Mohon tunggu...
Muhammad Afiq
Muhammad Afiq Mohon Tunggu... mahasiswa

musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyibak Daya Tarik Alam, Budaya, Dan Ruang Kota Di Jantung Sumatera Baratr

16 Oktober 2025   01:04 Diperbarui: 16 Oktober 2025   01:04 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Secara historis, Bukittinggi memiliki nilai penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Pada masa kolonial Belanda, kota ini dikenal dengan nama Fort de Kock, merujuk pada benteng yang dibangun pada awal abad ke-19 sebagai basis pertahanan kolonial. Sisa-sisa peninggalan itu kini menjadi salah satu objek wisata sejarah yang ramai dikunjungi. Di kawasan yang sama, berdiri Taman Panorama dan Lobang Jepang, terowongan bawah tanah peninggalan masa pendudukan Jepang tahun 1942--1945.

Jejak kolonial ini memperkaya dimensi geografi pariwisata Bukittinggi karena menunjukkan dinamika ruang dan waktu. Benteng, terowongan, serta tata ruang kota lama merefleksikan bagaimana kekuatan kolonial memanfaatkan kondisi geografis setempat untuk kepentingan militer dan administrasi. Kini, situs-situs tersebut menjadi sarana edukatif bagi wisatawan, sekaligus memperkuat karakter Bukittinggi sebagai "kota bersejarah di atas bukit".

4. Aksesibilitas dan Pola Persebaran Wisata

Dalam studi geografi pariwisata, aksesibilitas memegang peranan penting. Bukittinggi memiliki posisi strategis di jalur lintas tengah Sumatera yang menghubungkan Padang dengan provinsi-provinsi lain di bagian utara. Dari Bandara Internasional Minangkabau di Padang Pariaman, perjalanan menuju Bukittinggi dapat ditempuh sekitar dua jam melalui jalan berliku yang melintasi perbukitan. Meski rute ini menantang, pemandangan alam yang disuguhkan sepanjang perjalanan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Secara spasial, persebaran objek wisata di Bukittinggi membentuk pola konsentris. Kawasan pusat kota didominasi wisata sejarah dan budaya (seperti Jam Gadang, Pasar Atas, dan Fort de Kock), sedangkan bagian pinggiran dan lembahnya menawarkan wisata alam seperti Ngarai Sianok dan kawasan Taruko. Pola ini menunjukkan hubungan erat antara penggunaan lahan dengan potensi geografisnya: daerah pusat kota menonjolkan nilai budaya dan ekonomi, sementara daerah tepian menonjolkan potensi ekowisata.

5. Pengelolaan dan Tantangan Pembangunan Pariwisata

Meskipun memiliki potensi besar, pengelolaan pariwisata Bukittinggi menghadapi sejumlah tantangan. Pertama, keterbatasan lahan membuat pengembangan infrastruktur wisata harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak lingkungan. Peningkatan jumlah wisatawan, terutama pada musim liburan, sering kali menimbulkan masalah kemacetan dan kebersihan.

Kedua, perlu keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian nilai lokal. Banyak bangunan modern bermunculan di sekitar kawasan wisata, yang jika tidak dikendalikan dapat mengganggu estetika kota tua Bukittinggi. Oleh karena itu, kebijakan tata ruang harus memperhatikan aspek keberlanjutan dan karakter arsitektur lokal.

Pemerintah daerah bersama masyarakat lokal kini mulai menerapkan pendekatan pariwisata berbasis komunitas (community-based tourism). Pendekatan ini menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pengelolaan wisata, bukan sekadar penerima dampak. Melalui pelatihan, promosi produk lokal, dan pembentukan kelompok sadar wisata (Pokdarwis), diharapkan wisata Bukittinggi dapat berkembang tanpa kehilangan jati dirinya.

6. Geowisata dan Edukasi Lingkungan

Selain wisata alam dan budaya, Bukittinggi juga berpotensi besar menjadi destinasi geowisata---konsep wisata yang menggabungkan aspek edukasi, konservasi, dan apresiasi terhadap geodiversity (keanekaragaman geologi). Fenomena alam seperti Ngarai Sianok, tebing vulkanik, serta formasi batuan hasil letusan Gunung Marapi dapat menjadi sarana pembelajaran bagi pelajar dan wisatawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun