Namun kini, dengan hadirnya media sosial, satu tindakan kecil bisa menjangkau ribuan bahkan jutaan orang dalam hitungan jam. Media sosial memperbesar efek dari sebuah aksi kebaikan.
Satu video singkat yang memperlihatkan seseorang membantu orang lain bisa menyentuh banyak hati, menggerakkan empati kolektif, atau bahkan memicu gerakan serupa di berbagai tempat.
Tak jarang, unggahan yang sederhana justru menghasilkan dampak nyata dari donasi besar-besaran, relawan yang bermunculan, hingga perhatian dari pihak berwenang.
Hal-hal ini menunjukkan bahwa membagikan kebaikan di media sosial bukan sekadar “mencari perhatian”, tapi bisa menjadi pemantik nyata untuk perubahan.
Secara keseluruhan, membagikan kebaikan di media sosial bukanlah hal yang harus dicurigai atau selalu dinilai negatif.
Di balik setiap unggahan, ada niat yang mungkin lebih besar dari sekadar mencari perhatian seperti menyebarkan harapan, menginspirasi, atau membangun solidaritas.
Tentu saja, tak semua orang punya motivasi yang sama, tapi bukan berarti semua tindakan baik yang dibagikan layak dicap sebagai pencitraan belaka.
Yang terpenting adalah kesadaran dan kejujuran dalam setiap aksi. Ketika seseorang benar-benar peduli dan tulus, kebaikan yang dibagikan bisa menjadi penggerak bagi perubahan sosial yang nyata.
Dan bahkan jika ada sebagian orang yang tergerak hanya karena ingin terlihat baik selama hasilnya berdampak positif, mengapa tidak?
Di tengah arus informasi yang begitu cepat, kebaikan adalah hal langka yang patut dirayakan. Karena dari satu postingan, bisa tumbuh empati. Dari satu aksi, bisa muncul gerakan. Dan dari satu orang, bisa menular ke banyak hati.
Jadi, jika kamu punya cerita baik untuk dibagikan, lakukan saja. Siapa tahu, unggahanmu hari ini menjadi alasan seseorang tetap percaya pada dunia esok hari.