"Jangan memaksakan, Rip. Badanmu telah dimakan beban. Ayolah makan dulu" Ajak Wasdi tetangga yang selalu menjadi teman berkeluhnya.
Surip hanya tersenyum tanpa kata. Wasdi langsung mendekat dan membantu Surip bangun. Mereka berdua langsung mengumpulkan ceceran batu berharga itu ke bakulnya.
"Kamu udah makan siang, Rip?" Tanya Wasdi serius karena iba melihat Surip yang tengah kelelahan
"Sudah tadi, Di" Jawab Surip tersenyum.
"Aku berani jamin kamu belum makan siang. Aku liat sendiri tadi kamu hanya makan sepotong kupat dan gorengan. Dan tidak cukup menambah tenagamu, Rip. Ayolah makan, aku tau kau tak bawa uang." Â Ledek Wasdi dengan senyum seperti keledai.
"Iya aku tidak bawa uang. Tepatnya aku tak punya uang hari ini." Jawab Surip sambil tertunduk. Senyumnya hilang karena itu.
"Ayolah, makan bersamaku. Mumpung kemarin batuku laku satu kibik. Buat makan kamu tak ada artinya lah." Paksa Wasdi agar Surip tetap mau makan bersamanya.
Dengan tertunduk Surip menerima tawaran itu. Mereka berdua naik ke warung Yu Sal meninggalkan batu yang telah dikumpulkan tadi. Demi sesuap nasi yang akan menjadi pasokan nutrisi mereka berdua agar bisa menghidupi keluarga kecil mereka.
"Yu, buatkan kopi 2 dan rames lauknya biasa." Perintah Wasdi ke Yu Sal.
"Iya, Mas, ini tek buatkan" Jawab Yu Sal sembari membuka saset kopi dan menyeduhnya.
"Loh, tadi kan sudah makan toh, Mas Surip?" Tanya Yu Sal ke Surip.