Mohon tunggu...
Muhammad Amin Saputra
Muhammad Amin Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis Dakwah

Maju Menggugat, Diam Tertindas, Atau Mundur Sebagai Penghianat

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Turki: Membaca yang Selama Ini Tidak Terbaca

25 Mei 2023   04:15 Diperbarui: 25 Mei 2023   04:27 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senin 17 Oktober 2022. Hingga tibalah pada suatu malam. Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Besok harinya adalah hari pertamaku di kelas untuk belajar bahasa Turki. Semua hal yang aku butuhkan dalam pelajaran diesok hari aku urutkan didalam ingatan. Satu persatu aku pastikan telah tersimpan baik di dalam tas. 

Setelah lelah mempersiapakan semua hal yang ingin dibawa besok aku pun ingin segera tidur dan merebahkan tubuh di kasur yang nyaman. Keesokan harinya, Amiinn...." Teriakan nyaring temanku membuka pintu kamar dan membangunkan aku yang sedang tidur dengan nyenyak. 

Di handphone sudah menunjukkan pukul 5:29 pagi mununjukkan waktu shubuh telah tiba. Segera aku bergegas untuk melaksanakan sholat shubuh. Walaupun demikian, setelah melaksanakan sholat shubuh aku baru mulai tersadarkan bahwa adzan shubuh pagi itu terdengar sangat berbeda. 

Jelas saja di Turki adzan shubuh dikumandangkan di akhir waktu atau hampir satu jam setelah waktu shubuh. Hal ini dilakukan karena orang Turki menggunakan Mazhab Hanafi.

Menurutku, jarak rumah kami sedikit jauh dari kampus karena itu untuk pergi ke kampus setiap harinya kami harus bersiap lebih awal. Walaupun demikian, kami berjalan sangat lambat di perjalanan. Hal ini menunjukkan kepada kebiasaan orang Indonesia yang terkadang jalannya lambat. 

Di Indonesia mungkin anda akan berjalan begitu santai saat ingin berpergian, mungkin anda juga akan menggunakan kendaraan pribadi untuk berpergian dan terkadang anda masih mengulur waktu berjam-jam sebelum sebuah acara dimulai. Tapi tidak dengan di Turki. 

Anda akan dituntut untuk berjalan kaki, menggunakan angkutan umum dan mempersiapkan diri lebih awal saat berpergian. Hal ini dilakukan karena orang Turki sangat menharhagai waktu. 

Bagi mereka keterlambatan adalah sebuah aib.  Di Turki kami belajar banyak hal dalam menghargai waktu. Mempersiapkan diri lebih awal, tepat waktu dan harus terbiasa setiap harinya untuk berjalan kaki.

Hari pertama. Sekitar 9:30 kami tiba di kampus dan telat sejam dalam pelajaran. Sembari berjalan mencari ruangan kelas di lingkungan kampus datang seseorang bertanya "Siz Endonezya Geldiniz mi?" apakah kalian datang dari Indonesia?" jawab salah satu temanku dengan bahasa Turki "Evet" Iya. Lanjut seseorang itu bertanya "Amin Saputra Biliyor Musunuz?" Apakah kalian mengetahui Amin Saputra?" "Alhamdulilah." Ucapku dalam hati dengan rasa senang luar biasa sambil berkata ternyata saya terkenal di Turki. 

Kami dibawa ke kelas untuk memulai belajar bahasa Turki. Hari ini adalah suatu hal baru yang aku pelajari, sesuatu yang belum pernah aku baca: bahkan dengan sepucuk kata kalimat di kepalaku tidak ada satupun yang aku pahami tentang bahasa Turki, walaupun demikian aku masih bisa tetap tertawa terbahak-bahak di kelas seolah-olah memahami apa yang dibahas. Aku tidak yakin apakah aku akan berhasil menyelesaikan studi pembelajaran bahasa Turki. 

Suasana kelas hari ini sangat berbeda. Ada dua orang pelajar dari Indonesia di kelas termasuk saya. Disana saya melihat ada teman-teman yang ternyata sudah menunggu. Mereka datang dari berbagai negara. Sama seperti kita mereka juga datang untuk belajar bahasa Turki. 

Merasa kebingungan saya bertanya dimanakah harusnya saya duduk. Saya melihat satu per satu meja ternyata sudah ditempati, beranjaklah saya ketepi bagian belakang ruangan disana saya melihat ada meja yang belum diduduki orang. 

Momen saat itu sangat saya ingat ketika saya bertanya kepada salah seorang teman dengan bahasa Inggris "Are you sitting here?"  Ia memberi isyarat kepada saya bahwa dia tidak begitu mahir bahasa Inggris sembari menunjukkan kepada temannya yang mahir bahasa Inggris. Dengan sigap temannya menjawab "No. You can sit here." Saya duduk dan memulai memperkenalkan diri dihadapan mereka. Disamping kanan bangku ada temanku berasal dari Maroko, didepanku dari Kazakistan, dikiriku melanjutkan kedatangannya dari Uzbekistan. Diikutlah dengan teman teman lainnya yang datang dari Iraq, Iran, Arab dan Mesir.

Menurutku, bahasa Turki adalah sebuah bahasa yang menarik untuk dipelajari. Berbeda dengan bahasa Indonesia, sebuah kalimat lengkap bahasa Indonesia terdiri dari S (Subjek)-P (Predikat) dan O (Objek) namun Bahasa Turki memiliki pola S-O-P artinya sebuah kalimat lengkap bahasa Turki terdiri atas S (Subjek), O (Objek) dan P (Predikat). 

Itulah sebabnya bahasa Turki memiliki ciri khas bahasa Aglutinatif. Apa itu bahasa Aglutinatif ? Bahasa Aglutinatif adalah bahasa yang memiliki ciri khas pada penggunaan imbuhan dalam membentuk kata. 

Bahasa Aglutinatif memiliki ciri khas pada satuan bahasa terkecil yang dapat membentuk kata dan dapat digabungkan secara bebas untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda dan bahasa dengan struktur kalimatnya yang sederhana serta memiliki jumlah kata yang lebih banyak. 

Oleh karena itu untuk membuat sebuah kalimat lengkap dalam bahasa Turki anda hanya membutuhkan 1 (satu) kata saja. Lihat contohnya sebagai berukut;

Dalam bahasa Turki, kita hanya perlu mengambil 1 kata kerja. Kata kerja yang dimaksud merupakan kata kunci untuk membuat sebuah kalimat lengkap.

Contoh: Saya Tidak Akan Datang = Gelmeyecegim

Kata Kunci: (Gelmek) = Datang

Ma/Me = Kalimat Negatif

unlu harf atau Huruf Vokal+(Y)+acak/ecek = Kata yang Menunjukkan Masa Depan (Future Tense)

Im/im = Kata yang menunjukkan kepemilikan.

Dari contoh di atas, terlihat bahwa bahasa Turki menggunakan imbuhan untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda. Imbuhan "Gelmek" digunakan untuk menunjukkan kata kerja dalam membentuk sebuah kalimat. 

Sedangkan bahasa Indonesia tidak menggunakan imbuhan untuk membentuk kata kerja. Mungkin menurut anda sedikit terlihat aneh, apalagi aku yang baru membacanya. Namun anda akan terbiasa tentunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun