Mohon tunggu...
muhammad farhan
muhammad farhan Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Pelajar

Muhammad Farhan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebuah Potret Pendidikan Madrasah

25 Oktober 2021   22:16 Diperbarui: 25 Oktober 2021   22:30 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepuluh tahun berlalu. Tidak terasa waktu berlalu cepat. Ingatan itu menggugah rasa penasaran mengenai kebenaran ajaran Pak Ilyas. Apakah benar kita murtad karena meniru Spiderman?

Pikiran terus berkembang. Sepuluh tahun yang lalu kami hanya anak-anak yang hanya dituntut untuk mendengar. Sekarang kami adalah manusia yang merasa mempunyai kemerdekaan untuk mempertanyakan banyak hal, termasuk ajaran-ajaran yang kami terima pada saat masih anak-anak. Ajaran Pak Ilyas pun dipertanyakan. Banyak pertanyaan yang timbul sebab ajaran beliau.

Dalam Islam ada konsep tasyabbuh, yang berarti 'penyerupaan'. Menurut konsep itu, seorang muslim dilarang menyerupai orang nonmuslim. Adapun batasan larangan tersebut masih diperdebatkan. Akan tetapi, pendapat yang ekstrim menyatakan bahwa larangan penyerupaan itu meliputi segala hal, mulai dari busana, bahasa, perilaku, dan lain-lain. Jadi, segala hal yang berhubungan dengan nonmuslim diharamkan.

Jika diamati, konsep tasyabbuh sulit diterapkan. Jika konsep ini diterapkan secara ekstrim, semua muslim merupakan pelaku tasyabbuh. Contohnya adalah penggunaan bahasa Arab. Al Quran menggunakan bahasa Arab yang sudah digunakan oleh suku-suku pada zaman jahiliah. Bukankah hal ini termasuk tasyabbuh? Beranikah kita, selaku muslim, menyatakan bahwa Al Quran sesat karena terjerat undang-undang tasyabbuh? Benarkah demikian? Oleh sebab itu, konsep itu tidak dapat diterima secara mentah-mentah.

Hal yang menarik dari ajaran Pak Ilyas berikutnya adalah pernyataan bahwa Spiderman merupakan produk orang Yahudi. Mungkin Pak Ilyas menganggap bahwa Amerika merupakan markas Yahudi. Jelaslah klaim itu tidak benar. Sepuluh tahun berlalu. Pada saat inilah saya menyadari bahwa pendidikan madrasah saya dahulu sedikit banyak terkontaminasi fanatisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun