Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Persijap Jepara, Dari Keterpurukan Menuju Kebangkitan di Liga 1

26 Februari 2025   10:03 Diperbarui: 26 Februari 2025   10:03 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skuad Persijap Jepara yang lolos ke Liga 1 musim 2025/2026 (Sumber: jpnn.com)

Malam Rabu, 25 Pebruari 2025, di Stadion Gelora Bumi Kartini (GBK) Jepara, ribuan pasang mata tertuju pada bola yang bergulir di kaki Leo Lelis. Waktu menunjukkan mendekati menit ke-85, dan skor masih bertahan 0-0. Harapan seluruh warga Jepara menggantung di udara, menanti sebuah keajaiban. Lelis, yang selama ini dikenal sebagai tembok pertahanan di depan penjaga gawang, tiba-tiba maju ke depan kotak penalti PSPS Pekanbaru. Dengan penuh keyakinan, ia melepaskan tembakan keras yang menghujam jala gawang lawan. Gol! Suporter Persijap yang datang jauh dari Jepara bersorak seketika, sementara di tepi lapangan, Widodo C Putro mengepalkan tangan, sadar bahwa mimpi mereka kembali ke Liga 1 semakin nyata.

Persijap Jepara akhirnya memastikan diri finish di posisi ketiga Liga 2 dan meraih tiket emas promosi ke Liga 1 musim 2025/2026. Laskar Kalinyamat, julukan tim kebanggaan kota ukir ini, telah melewati perjalanan panjang penuh liku untuk kembali ke kasta tertinggi sepak bola nasional. Ini bukan sekadar kemenangan di lapangan, tetapi juga sebuah pembuktian bahwa semangat pantang menyerah dan kerja keras selalu menemukan jalannya menuju kejayaan.

Persijap Jepara telah kembali, dan mereka siap menuliskan kisah baru di pentas tertinggi sepak bola nasional. Ini bukan sekadar promosi, ini adalah kebangkitan!

Sejarah panjang Persijap menjadi saksi bahwa klub ini bukanlah tim biasa. Tiga kali menjuarai Piala Suratin pada 1982, 1998, dan 2002 membuktikan bahwa Jepara memiliki DNA juara. Dari Divisi Satu pada 1994 hingga melangkah ke Divisi Utama pada 2001, mereka pernah berdiri sejajar dengan klub-klub besar Indonesia. Namun, badai krisis menerpa di 2014 saat mereka harus terlempar dari kompetisi tertinggi akibat perubahan sistem liga. Sejak saat itu, Persijap menjalani perjalanan penuh luka di kasta bawah, mencoba bangkit dari keterpurukan selama bertahun-tahun.

Tak mudah bagi Persijap untuk kembali ke panggung utama. Tahun-tahun di Liga 3 dan Liga 2 adalah ujian kesabaran dan ketahanan mental. Suporter setia seperti Banaspati dan Jetman, tetap berteriak lantang di tribun meski tim mereka harus berjuang di level bawah. Mereka percaya, Persijap bukanlah tim yang pantas terbenam di kegelapan. Dan kepercayaan itulah yang menjadi bahan bakar semangat para pemain dan pelatih dalam setiap laga.

Musim ini menjadi momentum emas bagi Persijap. Dengan komposisi skuad yang solid, dari penjaga gawang Sendri Johansyah hingga lini serang yang dihuni David Laly dan Rosalvo, Persijap tampil sebagai tim yang tidak mudah ditaklukkan. Di bawah arahan Widodo C Putro, permainan mereka semakin matang dan penuh determinasi. Setiap pertandingan di Liga 2 menjadi pembuktian bahwa mereka siap untuk naik level.

Laga melawan PSPS Pekanbaru menjadi ujian terakhir yang harus mereka lewati. Berhadapan dengan tim besutan Aji Santoso yang sarat pengalaman, Persijap harus bermain disiplin dan penuh ketenangan. Sepanjang pertandingan, kedua tim saling serang, namun tak ada gol yang tercipta. Ketika laga memasuki menit-menit akhir, harapan sempat nyaris pupus. Namun, Leo Lelis datang sebagai pahlawan di saat yang tepat. Gol tunggalnya tak hanya mengunci kemenangan, tetapi juga mengukir sejarah baru bagi Persijap Jepara.
Kemenangan ini bukan hanya milik para pemain, tetapi juga milik seluruh masyarakat Jepara. Kota yang dikenal dengan industri ukirnya kini kembali bergaung di kancah sepak bola nasional. Stadion Gelora Bumi Kartini, yang selama ini menjadi saksi perjuangan mereka di kasta bawah, akan kembali menyambut pertandingan-pertandingan Liga 1 dengan sorakan suporter yang membahana.

Kemenangan ini bukan hanya milik para pemain, tetapi juga milik seluruh masyarakat Jepara. Sepak bola bukan sekadar permainan, tetapi kebanggaan, perjuangan, dan identitas.

Bagi para suporter Persijap, ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Mereka yang pernah melihat tim kesayangannya terjatuh kini menyaksikan kebangkitan yang luar biasa. Tangis haru dan kebanggaan membanjiri tribun saat peluit panjang berbunyi. Ini bukan hanya kemenangan di lapangan, tetapi juga kemenangan atas kesabaran, loyalitas, dan semangat pantang menyerah.

Kini, tantangan baru menanti di Liga 1. Persijap harus membuktikan bahwa mereka bukan sekadar tim promosi, tetapi juga tim yang layak bersaing dengan klub-klub besar Indonesia. Namun satu hal yang pasti, Laskar Kalinyamat telah kembali dan siap menuliskan kisah baru di pentas tertinggi sepak bola nasional. Sepak bola bukan sekadar permainan. Bagi Jepara, sepak bola adalah kebanggaan, perjuangan, dan identitas. Dan di musim 2025/2026 nanti, mereka akan kembali meneriakkan satu kalimat dengan lantang: Persijap Jepara, kami kembali!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun