Mohon tunggu...
Muhammad Israq
Muhammad Israq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ejapi na nikana doang

Belajar sepanjang waktu !

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Islamisasi Kerajaan Gowa Karya Ahmad M Sewang

16 Januari 2023   23:43 Diperbarui: 16 Januari 2023   23:53 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Sementara itu,perihal kepercayaan, kebanyakan masyarakat pada masa tersebut menganut paham animisme. Sederhanya, menurut Tylor, animisme merupakan pemujaan terhadap roh/benda keramat yang dianggap memiliki kekuatan magis. Tujuan kebanyakan masyarakat pada waktu itu memuja roh/benda keramat tersebut agar kehidupan mereka tidak diganggu. Mereka percaya, sama halnya kehidupan yang kita alami, para roh/benda keramat itu juga menjalani kehidupan  di alam lain.

C.Kedatangan Bangsa Asing

Bangsa asing yang dimaksud adalah bangsa Potugis dan bangsa Belanda. Tujuan utama kedatangan bangsa Portugis ke Sulawesi Selatan  adalah untuk mencari rempah, akan tetapi setelah mereka telah lama menetap, mereka kemudian melancarkan misi lainnya yaitu menyebarkan agama Kristen Katolik. Tercatat, Raja Suppa; Raja Bacukiki; dan Raja Siang pada masa itu telah berhasil dibaptis. 

Keadaan tersebut memicu para pedagang Melayu untuk segera mengundang tiga mubalig dari Koto Tangah Minangkabau agar datang ke Makassar untuk mengislamkan Raja dan masyarakat Kerajaan Gowa-Tallo.

Di sisi lain, maksud dan tujuan utama kedatangan bangsa Belanda di Sulawesi Selatan semata-mata untuk  memonopoli perdangangan rempah-rempah.

Kemudian pada bab ketiga mulai dikisahkan inti dari buku ini, yaitu bagaimana awal mula perkenalan, penerimaan hingga penyebaran agama Islam sebagai agama resmi kerajaan.

Sudah dibahas sebelumnya, bahwa pada masa Raja Gowa ke-X telah terdapat sebuah perkampungan muslim di Makassar. Kedatangan Islam di Makassar dibawa oleh pedagang Melayu (yang dimaksud Melayu saat itu bukan hanya Riau dan Semenanjung Malaka, tetapi seluruh pulau Sumatera), sehingga Datuk ri Bandang yang datang dari Koto Tangah, Minangkabau disebut sebagai orang Melayu.

Abdul Makmur, Khatib Tunggal, atau yang lebih populer dengan nama Datuk ri Bandang datang ke Sulawesi Selatan bersama dua rekannya, yaitu Sulaiman, Khatib Sulung, yang lebih populer dengan nama Datuk Patimang dan Abdul Jawad, Khatib Bungsu, yang lebih populer dengan nama Datuk ri Tiro.

Mereka datang ke Sulawesi Selatan dengan misi menyebarkan agama Islam. Setelah mereka sampai di Makassar, mereka tidak langsung berdakwah, namun hal yang pertama mereka lakukan adalah menyusun strategi dakwah. Langkah awal yang dilakukan oleh ketiga mubalig tersebut adalah pergi ke Luwu untuk mengislamkan penguasanya yang bergelar Sultan Muhammad Waliy Muzahir al-Din. Setelah Datu Luwu tersebut masuk agama Islam, ketiga mubalig tersebut meminta bantuannya agar mereka dibantu menyebarkan agama Islam. Namun, Datu Luwu tersebut mengatakan yang ada di Luwu hanya kemuliaan, kekuatan ada di Gowa. Maka ketiga mubalig tersebut membagi tugas.

-Datuk ri Bandang yang dikenal sebagai ahli fikih bertugas untuk menghadapi masyarakat Gowa-Tallo yang masih menekuni tradisi lama seperti judi, sabung ayam, minum tuak (ballo). Dalam dakwahnya, Datuk ri Bandang lebih menekankan pada pelaksaan hukum syariat.

-Datuk Patimang bertugas di Kerajaan Luwu yang masyarakatnya juga masih berpegang pada tradisi lama, yakni menerapkan konsep Dewata Seuwae. Dalam dakwahnya, Datuk Patimang lebih menekankan pada ajaran Tauhid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun