Mohon tunggu...
Muhammad Fajri
Muhammad Fajri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Student of Islamic Philosophy

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hilangnya Pihak Otoritas dalam Agama

31 Desember 2022   21:31 Diperbarui: 31 Desember 2022   21:34 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai manusia kita adalah makhluk yang lahir dari ketiadaan tanpa pengetahuan, dan dibutuhkan proses untuk mengetahui sebuah pengetahuan.  Dibutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari sesuatu, untuk mencapai sebuah tingkatan tertentu dengan berbagai bentuk kualifikasi, kaderisasi, dll. Mulai dari pendidikan dari rumah yang diberikan oleh keluarga, tk, sd, dan seterusnya. 

Selalu ada pihak yang bersifat otoritatif yang memainkan peran dalam estafet ilmu pengetahuan, dan untuk menjadi pihak yang otoritatif tentu membutuhkan proses juga. 

Di zaman sekarang yang teknologi sangat maju, dan berbagai informasi dengan mudah dan cepat bisa diperoleh dari sosial media. Mulai dari balita hingga orang tua, semua berbagai informasi dapat diperoleh tanpa adanya filterisasi. Terutama rendahnya tingkat literasi di Indonesia menjadi sebuah masalah besar dalam masyarakat karena banyak fitnah-fitnah atau hoax yang tersebar di media sosial. 

Dengan majunya teknologi dan media sosial semua orang bebas bersuara dan mengekspresikan ekspresinya di media sosial dalam berbagai form, dan banyak juga orang yang bersuara untuk segala sesuatu yang diluar dari jangkauan pengetahuannya.

Viralitas adalah sebuah pengaruh besar dalam masyarakat Indonesia, banyak yang mengalami dalam filsafat yang disebut krisis eksistensi. Salah satu caranya dan cara terbesar dan yang paling mudah adalah melalui sosial media. Banyak orang yang rela melakukan apa saja agar bisa viral, dan bisa dianggap keberadaannya oleh orang-orang. 

Oleh sebab ini yaitu viralitas, khususnya dalam ilmu pengetahuan ada beberapa orang yang berbicara di luar batasannya atau di luar pengetahuannya. Terlebih khusus dalam agama, banyak orang yang berbicara atau menjawab atau bertanya kepada orang yang salah. 

Kepada orang yang tidak memiliki otoritas dalam hal ini, ini adalah sebuah kesalahan yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Yang bertanya dan yang menjawab, sebagai pihak penanya seharusnya kita mengetahui kepada siapa kita bertanya. Yang menjawab, seharusnya kita sadar bahwa kita tidak memiliki otoritas dalam menjawab hal ini. Agama adalah hal yang sangat sakral, sensitif, dan mudah juga untuk mencapai viralitas. 

Ini adalah alat yang mudah untuk mencapai viral, dan pengaruh buruknya sangat besar. Seandainya orang sakit fisik, tentu mereka merujuk kepada orang yang memiliki otoritas yaitu dokter untuk mencari obat dan lain sebagainya. Dalam agama otoritas ini seperti direduksi bahkan dihilangkan, dan semua orang  seakan-akan memiliki otoritas tersebut dan menjawab berbagai pertanyaan yang di luar kemampuannya. 

Hal ini sangat fatal, dan sudah tersebar di kalangan masyarakat tanpa disadari. Gelar ustad seakan-akan mudah untuk dicapai, pengalaman saya juga dalam khutbah Jum'at banyak yang tidak otoritatif dalam menyampaikan khutbahnya. Namun nasi sudah menjadi bubur, dan fenomena ini disayangkan sudah terjadi.

Pentingnya memiliki guru dalam agama dalam beragama,  tidak sembarang menanyakan segala sesuatu terlebih khusus agama kepada orang yang tidak otoritatif yang dimana kita tidak tahu tentang latar belakang pendidikannya. Najwa Shihab memiliki platform khusus untuk mencari ustad yang otoritatif, dan banyak pihak yang kontra akan hal ini dikarenakan banyak pihak yang tidak otoritatif dan bahkan menjadi uang dari situ. 

Hal ini mengundang banyak kontroversial, ada yang berpendapat bahwa tidak sopan atau tidak baik. Padahal ini adalah sebuah terobosan yang luar biasa dalam masyarakat yang dimana tergolong rendah dalam literasi, oknum yang menolak platform ini adalah mereka-mereka yang sadar bahwa mereka adalah pihak yang tidak memiliki otoritas dalam agama. Namun mereka takut kehilangan viralitas, uang, dan lain sebagainya akan hal ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun