Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi
Muhammad Fauzi Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Hanya seorang buruh kecil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Generasi Muda Jepara Ogah Lestarikan Seni Ukir

1 Januari 2024   03:50 Diperbarui: 1 Januari 2024   03:53 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dokumen pribadi

The World Carving Center

Kalimat di atas merupakan julukan bagi kota yang terkenal dengan seni ukirnya sejak abad 16 silam, yaitu Kabupaten Jepara.

Ukiran asal Jepara memang sudah terkenal, baik di negeri sendiri maupun mancanegara. Bahkan sampai saat ini ukiran dari Jepara selalu dipandang sebagai yang terbaik loh.

Namun, ekspektasi tersebut kian sirna dan tergerus oleh zaman, serta minat dari SDM yang menurun.

Bagaimana tidak, pengukir di Jepara saat ini hanya didominasi oleh mereka yang berusia 35-50 tahun. Sedangkan generasi muda di Jepara banyak yang menggeluti profesi lain ketimbang memilih menjadi pengukir.

Hal ini bisa dibuktikan ketika kita datang atau berkunjung secara langsung ke kota tersebut.


Saat memasuki Kota Jepara, kita akan disambut berbagai pabrik atau pergudangan dengan ratusan ribu buruh di dalamnya.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 mencatat, setidaknya ada 150.000 lebih buruh pabrik asal Jepara yang didominasi oleh generasi muda dan menengah usia 18-35 tahun. 

Selain menjadi buruh pabrik, tidak sedikit juga dari generasi muda yang memilih untuk menjadi pedagang, guru, freelance, bahkan merantau ke kota lain untuk mengadu nasib.

Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi

Meskipun pemerintah daerah Kabupaten Jepara sudah menanamkan dan mengajarkan seni ukir kepada anak-anak muda sejak duduk di bangku sekolah. Tapi, kenyataannya setelah lulus sekolah mereka lebih memilih profesi yang telah disebutkan sebelumnya.

Ini tentunya menjadi tanda bahwa generasi muda asal Jepara memang ogah atau tidak ingin melestarikan kerajinan seni ukir.

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi generasi muda lebih memilih profesi lain ketimbang menjadi pengukir.

Diantaranya terkait masalah gaji yang tidak bisa dijadikan jaminan untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Serta kurangnya pengetahuan dan keahlian yang mendalam terkait seni ukir.

Tentunya ini menjadi tantangan bagi pemerintah Kabupaten Jepara dalam menangani krisis pengukir yang setiap tahunnya selalu mengalami penurunan.

Padahal, jika kita minilik lebih jauh kebelakang, seni unir Jepara sudah populer sejak abad 16 silam. Dimana kala itu masih dipimpin oleh seorang wanita yang bernama Ratu Kalinyamat (kini resmi menjadi pahlawan Indonesia sejak 10 November 2023).

Bahkan pada abad ke-19 ketika Raden Ajeng Kartini pernah menjadikan ukiran Jepara sebagai souvenir yang dikirimkan kepada sahabatnya di luar negeri. Serta menjadi titik awal ukiran Jepara dikenal oleh dunia.

Apabila kalian pernah berkunjung ke TMII, maka di sana akan ditemukan berbagai ukiran asal Jepara yang dipajang di Anjungan Jawa Tengah seperti meja, kursi, panel, slintru, souvenir, dan masih banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun