Cinta adalah sesuatu yang kompleks, tetapi satu hal yang pasti: bagaimana seseorang memahami dan menjalani cinta sering kali berakar dari pengalaman awal dalam hidupnya.Â
Sebelum mengenal cinta dari pasangan, seseorang lebih dulu merasakan kasih sayang dari keluarga dan dalam banyak kasus, sosok ibu menjadi sumber pertama yang memperkenalkan makna cinta.
Sejak kecil, anak belajar tentang kasih sayang dari cara ibunya merawat, mendidik, dan memberikan perhatian. Bukan hanya dari kata-kata, tetapi juga dari tindakan sehari-hari.Â
Bagaimana ibu memeluk anaknya saat sedih, bagaimana ia merespons kesalahan, dan bahkan bagaimana ia mencintai dirinya sendiri semuanya membentuk gambaran awal tentang cinta yang akan melekat hingga dewasa.
Namun, seberapa besar peran ibu dalam membentuk cara anaknya mencintai dan dicintai? Apakah ibu benar-benar menjadi role model utama dalam urusan asmara, ataukah pengalaman pribadi dan faktor lain lebih berpengaruh?Â
Cinta yang Pertama Kali Dikenal: Kasih Sayang Ibu
Seorang anak pertama kali mengenal konsep cinta bukan dari buku atau film, tetapi dari pengalaman nyata dan itu biasanya berasal dari ibunya. Sejak lahir, seorang anak merasakan kehangatan pelukan, kelembutan suara, dan perhatian tanpa syarat yang diberikan oleh ibu.Â
Dari sanalah ia mulai memahami bahwa cinta adalah sesuatu yang memberikan rasa aman, nyaman, dan penuh kepercayaan. Cara ibu merawat dan menanggapi kebutuhan anak menjadi dasar bagi pemahamannya tentang kasih sayang.Â
Ketika ibu dengan sabar mendengarkan, memeluk saat anak merasa sedih, atau tersenyum dengan bangga saat anak mencapai sesuatu, anak akan belajar bahwa cinta berarti dukungan dan penerimaan.Â
Sebaliknya, jika ibu sering menunjukkan kasih sayang dengan syarat tertentu misalnya hanya memberi perhatian saat anak berperilaku baik atau berprestasi maka anak bisa tumbuh dengan pemahaman bahwa cinta harus diperjuangkan atau tidak datang dengan mudah.