Mohon tunggu...
Muhammad Adzkarurrabbani Zohri
Muhammad Adzkarurrabbani Zohri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Halo kenalin nama aku adzka, aku disini masih belajar nulis ya jadi kalo ada masukan dan komentar aku sangat terbuka kok karena masukan dan saran dari teman-teman adalah dukungan terbaik buat aku! terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Politik

Review Buku "Tan Malaka Peran dan Sumbangsihnya bagi Indonesia

15 Juni 2025   16:46 Diperbarui: 15 Juni 2025   16:46 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul : Tan Malaka Peran dan Sumbangsihnya bagi Indonesia

Penerbit : Diva Press

Penulis : Dendi Poer

Halaman : 178 Halaman

Tahun : 2024

Reviewer :  Muhammad Adzkarurrabbani Zohri

ISBN : 978-623-189-370-3

Buku "Tan Malaka Peran dan Sumbangsihnya bagi Indonesia" ini berisi rangkuman cerita kehidupan dari seorang Tan Malaka yang memiliki nama lahir Ibrahim. Lahir pada tahun 1897, di tanah Minangkabau Sumatera Utara. Sejak remaja ia mewarisi gelar Tan Malaka. Tan Malaka mulai mengenyam pendidikan dikampungnya, sembari belajar ilmu agama di surau dikampungnya. Seteleh itu Tan Malaka mendaftar Kweekschool di Fort De kock. Disinilah pertama kalinya Tan Malaka mulai mengenyam pendidikan kurikulum Sekuler Belanda. Karena banyak mengesankan gurunya dengan kecerdasan nya Tan Malaka banyak mendapat pujian dari gurunya. Setelah itu masyarakat kampungnya mulai mengumpulkan biaya agar Tan Malaka bisa melanjutkan pendidikannya di Belanda. Tan Malaka kecil memang sudah memperlihatkan kemampuan dan kecerdasannya baik itu dalam hal ilmu agama maupun ilmu umum yang dipelajarinya di sekolah kurikulum belanda.

Seorang Tan Malaka kecil yang lahir dilingkungan keluarga dan masyarakat yang menjungjung tinggi nilai-nilai agama, ternyata masa depannya akan menjadi tokoh sosialis atau bapaknya orang-orang kiri Indonesia. Sejak kecil Tan Malaka adalah seorang anak yang taat dan sangat cerdas dalam memahami agama Islam. Sehingga masa muda Tan Malaka dia sudah menjadi guru ngaji untuk anak-anak disekitar kampungnya. Bahkan Tan Malaka pernah di tanya soal agamanya, lalu Tan Malaka menjawab "Aku sudah kehilangan segalanya, tidak mungkin aku juga akan kehilangan tuhan dan agamaku" dari kalimat ini menujukkan bahwa seorang Tan Malaka masih memiliki atas keyakinannya, meskipun ideologi yang dianut oleh Tan Malaka sedikit berseberangan dengan agama.

Tan Malaka memiliki cita-cita besar yakni bagiamana terjadinya revolusi di Indonesia. Karena menurutunya kemerdekaan yang dirayakan oleh Indonesia pada saat itu bukanlah kemerdekaan sejati. Ia menyebutnya sebagai kemerdekaan yang masih di bayang-bayangi oleh penjajah. Sehingga dia memimpikan di Indonesia ini terjadi sebuah revolusi seperti yang terjadi di Bolsehivik. Pemikiran Tan Malaka ini membuatnya diburu oleh banyak negara di dunia, hal ini membuat Tan Malaka sering kali berpindah-pindah negara untuk menghindari pengejaran. Karena tulisan-tulisan nya yang begitu berani dan pemikirannya tentang ideologi yang sangat luas membuat Tan Malaka memiliki banyak musuh, bahkan sebelum kemerdekaan Indonesiapun Tan Malaka juga sudah sering dicari oleh para penjajah. Tidak heran jika Tan Malaka memiliki nama yang begitu banyak, Elias Fuentes nama samaran nya ketika di Filipina, Hasan Gozali nama samarannya ketika di Singapura, Ossario nama samarannya ketika di China, Ong Soong Lee nama samarannya ketika berada di Hongkong dan dia sempat juga memiliki nama Ilyas Hussein. Hal ini dialakukan ketika menghindari pengejaran dari negara-negara yang mengejarnya.

Namun disi lain Tan Malaka memiliki sedikit pandangan berbeda, diaberusaha untuk menyebarkan ideologi komunisme di Indonesia dengan cara yang sedikit damai. Hal ini membuatnya beberapa kali berbeda pandangan dengan kawan-kawan gerakannya. Tan Malaka juga meyakini bahwa agama Islam meyakini memiliki beberapa kesamaan dengan Ideologi Sosialis, yakni menghapuskan kelas-kelas di masyarakat. Seperti yang dilakuakn oleh Nabi Muhammad SAW ketika melawana kelompok-kelompok Quraisy Arab yang kental dengan perbudakan pada saat itu. Sehingga Tan Malaka meyakini banyak nilai-nilai Islam yang bisa dipadukan dengan pemikiran-pemikiran dari Ideologi Sosialis tersebut.Meskipun dalam beberapa aspek lainnya menurut Tan Malaka ajaran Islam berbenturan dengan pemikiran sosialis. Namun pada dasarnya yang ingin ditentang oleh Tan Malaka adalah perbudakan terhadap kaum proletar dan doktrin yang menggunakan dalil-dalil agama sebagai cara untuk memengaruhi kaum Proletar tersebut. Hal inilah yang ditentang dan Tan Malaka tidak setuju dengan hal itu. Tan Malaka juga banyak tertarik dengan tulisan-tulisan dari S Mushir . Hossain Kidawi, ia banyak menulis tentang politik kiri yang masih sama dengan doktrin-doktrin Islam. Kidawi adalah Pan-Islamis India yang tulisaannya mendapat sambutan besar di Indonesia. Buku "Islam dan Sosialisme" karya Kidawi banyak menjadi rujukan buku "Islam dan Sosisalisme" karya Tjokroaminoto.

Selain itu Tan Malaka juga sering mengirim surat untuk sahabat-sahabatnya seprti Soekarno, Syahrir, dan Ki Hajar Dewantara. Surat nya sering memperingati kepada mereka bahwa kemerdekaan yang ada saat ini bukanlah kemerdekaan yang ideal untuk masyarakat Indonesia. Justru kemerdekaan inilah yang nantinya akan menimbulkan penjajahan dengan cara-cara baru terhadap masyarakat dan bangsa Indonesia. Surat-surat ini sebagai bentuk ketidak setujuan Tan Malaka tentang kemerdekaan Indonesia pada saat itu, bukan berarti Tan Malaka tidak setujua terhadap kemerdekaan Indonesia, namuan dia hanya ingin memperbaikin konsep dari kemerdekaan tersebut.

Selain itu Tan Malaka juga banyak menulis buku-buku, seperti Madilog, Aksi Massa, Dari Penjara Ke Penjara. Yang dimana buku-buku Tan Malaka hingga kini masih diminati oleh masyarakat banyak, dan buku-bukunya banyak menjadi bahan-bahan kajian dipanggung-panggung diskusi saat ini. Orang banyak sangat menganggumi pemikiran Tan Malaka tentang bagaimana menciptakan negara yang ideal itu seperti apa. Tidak heran jika banyak negara yang memburu Tan Malaka dari dulu, ini semua karena ide dan pemikirannya yang dianggap akan mengacam kekuasaan yang banyak menindas rakyat. Hingga kini Tan Malaka masih menjadi tokoh dan pada era Soekarno Tan Malaka dimasukan sebagai Pahlawan Nasional, sebagai bentuk penghargaan atas jasanya selama ini. Meskipun akhir hayat Tan Malaka harus mati dibunuh oleh negara nya sendiri, negara yang diaperjuangkan selama ini, namun ide dan pemikirannya akan selalu dikenang. Pemikiran Tan Malaka akan terus mengalir ke setiap generasi berikut-berikutnya.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun