2. Pentingnya Pendidikan dan Kesadaran Sejarah
Tokoh Minke dalam Tetralogi Buru adalah contoh bagaimana pendidikan menjadi kunci kesadaran dan perubahan. Sebagai seorang pribumi yang mendapatkan kesempatan belajar di sekolah elit Belanda, Minke mulai melihat ketidakadilan yang menjerat bangsanya.Â
Namun, pendidikan bukan sekadar memberinya pengetahuan lebih dari itu, ia mendapatkan kesadaran bahwa sistem yang ada tidak berpihak pada kaumnya. Kesadaran inilah yang menggerakkan Minke untuk menulis dan bersuara, menggunakan pena sebagai senjata melawan ketidakadilan.Â
Melalui tulisannya, ia menantang sistem kolonial yang menindas dan berusaha membangkitkan semangat perlawanan di kalangan pribumi. Pram menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya soal sekolah dan gelar, tetapi tentang bagaimana seseorang memanfaatkan pengetahuannya untuk berbuat sesuatu bagi masyarakat.
Relevansinya di masa kini sangat jelas. Di era informasi seperti sekarang, akses pendidikan semakin luas, tetapi apakah itu cukup? Minke mengajarkan bahwa pendidikan yang sejati adalah yang mampu membuka mata kita terhadap realitas sosial dan mendorong kita untuk bertindak.Â
Dengan maraknya hoaks, pembodohan massal, dan polarisasi di media sosial, semangat kritis seperti yang dimiliki Minke sangat dibutuhkan agar kita tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga mampu menganalisis dan memahami kebenaran dengan lebih mendalam.
3. Kebebasan Berpikir dan Berkarya
Pramoedya menghabiskan bertahun-tahun hidupnya dalam tahanan tanpa pengadilan, namun semangatnya tak pernah padam. Di balik jeruji besi, ia tetap menulis, mencatat sejarah yang diabaikan, dan melahirkan karya-karya besar yang hingga kini masih menggugah pemikiran banyak orang.Â
Tetralogi Buru yang ditulis secara lisan sebelum akhirnya dibukukan setelah ia dibebaskan menjadi bukti bagaimana gagasan tidak bisa dipenjara. Dalam kondisi serba terbatas di Pulau Buru, tanpa akses buku dan alat tulis yang memadai, Pram tetap berkarya. Ia mengandalkan ingatan dan bercerita kepada sesama tahanan sebelum akhirnya menuliskannya secara diam-diam.Â
Sikapnya ini mencerminkan keyakinannya bahwa pemikiran tidak bisa dikekang, dan kebenaran harus terus diperjuangkan, meski dalam keadaan paling sulit sekalipun. Kisah Pram relevan dengan kondisi hari ini, di mana kebebasan berekspresi masih sering mendapat tekanan.Â