"Media sosial kini tak hanya menjadi tempat berbagi foto liburan atau berita terbaru."
Seiring waktu, platform digital ini telah berevolusi menjadi ruang ekspresi yang lebih luas, termasuk dalam menyampaikan nilai-nilai positif dan aksi kebaikan.
Di tengah hiruk-pikuk konten hiburan, gosip, dan informasi viral, kita semakin sering melihat unggahan tentang seseorang yang membantu lansia menyeberang jalan, membagikan makanan untuk dhuafa, atau menggalang dana untuk sesama.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan menarik, mengapa semakin banyak orang merasa terdorong untuk menunjukkan kebaikan mereka secara publik? Apakah ini semata-mata demi pencitraan, atau ada alasan lain yang lebih mendalam dan manusiawi?
1. Dorongan untuk Menginspirasi Orang Lain
Salah satu alasan utama orang membagikan kebaikan adalah untuk menularkan semangat positif.
Di tengah linimasa yang sering dipenuhi berita duka, konflik, atau konten sensasional, unggahan tentang kebaikan bisa menjadi angin segar yang menyentuh hati.
Banyak dari mereka yang berbagi kisah baik bukan untuk pamer, melainkan berharap aksinya bisa menginspirasi orang lain untuk melakukan hal serupa.
Ketika seseorang melihat aksi kecil yang berdampak seperti membelikan makanan untuk pengemudi ojek online, atau membagikan sembako di kampung mereka bisa terdorong untuk ikut berbuat.
Inilah kekuatan social contagion atau penularan sosial satu tindakan positif dapat menyebar luas hanya lewat satu unggahan.
2. Media Sosial sebagai Ruang Apresiasi
Tidak sedikit pula yang membagikan kebaikan karena ingin mendapatkan dukungan, apresiasi, atau validasi sosial.
Ini adalah hal yang manusiawi. Sebagai makhluk sosial, kita semua memiliki kebutuhan untuk dihargai dan diakui oleh orang lain.
Ketika seseorang membagikan momen berbuat baik dan mendapat tanggapan positif seperti komentar apresiatif atau tanda suka hal itu bisa memberikan rasa puas, bangga, dan merasa berarti.
Dalam konteks ini, media sosial menjadi ruang yang memperkuat identitas diri. Seseorang ingin dikenal sebagai pribadi yang peduli, dermawan, atau aktif dalam kegiatan sosial.
Dan tidak ada salahnya jika dorongan itu menjadi motivasi untuk terus melakukan hal-hal baik, selama dilakukan dengan ketulusan.
3. Dokumentasi dan Jejak Digital
Bagi sebagian orang, membagikan kebaikan juga menjadi cara untuk mendokumentasikan perjalanan hidup dan nilai-nilai yang mereka pegang.
Layaknya buku harian digital, media sosial merekam momen-momen penting yang mencerminkan siapa mereka, apa yang mereka perjuangkan, dan hal-hal apa yang mereka anggap penting dalam hidup.
Unggahan tentang aksi kebaikan bukan hanya untuk dilihat orang lain, tapi juga sebagai pengingat bagi diri sendiri bahwa pernah ada momen ketika mereka hadir dan memberi arti untuk orang lain. Bentuk dokumentasi ini bisa menjadi refleksi jangka panjang.
Ketika suatu saat mereka membuka kembali unggahan lama, mereka bisa melihat pertumbuhan pribadi, nilai yang terus dibawa, atau bahkan semangat yang mungkin sempat redup namun bisa kembali menyala.
Dalam konteks ini, membagikan kebaikan bukan soal pencitraan, melainkan proses personal yang membangun kesadaran diri.
4. Bagian dari Aktivisme dan Kesadaran Sosial
Banyak aksi kebaikan yang dibagikan di media sosial sebenarnya bagian dari gerakan sosial atau aktivisme.
Tidak semua unggahan bertujuan personal banyak di antaranya merupakan bentuk kepedulian terhadap isu-isu yang lebih besar, seperti kemanusiaan, lingkungan, pendidikan, atau kesehatan mental.
Dalam hal ini, membagikan aksi kebaikan adalah strategi untuk menyuarakan kepedulian dan mengajak lebih banyak orang terlibat.
Misalnya, kampanye #BersihkanPantai atau #BagiMakanGratis bukan hanya sekadar kegiatan sesaat, tapi bagian dari kesadaran kolektif untuk memperbaiki kondisi sosial.
Unggahan dokumentasi kegiatan tersebut bisa memperluas jangkauan pesan, meningkatkan partisipasi publik, dan bahkan menarik perhatian media atau pihak berwenang untuk mendukung gerakan tersebut.
Media sosial memungkinkan aktivisme akar rumput tumbuh lebih cepat dan menjangkau khalayak luas tanpa harus melalui jalur formal atau birokratis.
Dengan visual yang kuat dan narasi yang menyentuh, aksi kebaikan yang tampak sederhana bisa menjadi bagian dari perubahan sosial yang nyata.
5. Media Sosial Mempermudah Akses dan Dampak
Dulu, aksi kebaikan mungkin hanya dirasakan oleh orang di sekitar kita. Ketika seseorang membantu tetangga, membagikan makanan, atau membersihkan lingkungan, dampaknya terbatas pada lingkungan fisik yang sempit.
Namun kini, dengan hadirnya media sosial, satu tindakan kecil bisa menjangkau ribuan bahkan jutaan orang dalam hitungan jam. Media sosial memperbesar efek dari sebuah aksi kebaikan.
Satu video singkat yang memperlihatkan seseorang membantu orang lain bisa menyentuh banyak hati, menggerakkan empati kolektif, atau bahkan memicu gerakan serupa di berbagai tempat.
Tak jarang, unggahan yang sederhana justru menghasilkan dampak nyata dari donasi besar-besaran, relawan yang bermunculan, hingga perhatian dari pihak berwenang.
Hal-hal ini menunjukkan bahwa membagikan kebaikan di media sosial bukan sekadar “mencari perhatian”, tapi bisa menjadi pemantik nyata untuk perubahan.
Secara keseluruhan, membagikan kebaikan di media sosial bukanlah hal yang harus dicurigai atau selalu dinilai negatif.
Di balik setiap unggahan, ada niat yang mungkin lebih besar dari sekadar mencari perhatian seperti menyebarkan harapan, menginspirasi, atau membangun solidaritas.
Tentu saja, tak semua orang punya motivasi yang sama, tapi bukan berarti semua tindakan baik yang dibagikan layak dicap sebagai pencitraan belaka.
Yang terpenting adalah kesadaran dan kejujuran dalam setiap aksi. Ketika seseorang benar-benar peduli dan tulus, kebaikan yang dibagikan bisa menjadi penggerak bagi perubahan sosial yang nyata.
Dan bahkan jika ada sebagian orang yang tergerak hanya karena ingin terlihat baik selama hasilnya berdampak positif, mengapa tidak?
Di tengah arus informasi yang begitu cepat, kebaikan adalah hal langka yang patut dirayakan. Karena dari satu postingan, bisa tumbuh empati. Dari satu aksi, bisa muncul gerakan. Dan dari satu orang, bisa menular ke banyak hati.
Jadi, jika kamu punya cerita baik untuk dibagikan, lakukan saja. Siapa tahu, unggahanmu hari ini menjadi alasan seseorang tetap percaya pada dunia esok hari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI