Sebaliknya, generasi milenial dan Z mulai mengadopsi pola pikir yang lebih terukur secara digital. Mereka lebih suka portofolio investasi yang bisa diakses kapan saja, di mana saja. Emas digital memberikan kebebasan likuiditas tanpa perlu ke toko emas atau repot menjual ke pihak ketiga. Ini memberi daya tarik yang tidak bisa diabaikan.
Bagi korporasi atau institusi besar, emas digital juga lebih efisien dalam konteks pencatatan aset dan fleksibilitas likuidasi. Namun, bagi individu dengan trauma terhadap sistem keuangan digital atau pernah menjadi korban penipuan online, emas fisik tetap menjadi benteng terakhir.Â
Jika dilihat dari kacamata manajemen risiko finansial, emas digital unggul dalam efisiensi dan diversifikasi. Namun, emas fisik unggul dalam kejelasan kepemilikan dan ketahanan terhadap risiko sistemik. Ini adalah perbandingan antara dua bentuk kenyamanan, yaitu kenyamanan digital yang rasional versus kenyamanan fisik yang emosional.
Dalam beberapa kondisi, strategi hybrid bisa menjadi jawaban. Investor menyimpan sebagian dalam bentuk fisik sebagai cadangan, dan sebagian dalam bentuk digital untuk transaksi cepat. Ini seperti menaruh telur dalam dua keranjang yang berbeda, mencegah risiko tunggal sambil tetap meraih manfaat optimal.
Pilihan investasi emas kini tidak hanya soal nilai intrinsik, tapi juga tentang preferensi gaya hidup, literasi teknologi, dan profil risiko investor. Tidak ada yang salah antara memegang emas batangan 5 gram di tangan atau melihat saldo 5 gram di aplikasi. Hal yang penting adalah memahami karakter diri dan mengambil keputusan yang selaras dengan kebutuhan serta kenyamanan masing-masing.
Perdebatan antara emas fisik dan emas digital sebetulnya tidak perlu menjadi dikotomi. Dunia investasi hari ini menuntut fleksibilitas berpikir, termasuk dalam menyikapi bentuk-bentuk aset. Hal terpenting adalah literasi, transparansi, dan kendali sadar atas setiap langkah finansial yang diambil.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI