Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rasa Malas yang Dibungkus dengan Kata 'Me Time': Kapan Me Time Jadi Justifikasi?

18 Mei 2025   22:00 Diperbarui: 18 Mei 2025   21:01 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi me time (sumber gambar: melindahospital.com

Di era modern yang serba cepat dan melelahkan, istilah me time menjadi semacam pelarian yang dianggap sah bagi siapa pun yang ingin beristirahat dari kesibukan harian. Mulai dari rebahan sambil mendengarkan musik, menonton serial favorit, hingga nongkrong sendirian di kafe semuanya masuk dalam definisi waktu untuk diri sendiri. 

Me time pun kian populer seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan keseimbangan hidup. 

Namun, di balik citra positifnya, me time tak jarang dijadikan alasan untuk menarik diri dari tanggung jawab atau membenarkan kebiasaan menunda. 

Aktivitas yang awalnya bertujuan untuk merawat diri bisa berubah menjadi pola menghindar yang terselubung. Tanpa disadari, rasa malas perlahan menyusup dan tumbuh di balik dalih "lagi butuh waktu buat diri sendiri." 

Maka, penting bagi kita untuk memahami batas antara me time yang sehat dan kebiasaan tak produktif yang dibungkus dengan label self-care.

Batas Tipis Antara Istirahat dan Menunda

Mengambil waktu istirahat itu penting bahkan sangat dianjurkan demi kesehatan mental dan fisik. Tubuh dan pikiran kita bukan mesin yang bisa bekerja tanpa henti. 

Istirahat yang cukup mampu memperbaiki konsentrasi, memperkuat daya tahan tubuh, dan menjaga emosi tetap stabil. Me time pun menjadi sarana untuk mengenal diri lebih dalam, memberi jeda dari rutinitas, dan menenangkan pikiran dari tekanan yang terus-menerus.

Namun, jika tidak dilakukan dengan kesadaran, waktu istirahat ini bisa bergeser menjadi kebiasaan bermalas-malasan yang justru menurunkan kualitas hidup. 

Ketika istirahat dilakukan tanpa batas waktu dan tujuan yang jelas, kita bisa terjebak dalam siklus penundaan yang membuat berbagai rencana dan tanggung jawab terbengkalai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun