Mohon tunggu...
Muhammad Rasyid Ridho
Muhammad Rasyid Ridho Mohon Tunggu... Guru - Mengabdi di Pondok Pesantren Al-Ishlah. Suka membaca dan menulis. Suka mengajak orang baca buku dan menulis. Suka jualan buku. Menulis banyak tulisan di media massa cetak ataupun online. Telah menulis belasan buku antologi dan satu buku solo kumpulan puisi "Kita Adalah Cinta."

Lahir di Bondowoso. Tepatnya 3 Januari 1991. Saat ini banyak menulis resensi buku, dan menerima permintaan menulis resensi/ review buku dari penerbit atau penulis. Email: penulispembelajar@gmail.com Blog Buku: ridhodanbukunya.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Emak Ingin Naik Haji

21 Mei 2012   15:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:00 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal Dari Munas FLP Saat Munas FLP tahun 2009 di Solo menjadi moment bagi saya untuk bertemu langsung dengan senior-senior di FLP (Forum Lingkar Pena) organisasi yang mewadahi penulis dan calon penulis ini.Salah satunya, bertemu dengan Mba Asma Nadia, salah satu dari beberapa penulis yang menjadi idola dan inspirasiku. Rasa senang itu sangat, ketika bertemu dengan mba Asma. Kebetulan beliau lagi mempromosikan buku terbarunya yaitu kumpulan cerpen terbaiknya dengan judul buku “Emak Ingin Naik Haji”. Yang katanya salah satu cerpen dalam buku itu akan di filmkan, yaitu cerpen yang berjudul Emak Ingin Naik Haji dengan judul film yang sama dengan cerpennya. Tak perlu ragu, saya segera melangkahkan kaki ke stand buku yang terdapat buku itu, dan kebetulan mba Asma juga ada di sana. Kesempatan emas, sambil membeli bukunya, berkenalan dan meminta tanda tangan serta nomor hape beliau, sayang di sayang moment itu tak sempat untuk di abadikan, karena saya memang tak membawa kamera, ah.. sangat di sayangkan, hanya terabadikan dalam ingatan. Salah satu pesan beliau untuk saya, to Ridho “Menulis itu berjuang! Keep Fighting!”. Wah, menjadi support selalu dalam menulis. Tentang Emak Yang Ingin Naik Haji Tak berlebihan jika di kover depan buku Emak Ingin Naik Haji ini, tertulis “Album Cerita Pilihan”. Karena memang saya rasa buku kumcer yang terdiri dari 12 cerpen didalamnya ini, adalah cerpen-cerpen terbaik karya mba Asma Nadia. Buku ini diawali dengan cerpen yang juga menjadi judul kumcer ini, Emak Ingin Naik Haji. Cerpen tentang seorang emak yang ingin naik haji, namun tak tersampaikan karena soal biaya. Sedangkan anaknya yang bernama  Zein mengetahui hal itu juga sangat ingin bisa membawa emaknya ke Tanah Suci, Makkah. Namun apa daya, Zein hanyalah penjual lukisan yang tak tentu pula hasil jualan tiap harinya, yang tak selalu mendapat hasil tiap harinya, karena lukisannya jarang laku di pasar. Walau berbentuk cerita pendek, ada cerita lain selain emak yang merindukan rumah Allah yaitu tentang Pak Haji yang kaya raya, yang hampir tiap tahunnya melaksanakan haji dan umrah. Selain itu, ada juga tentang pengusaha kaya yang berhasrat menjadi seorang wali kota, salah satu caranya yaitu dengan berhaji, atau lebih tepatnya memiliki titel haji, agar suara rakyat yang mayoritas muslim didapatkannya. Sebuah cerpen tentang realitas sosial, mengkritik keadaan sosial kehidupan ummat islam, khususnya di Indonesia lebih-lebih keadaan islam di dunia. Naik haji yang seharusnya mabrur dengan arti lebih baik daripada sebelum hajinya, akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya kepekaan sosialnya kurang, egoisme masih merasuk dada, tak ada nilai baik setelah naik hajinya. Seharusnya lebih peka dengan keadaan tetangganya, akan tetapi malah sering menghamburkan uangnya untuk haji dan umrah berkali-kali. Nah, hal inilah yang Mba Asma kritik, namun terkesan halus dari cerpennya yang apik ini. Banyak cerpen lain yang tak kalah bagusnya di kumcer ini, Cinta Begitu Senja berkisah tentang Fajar dan Senja tetangga dekat yang diam dalam cinta, dan tak bertemu dalam cinta. Koran yang menceritakan koran yang kadang hanya sebagai media yang mengabarkan kabar yang buruk saja. Tentang seorang istri yang mampu menahan cemburu ketika suaminya ternyata mencintai wanita lain juga di cerpen Jadilah Istriku. Cut Rani, cerpen yang mengisahkan Firman dan Cut Rani yang saling mencintai kemudian menikah dan memiliki seorang anak, lengkap sudah kebahagiaan mereka. Namun harus hilang selamanya setelah musibah tsunami di Aceh, yang merenggut nyawa Cut Rani dan jasadnya tidak ditemukan, dan tak pernah akan Firman temukan. Dalam Sepotong Cinta Dalam Diam, mba Asma mengisahkan seorang pemuja rahasia, secret admirer. Cerpen Jendela Rara yang mengisahkan Rara, seorang anak dari keluarga tak punya dengan rumah kecil di perkampungan kumuh, yang mengimpikan ada jendela besar dalam rumahnya, namun tak kesampaian. Ada kisah satu keluarga di Aceh, satu ibu dan ketiga anaknya. Suaminya telah mendahuluinya meninggalkan dunia, ketika telah dewasa ketiga anaknya sibuk dengan kepentingannya masing-masing, hanya satu diantara ketiganya yang paling dekat dengannya, si bungsu. Ketika si bungsu hendak membelikan rumah baru yang lebih bagus buat ibunya, ternyata itu menjadi akhir pertemuan dengan ibunya, karena baru saja ibunya ditinggal sebentar olehnya di rumah barunya, untuk membeli keperluan lain, tsunami datang dan menghempaskan rumah dan orang tuanya, kisah ini ada dalam cerpen Laki-laki Yang Menyisir Rindu. Cerpen Bulan Kertas, tentang yu Tarmi. Seorang wanita tuna susila, yang memiliki anak perempuan bernama Kasih. Kasih telah rela untuk tidak melanjutkan studinya, demi membantu ibunya agar tidak perlu bekerja yang buruk itu lagi. Namun ia harus mengelus dada ketika ibunya masih dilihat olehnya bekerja itu. Kisah lain tentang Oman dan Istrinya, Sri. Yang bermimpi akan mempunyai banyak uang, dalam cerpen Sepuluh Juta Rupiah. Ada juga kisah tentang seorang jurnalis mewawancarai, seorang saksi korban yang suaminya menjadi korban sejak terjadinya pemberontakan GAM, dalam cerpen Air Mata Biruen. Cinta Laki-laki Biasa yang bercerita tentang seorang suami yang oleh banyak orang dianggap biasa saja, tak tampan dan tak kaya raya. Akan tetapi kenyataannya dia setia pada istrinya, setia menemani istrinya yang koma lama, setia menemani istrinya yang divonis lumpuh. Keistimewaan lelaki biasa. Kisah – kisah yang bagus, sangat membumi sekaligus mencerahkan. Tidak mengherankan banyak apresiasi para penulis lain terhadap buku, dari penulis junior sampai yang senior. Khususnya diletakkan pada cerpen yang mengawali buku ini, cerpen Emak Inging Naik Haji, yang kemudian waktu itu akan dijadikan film yang disutradarai Oleh Aditya Gumay. Setelah Film Emak Ingin Naik Haji keluar dipasaran, dan laku keras. Bahkan, banyak mendapatkan penghargaan setelah itu. Memang bukan hanya sekedar film yang menghibur namun ada nilai-nilai disitu, tentang bagaimana kita bersosial dan lainnya. Film yang sangat mencerahkan. Nah, menyusul suksesnya film Emak Ingin Naik Haji, maka kali ini mba Asma pun akan memfilmkan, salah satu cerpen yang ada dalam kumcer Emak Ingin Naik Haji ini. Yaitu cerpen Jendela Rara, yang kemudian dalam filmnya berjudul Rumah Tanpa Jendela. Film yang akan dibintangi oleh beberapa artis kawakan ini, saat ini masih dalam proses syuting. Sambil menunggu tanggal tayang film ini dibioskop, baca dulu cerpennya bagi yang belum baca. Percayalah dengan penilaian saya, buku ini layak di beli untuk dibaca, karena sangat membumi sekaligus mencerahkan. Percayalah…!!!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun