jadi 90 menit paling bersejarah dalam loncatan peradaban sepak bola Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI