Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Efendi
Muhammad Irfan Efendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - HANYA MANUSIA

YAKINKAN DENGAN IMAN, USAHAKAN DENGAN ILMU, SAMPAIKAN DENGAN AMAL

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyambut Pendidikan Era Digital Society 5.0

14 Juni 2022   14:53 Diperbarui: 14 Juni 2022   15:06 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apakah kita merasakan perubahan yang terjadi pada dunia kita?, ya kita sekarang memang sedang mengalami berbagai perubahan yang sangat signifikan dalam bidang teknologi. Sebagai generasi yang lahir tahun 2000-an kita merasakan awal hadirnya teknologi. Dari adanya handphone seluler sampai dengan handphone android seperti sekarang ini. Sekarang ini kita akan menyambut yang namanya era digital society 5.0 yang mana gagasan ini muncul dari Jepang pada tahun 2019 lalu.

Socieaty 5.0 ialah gagasan yang dipelopori oleh Jepang untuk mewujudkan adanya masyarakat super cerdas (MSC). Dengan memanfaatkan Internet Of Things (IoT), Big Data, Komputasi, kecerdasan buatan (AI), dan teknologi robotika. Jadi socieaty 5.0 ini adalah sebuah gagasan untuk mensejahterakan dan melindungi manusia menggunakan kecerdasan teknologi baik berupa robot maupun sebuah layanan dalam kehidupan sehari-hari manusia.

Loh kok langsung era digital society 5.0?, jadi teknologi itu ibarat manusia yang mana pasti akan mengalami pertumbuhan dan akan semakin maju untuk kedepannya. Pada revolusi 1.0 kita masih menggunakan dengan teknologi yang berasal dari uap, seperti dalam transportasi, produksi, dll. Setelah itu kita masuk pada era revolusi 2.0 yang mana disini kita sudah mengenal listrik untuk menjadi sumber tenaga bagi teknologi.

Dalam revolusi 3.0 kita mengenal dengan adanya komputer untuk membantu pekerjaan kita di segala lini. Setelah itu kita masuk pada era 4.0 yang mana disini kita sudah mengenal dengan adanya internet dan juga mesin-mesin sudah ada yang bisa untuk merakit sebuah produk dan sebagainya.

Meskipun kita masih berada dalam era 4.0 namun tak sedikit yang tidak memahami era revolusi ini, apalagi kita sebagai negara berkembang masih sangat sulit untuk menselaraskan ini kepada seluruh negeri kita. Mungkin kesulitan itu dikarenakan kita memang memiliki banyak pulau dan juga masih ada wilayah-wilayah yang masih terisolasi dari kemajuan teknologi ini.

Dan juga mungkin ketidak selarasan ini ditimbulkan oleh beberapa oknum yang bertanggung jawab atas keselarasan teknologi namun tidak menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Dan karena dia terlalu baik dan sopan sehingga ia memotong uang anggaran keselarasan ini untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Yah, seperti budaya yang dilakukan para petinggi dalam negara wakanda itu.

Yuk balik lagi bahas sociaty 5.0, jangan bahas yang aneh-aneh karena sekarang di negara wakanda itu sudah banyak propaganda karena menjelang sebuah pemilihan hokage (pemimpin sebuah negara dalam serial anime Naruto). Banyak klan yang mulai mengeluarkan jutsu-jutsu andalannya, makin berulah saja ini kepala untuk memikirkan yang bukan tema.

Dalam revolusi teknologi soviaty 5.0 ini akan sangat mempengaruhi segala aspek yang ada di masyarakat. Dalam pendidikan yang mana karena dari kemaren-kemaren ini kita ada pada masa pandemi sehingga pendidikan dilakukan secara daring. Menggunakan teknologi dan mengharuskan agar para guru berkreatifitas supaya meskipun dilakukan secara daring namun hasil pembelajaran bisa maksimal juga. Oleh karena itu dalam pendidikan sudah mulai ada peningkatan untuk penggunaan teknologi.

Banyak program yang dilakukan dalam pendidikan untuk menyiapkan diri pada era sociaty 5.0. contohnya upaya digitalisasi madrasah yang mana semua berkas dan pengajuan dilakukan secara online. Dan juga untuk kedepannya pasti akan lebih canggih lagi untuk apa yang akan diterapkan dalam pendidikan.

Bisa jadi suatu saat nanti dalam sociaty 5.0 akan ada kecerdasan buatan yang bisa mengajarkan kepada anak didik mengenai materi yang akan di pelajari. Dan tingkat kesetaraan materi jika menggunakan kecerdasan buatan akan sangat mudah. Karena bisa diprogram dan mempunyai kapasistas yang sama.

Namun dalam memberi kehangatan dan kasih sayang akan sangat kurang jika hanya mengandalkan kecerdasan buatan. Proses pembelajaran itu bukan hanya kegiatan untuk mempelajari materi. Namun juga untuk membentuk sebuah kehangatan antar guru dan peserta didik. Jadi ada hal-hal yang mana manusia tidak bisa digantikan oleh sebuah kecerdasan buatan.

Dan juga ketika hanya belajar menggunakan kecerdasan buatan, dalam agama kita pasti mendengar pendapat bahawa jika kita belajar namun tidak ada gurunya makan ia sama saja berguru pada setan. Dalam hal ini guru yang dimaksud ialah seorang guru yang berwujud bukan sebuah sistem apalagi sebuah kecerdasan buatan. Oleh karena itu untuk menyambuta era sociaty 5.0 ini perlulah dimatangkan lagi konsep pendidikan yang seperti apa yang cocok dan dibutuhkan dalam negeri ini.

Namun saya harap konsep itu jangan mudah dirubah, karena jika sering dirubah bagaimana kita akan mewujudkan tujuan pendidikan. Sudah melangkah separuh namun tujuannya di ganti beserta jalan yang akan dituju dalam menggapai tujuan itu.

Sebagai calon pendidik kita  harus siap terhadap perkembangan teknologi ini. Jangan sampai kita sebagai pendidik tertinggal atas kemajuan teknologi. Karena ini akan menyebabkan metode yang akan diterapkan tidak sesuai dengan apa yang peserta didik inginkan dan terkesan jadul. Meskipun demikian kita juga harus tau dampak negatif dari kemajuan teknologi ini. Untuk mencegah hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi. Dan bagi seorang pendidik itu menjadi keharusan untuk kite membimbing peserta didik untuk menggunakan teknologi dengan baik.

Jangan sampai dengan kemajuan teknologi ini kita menjadi budak teknologi. Seperti sekarang ini banyak orang yang menjadi budak teknologi. Yang jauh terasa dekat dan yang dekat terasa jauh. Jiwa sosial banyak yang berkurang akibat kemajuan teknologi ini. Entah ini menjadi kesengajaan suatu golongan atau ketidak siapan kita mengjadapi teknologi. Banyak yang terjajah oleh kemajuan teknologi sehingga teknologi bukan alat mempermudah pengetahuan naun malah menjadi kemunduran pengetahuan.

Contohnya saja maraknya game online dan aplikasi sosial lainnya. Banyak dari masyarakat kita kecanduan atas game online ini. Melupakan segala kewajiban dan tanggung jawabnya. Sebenernya sah-sah saja kita menggunakan kemajuan teknologi namun kita harus tau kapan waktu kita untuk melakukan kewajiban dan tanggung jawab kita didunia nyata. Dan juga perihal sosial kita harus mengedepankan sosial dari pada sebuah teknologi.

Apalagi setelah ini ada yang namanya dunia metavers yang mana disini adalah bentuk virtual kehidupan nyata. Intinya kita dalam dunia metavers bisa bertemu dengan orang baru dan melakukan keinginan kita dalam bentuk virtual. Oleh karena itu dalam pandangan negatifnya ini akan menjadi sebuah kemunduran jiwa sosial jika kita terjebak dan diperbudak oleh teknologi. Namun jika kita bisa menggunakan sebuah teknologi dengan manajemen yang baik itu akan menjadikan kita sebuah kemajuan untuk beradabtasi dengan perkembangan zaman ini.

Jadi meskipun kemajuan kedepan ini akan mempermudah kita dalam segala hal, namun jangan sampai kita terjerumus dalam kemalasan dan menjadi budak teknologi. Gunakan teknologi dengan baik agar kita tidak terjebak dalam kemunduran namun kemajuan atas adanya sebuah teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun