Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Paylater dan Ilusi Kemampuan Finansial: Mengapa Anak Muda Perlu Waspada?

9 Mei 2025   15:59 Diperbarui: 9 Mei 2025   15:57 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi paylater (sumber gambar: gramedia.com)

Di era digital saat ini, kemudahan bertransaksi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hanya dengan beberapa kali klik di ponsel, kita bisa membeli barang, memesan makanan, hingga membayar tagihan tanpa harus keluar rumah. 

Teknologi finansial berkembang pesat, menciptakan berbagai solusi instan yang memanjakan penggunanya salah satunya adalah fitur paylater.

Fitur ini hadir sebagai solusi praktis: memungkinkan pengguna untuk membeli barang sekarang dan membayarnya di kemudian hari. 

Namun, di balik kemudahan itu, tersembunyi risiko yang kerap diabaikan, terutama oleh generasi muda yang masih membangun fondasi keuangannya. 

Tanpa disadari, paylater bisa menciptakan ilusi kemampuan finansial, membuat seseorang merasa seolah memiliki uang yang sebenarnya belum ada.

Kemudahan yang Menyesatkan

Bagi banyak anak muda, paylater memberikan kesan bahwa mereka memiliki daya beli lebih tinggi dari kenyataan. 

Tanpa harus mengeluarkan uang di muka, mereka merasa bebas membeli barang yang diinginkan dari gadget terbaru hingga fashion branded. Ilusi ini membuat batas antara kebutuhan dan keinginan menjadi kabur.

Masalahnya, ketika tagihan jatuh tempo, banyak yang baru menyadari bahwa pendapatan bulanan tidak cukup untuk menutupi seluruh kewajiban. 

Hal ini bisa memicu siklus utang yang berulang: membayar satu tagihan dengan pinjaman lain, atau menunda pembayaran hingga dikenakan bunga dan denda yang makin menumpuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun