Di lembah Bandung di bawah langit senja,
Berdiri Bagas pemuda penuh tanya.
Usia dua puluh dua langkah masih tertatih
Mencari jati diri di jalan yang berliku penuh khilaf.
Â
Gelar sarjana terukir di lembaran kertas
Sarjana pendidikan ilmu yang terpatri tegas.
Namun di hati hampa terasa membentang
Layaknya hamparan sawah tanpa padi yang menguning.
Â
Warung kopi tempat bertemunya teman
Namun obrolan ringan tak mampu mengisi kekosongan.
Â
Hingga suatu senja di bawah cahaya remang
Mak Ijah tua dengan kuas di tangan.
Melukis Gunung Tangkuban Perahu, gagah perkasa,
Warna-warna hidup, membangkitkan rasa.
Â
Bagas terpesona oleh goresan tangan renta
Kisah hidup terungkap penuh makna dan cinta.
Tentang penjahit tua yang menemukan jalan baru
Melalui kanvas putih melukis impian yang terpendam.
Â
"Jati diri," bisik Mak Ijah, "bukan hadiah instan,
Melainkan perjalanan panjang penuh rintangan dan tantangan.
Eksplorasi diri ,temukan bakat terpendam,Â
Jangan takut jatuh, bangkit dan terus melangkah."
Â
Kata-kata bijak menusuk relung kalbu,
Bagas tergugah semangat mulai membaru.
Kuas dan kanvas ia coba sentuh dan rasakan,
Kamera di tangan mengabadikan keindahan alam.
Â
Dari lereng gunung hingga riuhnya pasar
Lensa menangkap momen cerita yang memikat.
Kawah Putih airnya hijau mempesona hiruk pikuk penuh warna.
Â
Ia belajar fotografi mengolah cahaya dan bayang
Mencari keindahan dalam setiap sudut pandang.
Setiap jepretan cerminan jiwa yang terbebaskan
Dari belenggu keraguan menuju jalan yang terarah.
Â
Kini Bagas melangkah dengan langkah pasti dan mantapa jati diri bukan tujuan melainkan sebuah peta.
Peta yang terus terkembang seiring perjalanan hidup
Mencari makna, berbagi keindahan, dalam setiap sudut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI