Dengan masa jabatan yang lebih panjang, kepala desa yang tidak memiliki integritas berisiko semakin leluasa mengontrol Dana Desa tanpa adanya siklus regenerasi kepemimpinan yang lebih cepat.Â
Dalam sistem demokrasi, pembatasan masa jabatan bertujuan untuk mencegah konsentrasi kekuasaan yang berlebihan, serta memberikan kesempatan bagi calon pemimpin baru untuk membawa inovasi dan perubahan di desa.
Selain itu, perpanjangan jabatan juga dapat memperkuat oligarki di tingkat desa. Dalam banyak kasus, kepala desa yang menjabat terlalu lama cenderung membangun jaringan kekuasaan yang sulit ditembus oleh calon-calon lain yang ingin bersaing secara sehat dalam pemilihan berikutnya.Â
Ini bisa mengarah pada praktik nepotisme dan politik uang, di mana kepala desa yang sudah lama berkuasa menggunakan berbagai cara untuk mempertahankan jabatannya, termasuk dengan memanfaatkan Dana Desa untuk kepentingan politik pribadi.
Kesimpulan: Perlu Pengawasan yang Ketat
Fenomena kepala desa yang ingin memperpanjang masa jabatan mereka tidak bisa dilepaskan dari dampak besar Dana Desa, baik dalam hal pembangunan maupun politik lokal. Alasan keberlanjutan program sering dikemukakan, tetapi di sisi lain, akses terhadap anggaran yang besar juga menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan.
Perpanjangan masa jabatan bisa menjadi solusi jika diiringi dengan pengawasan yang lebih ketat dan transparansi dalam pengelolaan dana. Namun, tanpa mekanisme kontrol yang kuat, kebijakan ini justru berpotensi memperpanjang dominasi kekuasaan dan meningkatkan risiko penyalahgunaan wewenang.
Yang lebih penting bukanlah memperpanjang jabatan, tetapi memastikan kepala desa yang terpilih benar-benar bekerja untuk kepentingan rakyat. Reformasi sistem pengelolaan Dana Desa, pengawasan yang lebih efektif, serta partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan desa harus menjadi prioritas utama agar dana yang mengalir benar-benar membawa manfaat bagi kesejahteraan warga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI