Mohon tunggu...
Muhammad Aufa Akmal
Muhammad Aufa Akmal Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah

Suka main bola

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(Beda) Muhammadiyah dan Wahabbi

11 Agustus 2023   13:37 Diperbarui: 11 Agustus 2023   13:41 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

12. Peringatan maulid Nabi, menurut Muhammadiyah, boleh dilakukan jika membawa mashlahat. Maulid termasuk bidang muamalah. Menurut Wahabi, peringatan maulid Nabi mutlak haram.

13. Dalam penentuan Ramadhan dan Idul Fitri, menurut Muhammadiyah, metodenya ilmu hisab. Wahabi menggunakan metode rukyat dan Idul Adha mengikuti ketentuan wukuf di Arafah.

14. Muhammadiyah membolehkan zakat fitrah dengan uang dalam keadaan tertentu. Menurut salafi, zakat fitrah harus makanan pokok. Muhammadiyah berpandangan zakat bisa diberikan untuk kesejahteraan umum. Menurut Wahabi, zakat harus kepada 8 asnaf.

Berdasarkan daftar di atas telah terlihat jelas perbedaan antara Muhammadiyah dan Wahabi. Selain perbedaan beberapa dalam bidang aqidah dan fiqih, Mu'arif telah mencoba menelaah tentang mengungkap fakta-fakta historis mengenai Muhammadiyah bukan Wahabi (Mu'Arif, 2013). Beberapa jenis sumber data yang digunakan oleh Mu'arif adalah berupa verslag (laporan resmi), memoar (catatan pribadi), dan surat pribadi dari para tokoh Muhammadiyah generasi pertama yang terlibat langsung dalam upaya membantah tuduhan terhadap Muhammadiyah mengenai Wahabisme. Beberapa fakta tersebut terdapat dalam beberapa sumber berikut :

1. Verslag Haji Fachrodin, salah satu murid ideologis K. H. Ahmad Dahlan, ditulis pada tahun 1921 melaporkan perjalanannya ke Makkah dalam rangka penyelidikan perjalanan haji kaum pribumi

2. Verslag utusan Muhammadiyah dalam Kongres al-Islam di Cirebon ditulis oleh Haji Fachrodin pada tahun 1922, berisi catatan pembelaan terhadap Muhammadiyah dan K. H. Ahmad Dahlan yang dituduh oleh para ulama tradisionalis sebagai bagian dari gerakan wahabi


3. Catatan Haji Syuja', kakak kandung Haji Fachrodin yang juga salah satu murid ideologis K. H. Ahmad Dahlan, ditulis pada akhir hayatnya (wafat 1962). Catatan Haji Syuja' banyak memeberikan informasi seputar respon dan tanggapan ulama tradisionalis dari tanah air yang telah lama menetap di Makkah

4. Surat K. H. Baqir, keponakan K. H. Ahmad Dahlan yang telah menetap di Makkah, kepada adik kandungnya, Haji Hanad, yang menjadi salah satu redaktur majalah Suara Muhammadiyah pada tahun 1926. K. H. Baqir merekam respons dan tanggapan penduduk Makkah terhadap persyarikatan Muhammadiyah pasca revolusi Wahabi yang berhasil menumbangkan rezim Syarif Husein.

Namun meskipun sudah jelas terdapat perbedaan antara Wahabi dan Muhammadiyah, bukan berarti Muhammadiyah terbebas dari ancaman infiltrasi dari kelompok puritan lainnya seperti wahabi. Menurut Azyumardi Azra, infiltrasi kaum ultra puritan lebih potensial melanda Muhammadiyah ketimbang organisasi Islam lainnya seperti NU. Hal ini karena kedekatan ideologis antara Muhammadiyah dengan kelompok ultra puritan ini. Hal ini tidak boleh dibiarkan terjadi karena dapat mengundang friksi antara pimpinan dan warga Muhammadiyah. Bahkan dampak lebih jauhnya jika Muhammadiyah dan organisasi Islam lainnya yang selama ini dikenal memelihara Islam Washatiyah di Indonesia terjadi infiltrasi dengan kelompok Islam ultra puritan, diduga akan bisa mempengaruhi arsitektur politik negara-bangsa Indonesia kedepannya (Azra, 2020).

Referensi :

Azra, A. (2020). Gerakan Pembebasan Islam. Jakarta: Kencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun