Mohon tunggu...
Muhammad Fikri
Muhammad Fikri Mohon Tunggu... Pengelola Keprotokolan di Sekretariat Jenderal DPR RI

Saya merupakan pribadi yang memiliki komitmen tinggi terhadap nilai-nilai kebangsaan, integritas pelayanan publik, dan semangat profesionalisme dalam birokrasi pemerintahan. Sebagai lulusan Pelatihan Dasar CPNS, ia menunjukkan ketertarikan kuat terhadap isu-isu strategis seperti wawasan kebangsaan, bela negara, serta analisis isu kontemporer. Hal ini tercermin dari konsistensinya dalam mengkaji materi-materi pelatihan secara kritis dan menyeluruh, serta menjadikannya sebagai landasan dalam menjalankan tugas dan pengabdian sebagai ASN. Dalam bekerja, sayadikenal sebagai pribadi yang disiplin, terstruktur, dan berorientasi pada hasil, serta memiliki kemampuan berpikir sistematis dan strategis. Dengan latar belakang dan karakter tersebut, saya terus berupaya menjadi ASN yang tidak hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga menjadi bagian dari solusi bangsa, serta agen perubahan yang menjunjung tinggi Pancasila, konstitusi, dan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Modul Agenda 1

4 Agustus 2025   13:40 Diperbarui: 4 Agustus 2025   20:24 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TUGAS INDIVIDU

 

RESENSI (REVIEW) MATERI MODUL AGENDA I (3 BUAH MODUL)

 

LATSAR CPNS GELOMBANG XIV 2025

 

Nama               : Muhammad Fikri

Angkatan        : XIV

Kelompok       : IV

 

Modul 1 Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara

Di tengah arus globalisasi, modernisasi, dan dinamika sosial-politik yang cepat, seorang ASN tidak cukup hanya memiliki kompetensi teknis, tetapi juga perlu memiliki fondasi nilai yang kuat dalam kebangsaan dan bela negara. Di sinilah peran penting Modul Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara. Saat ini Indonesia sebagai negara besar dan majemuk menghadapi berbagai permasalahan kebangsaan yang kompleks. Tantangan-tantangan tersebut meliputi:

1. Melemahnya nasionalisme, terutama di kalangan generasi muda yang terpapar oleh budaya luar tanpa penyaring nilai.

2. Radikalisme dan intoleransi, yang mengancam persatuan dan keutuhan NKRI dari dalam.

3. Korupsi yang merajalela, memperburuk citra birokrasi dan merusak kepercayaan publik terhadap institusi negara.

4. Kesenjangan sosial dan ekonomi, yang menciptakan potensi konflik horizontal.

5. Kurangnya keteladanan dari penyelenggara negara, yang membuat nilai-nilai kebangsaan kehilangan otoritas moral.

Permasalahan ini merupakan tantangan nyata yang membutuhkan peran-peran ASN yang mampu menjaga, merawat, dan memperkuat fondasi kebangsaan. Dalam pelaksanaannya terdapat tantangan dalam penerapan wawasan kebangsaan. Dalam implementasinya, wawasan kebangsaan seringkali dihadapkan pada tantangan-tantangan sebagai berikut:

1. Internalisasi nilai yang lemah — Banyak ASN memahami Pancasila dan UUD 1945 hanya sebagai formalitas, tanpa dihayati sebagai nilai hidup.

2. Budaya birokrasi yang permisif — Masih banyak praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) yang menggerus idealisme ASN.

3. Tekanan politik dan kepentingan elit — ASN seringkali terseret arus pragmatisme politik sehingga kehilangan netralitas.

4. Kurangnya pendidikan karakter berkelanjutan — Pelatihan hanya bersifat insidental tanpa adanya pendampingan nilai secara berkelanjutan.

5. Disrupsi teknologi informasi — Tantangan dunia digital seperti hoaks, cyber attack, dan ujaran kebencian dapat memecah belah ASN dan masyarakat.

Upaya penerapan bela negara

Modul 1 menawarkan kerangka nilai bela negara yang meliputi:

1. Cinta tanah air

2. Kesadaran berbangsa dan bernegara

3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara

4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara

5. Kemampuan awal bela negara secara fisik maupun non-fisik

Upaya penerapan dilakukan melalui:

1. Pelatihan dasar CPNS sebagai fase awal internalisasi nilai.

2. Kegiatan keprotokolan, baris-berbaris, dan pembiasaan disiplin.

3. Peningkatan literasi kebangsaan melalui media internal ASN.

4. Penguatan integritas melalui kode etik ASN.

5. Pelibatan ASN dalam program-program sosial yang menyentuh langsung masyarakat.

ASN juga diajak untuk mengembangkan semangat bela negara di tempat kerja dengan membudayakan kerja keras, tanggung jawab, transparansi, dan loyalitas terhadap konstitusi.

Kesiapsiagaan bela negara dalam era kontemporer

Konsep bela negara pada zaman dahulu identik dengan pertahanan fisik atau militer. Namun dalam konteks ASN modern, kesiapsiagaan bela negara mencakup aspek:

1. Mental dan spiritual – ASN harus tahan godaan korupsi, mampu bersikap adil dan jujur.

2. Sosial – ASN harus siap menjadi pengayom masyarakat dari berbagai latar belakang.

3. Digital – ASN harus siap menghadapi ancaman siber, hoaks, dan ujaran kebencian.

4. Intelektual – ASN harus mampu bersikap kritis dan rasional menghadapi isu-isu strategis nasional.

Kesiapsiagaan ini menjadi kunci dalam menciptakan ASN yang tangguh dan mampu menjawab kebutuhan bangsa yang terus berkembang.

Analisis isu kontemporer dalam porspektif Bela Negara

Modul ini mengajarkan metode tapisan isu dan gap analysis untuk membantu ASN menganalisis isu-isu aktual, seperti:

1. Radikalisme digital

2. Separatisme berbasis identitas

3. Penyalahgunaan media sosial untuk propaganda

4. Krisis moral aparatur negara

5. Konflik sosial yang tereskalasi oleh polarisasi politik

Metode tapisan isu membantu ASN memilih isu yang relevan, strategis, dan berdampak luas. Gap analysis membantu memahami kesenjangan antara kondisi ideal dan kenyataan, sehingga ASN bisa menawarkan solusi yang tepat dan kontekstual. Sebagai contoh, ketika muncul fenomena intoleransi di lingkungan kerja, ASN dapat melakukan refleksi terhadap budaya organisasi, mengidentifikasi celah kebijakan, dan mengusulkan pendekatan inklusif yang berbasis Pancasila.

Kesimpulan

Modul Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara memberikan fondasi strategis dalam membentuk ASN yang bukan hanya profesional, tetapi juga patriotik. Di tengah ancaman disintegrasi, disinformasi, dan devaluasi nilai, ASN harus mampu menjadi role model dalam membumikan nilai-nilai kebangsaan di tengah masyarakat.

Rekomendasi:

1. Modul ini harus diperkuat dengan praktik nyata di lingkungan kerja, bukan hanya di ruang pelatihan.

2. Perlu adanya evaluasi rutin terhadap implementasi nilai bela negara di tiap instansi.

3. Setiap instansi perlu membentuk agen-agen perubahan (change agent) di level struktural dan fungsional.

4. Kepemimpinan birokrasi harus memberikan keteladanan, karena nilai hanya akan hidup bila disertai contoh nyata.

ASN harus dilibatkan dalam forum lintas budaya dan sosial, agar wawasan kebangsaannya terasah dalam ruang nyata.

Resensi Modul: Analisis Isu Kontemporer dalam Konteks Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara

Di tengah dinamika globalisasi, transformasi digital, dan kompleksitas permasalahan sosial-politik, seorang ASN (Aparatur Sipil Negara) tidak lagi cukup menjadi pelaksana teknis administratif. ASN harus mampu menjadi aktor strategis yang cakap membaca situasi, menganalisis permasalahan kontemporer, serta mengambil sikap kebangsaan yang berlandaskan Pancasila dan nilai bela negara. Modul "Analisis Isu Kontemporer" dalam Pelatihan Dasar CPNS hadir sebagai upaya membekali ASN dengan alat berpikir kritis, analitis, dan solutif dalam menghadapi berbagai isu bangsa.

Modul ini tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi jembatan antara pemahaman normatif tentang wawasan kebangsaan dan bela negara (yang dibahas dalam modul sebelumnya) dengan kenyataan konkret dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Isu kontemporer adalah realitas yang harus dihadapi dengan kecermatan, ketangguhan nilai, dan kesiapan mental.

Permasalahan Kebangsaan dalam Konteks Kekinian

Indonesia menghadapi beragam isu aktual yang kompleks, seperti:

1. Radikalisme dan Intoleransi
2. Ideologi transnasional dan sikap eksklusif atas nama agama atau kelompok etnis menciptakan potensi perpecahan. ASN harus menyadari bahwa netralitas dan loyalitas pada NKRI adalah harga mati.

3. Disinformasi dan Hoaks
 Arus informasi yang sangat cepat di era digital menimbulkan kebingungan publik, menciptakan distrust pada pemerintah, serta memicu konflik sosial. ASN dituntut menjadi agen literasi yang bisa meredam dampak negatif media sosial.

4. Korupsi dan Penurunan Integritas Lembaga
Korupsi masih menjadi penyakit kronis birokrasi yang menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat. ASN harus menjadi pionir dalam budaya antikorupsi dan transparansi.

5. Ancaman Global: Pandemi, Krisis Ekonomi, dan Perang Siber
 Isu-isu lintas negara seperti COVID-19, resesi global, dan serangan digital menuntut ASN memiliki kapasitas resilien dan adaptif terhadap krisis multidimensi.

Tantangan dalam Menyikapi Isu Kontemporer

ASN menghadapi sejumlah tantangan struktural dan kultural dalam menyikapi isu-isu tersebut, seperti:

1. Kapasitas analitis yang belum merata — Tidak semua ASN dibekali kemampuan membaca dan menganalisis dinamika sosial-politik.

2. Budaya kerja yang masih birokratis dan reaktif, bukan solutif dan proaktif.

3. Kurangnya ruang diskusi dan pengambilan keputusan partisipatif.

4. Minimnya literasi media dan literasi kebangsaan di kalangan ASN.

Modul ini menegaskan bahwa ASN harus mengembangkan keterampilan berpikir kritis, sistemik, dan berbasis nilai. ASN tidak boleh hanya menjadi pelaksana, tetapi juga harus menjadi penyaring informasi dan pengarah kebijakan publik yang membela kepentingan bangsa.

Upaya dan Strategi Penerapan Nilai Bela Negara

Modul ini menawarkan pendekatan strategis untuk menganalisis dan merespons isu kontemporer dengan berlandaskan nilai-nilai bela negara, antara lain:

1. Penerapan Teknik Tapisan Isu
 Yaitu metode identifikasi isu yang strategis, sensitif, aktual, dan relevan bagi ASN. Ini penting untuk memilah isu yang benar-benar berkaitan dengan kepentingan nasional dan bukan sekadar wacana.

2. Gap Analysis (Analisis Kesenjangan)
Digunakan untuk membandingkan kondisi ideal yang diharapkan dengan kondisi nyata yang sedang dihadapi. Dengan ini, ASN bisa mengidentifikasi celah kebijakan dan mencari solusi yang realistis.

3. Penerapan Nilai Kebangsaan dan Bela Negara dalam Tindakan Nyata

4. Mendorong ASN untuk menghindari sikap partisan dan tetap netral politik.

5. Membangun integritas melalui penolakan gratifikasi, transparansi kinerja, dan etika pelayanan publik.

6. Mendorong budaya reflektif dalam menghadapi isu dengan pendekatan multidisipliner dan multikultural.

7. Menjadi role model di media sosial, tidak ikut menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian.

Kesiapsiagaan Bela Negara dalam Konteks ASN

Bela negara di era kontemporer tidak lagi identik dengan senjata dan militer. ASN dituntut untuk memiliki kesiapsiagaan sipil, yang mencakup:

1. Kesiapsiagaan intelektual – mampu menganalisis data, memahami konteks, dan menyusun rekomendasi kebijakan.

2. Kesiapsiagaan moral dan etis – menolak segala bentuk pelanggaran etika dan hukum, meski dalam tekanan struktural.

3. Kesiapsiagaan sosial dan digital – berinteraksi secara bijak dan aktif menciptakan narasi persatuan, baik offline maupun online.

Contoh konkret dari kesiapsiagaan ini adalah ketika ASN di sebuah daerah rawan konflik aktif menyusun program pencegahan intoleransi berbasis budaya lokal, atau saat ASN membuat konten edukatif tentang Pancasila di media sosial sebagai bentuk literasi kebangsaan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Modul “Analisis Isu Kontemporer” membuka cakrawala bahwa menjadi ASN berarti siap hidup dalam kompleksitas zaman dan berani mengambil sikap kebangsaan dalam menghadapi masalah aktual. ASN yang baik bukan hanya yang mampu menyelesaikan pekerjaan, tetapi juga yang mampu menganalisis akar persoalan, bersikap kritis, dan tetap berlandaskan nilai-nilai negara.

Rekomendasi strategis dari resensi ini antara lain:

1. Modul ini perlu menjadi pelatihan tahunan wajib, bukan hanya saat Latsar.

2. Perlu dibuat platform kolaboratif ASN untuk diskusi isu kontemporer lintas instansi.

3. Literasi kebangsaan dan digital harus masuk dalam evaluasi kinerja ASN.

4. ASN perlu dilatih untuk menjadi narrative builders di tengah masyarakat, bukan hanya teknokrat

 

Resensi Modul: Kesiapsiagaan Bela Negara dalam Penguatan Peran ASN

Dalam rangka menjaga eksistensi dan keberlanjutan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), diperlukan kesadaran kolektif akan pentingnya bela negara dari seluruh elemen masyarakat, khususnya Aparatur Sipil Negara (ASN). Modul “Kesiapsiagaan Bela Negara” disusun untuk menanamkan dan menguatkan nilai-nilai bela negara melalui pembinaan mental, fisik, kedisiplinan, serta penguatan rasa cinta tanah air.

Modul ini menggarisbawahi bahwa bela negara bukanlah tanggung jawab TNI atau aparat pertahanan semata, tetapi juga menjadi bagian dari jati diri ASN sebagai pelayan publik dan penjaga konstitusi. Kesiapsiagaan ASN dalam menghadapi berbagai situasi — dari tantangan birokrasi, sosial, hingga ancaman non-militer — merupakan fondasi penting dalam menjaga stabilitas nasional.

Permasalahan dalam Membangun Kesiapsiagaan Bela Negara

Beberapa permasalahan utama yang diangkat dalam modul ini mencakup:

1. Lemahnya pemahaman ASN terhadap konsep bela negara yang luas, yang tidak hanya bersifat militeristik, tetapi juga sipil dan moral.

2. Kurangnya disiplin, integritas, dan kepekaan sosial di sebagian kalangan ASN, yang mengakibatkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap negara.

3. Masih adanya ASN yang terjebak dalam zona nyaman, sehingga tidak memiliki ketahanan fisik maupun mental dalam menghadapi tekanan dan krisis.

4. Rendahnya partisipasi aktif ASN dalam membangun solidaritas kebangsaan, terutama di daerah-daerah rawan konflik atau dengan keberagaman tinggi.

5. Permasalahan-permasalahan ini perlu ditangani dengan pendekatan yang menyeluruh dan sistematis melalui pelatihan yang bukan hanya bersifat teoritis, melainkan juga praktikal dan aplikatif.

Tantangan ASN dalam Menghadapi Dinamika Kebangsaan

ASN di era sekarang menghadapi tantangan yang semakin kompleks, seperti:

1. Ancaman non-militer yang meliputi ideologi radikal, narkoba, hoaks, perpecahan sosial, hingga disinformasi di ruang digital.

2. Krisis kepercayaan publik akibat maraknya kasus penyalahgunaan wewenang.

3. Tuntutan reformasi birokrasi yang menuntut profesionalisme dan responsivitas tinggi.

4. Perubahan lingkungan strategis global seperti pandemi, krisis energi, dan geopolitik regional yang berdampak ke dalam negeri.

5. Untuk menghadapi semua itu, kesiapsiagaan bela negara dalam diri ASN bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan mendesak.

Upaya Penerapan Nilai Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara

Modul ini menekankan penguatan lima nilai bela negara, yang diterapkan secara nyata melalui:

1. Pembinaan kedisiplinan dan fisik melalui baris-berbaris, tata upacara, simulasi darurat, dan kegiatan lapangan.

2. Pembentukan karakter ASN melalui kegiatan refleksi nilai, pelatihan integritas, dan kerja sama tim.

3. Penerapan tata protokol dan etika pelayanan publik sebagai bentuk penghormatan terhadap simbol dan tata kehidupan berbangsa.

4. Kegiatan kebangsaan berbasis pengabdian sosial yang mendorong ASN untuk terjun langsung ke masyarakat dan menjadi agen perubahan.

Analisis Isu Kontemporer dalam Konteks Kesiapsiagaan ASN

Modul ini juga mendorong untuk memahami isu kontemporer seperti:

1. Gerakan separatis dan intoleransi berbasis agama

2. Ancaman terhadap simbol-simbol negara dan ideologi Pancasila

3. Polarisasi politik yang menembus birokrasi

4. Pengaruh ideologi transnasional terhadap ASN muda

Dalam konteks ini, kita dibekali untuk melakukan analisis terhadap lingkungan strategis nasional dan lokal, serta diajak mengembangkan rencana aksi kesiapsiagaan secara kolektif dan kontekstual.

ASN juga diharapkan tidak hanya bertahan terhadap tekanan, tetapi mampu menjadi pionir solusi. Misalnya dengan menginisiasi forum internal untuk penguatan wawasan kebangsaan, atau aktif di media sosial dalam menyuarakan nilai Pancasila.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Modul “Kesiapsiagaan Bela Negara” memberikan pemahaman yang mendalam bahwa ASN adalah benteng terakhir pertahanan sipil negara. Melalui kombinasi pelatihan mental, fisik, nilai, dan etika, modul ini membentuk ASN yang siap menghadapi situasi krisis, sekaligus menjaga marwah negara dalam tugas sehari-hari.

Rekomendasi dari resensi ini antara lain:

Modul ini perlu diintegrasikan dalam program pengembangan kompetensi ASN secara berkelanjutan, tidak hanya di Latsar. Setiap instansi sebaiknya memiliki program kesiapsiagaan bela negara yang kontekstual dengan tantangan daerahnya. ASN perlu diberikan ruang untuk mengeksplorasi kreativitas penguatan nilai kebangsaan, seperti lomba ide, tulisan, dan konten edukatif. Pelibatan tokoh masyarakat dan TNI-Polri dalam pelatihan ASN akan menumbuhkan kolaborasi antar pilar bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun