Muhammad Billy Ridiansyah, Muhammad Wijdan Nabil, Herlambang Bima Setya
mbilly2004@gmail.com wijdan.nabil2004@gmail.com seyasbima@students.unnes.ac.id
HASIL PEMBAHSAN
Rusia dan Ukraine Dalam Masa Perang
      Pada Kamis, 24 Februari 2022 Rusia mendatangi Ukraine untuk melakukan invasi pada saat itu Presiden Rusia telah mendeklarasikan suatu  perang terhadap Ukraine. Dengan mengirimkan pasukan Rusia berbondong-bondong datang ke Ukraina dan melakukan penembakan rudal, hal tersebut menunjukkan dimulainya invasi ke beberapa tempat yang berdekatan Ibukota Ukraina yaitu (Kyiv). Konflik yang telah terjadi pada saat tersebut bukan ssesuatu yang baru, namun pada Tahun 2014 silam mereka (Rusia-Ukraina) juga memiliki konflik yaitu merebutkan wilayah daerah Semenanjung Krimea. Konflik tersebut berakhir dengan aneksasi Rusia atas wilayah tersebut. Kemudian 5 tahun kedepan tepatnya ditahun 2021, Rusia semakin memperkuat kekuaran militernya. Hal tersebut mrmunculkan suatu ketegangan diantara kedua negara tersebut. Sehingga ketegangan tersebut menjadikan salah satu intelejen AS mengatakan bahwa Negara Rusia menginginkan suatu rencana  invasi ke Ukraina diawal Tahun 2022. Menurut Shabrina, 2022 mengatakan bahwa Rusia pada saat itu masih menanyakan jaminan keamanaan dalam jangka panjang pada saat itu Ukrainya tidak akan diterima sebagai anggota dari NATO dan Infrastruktur militer yang dimilki NATO ini tidak didirikan di Ukraina setelah Presiden mereka yang bernama Zelensy (Presiden Ukraina) meminta bergabung dengan NATO.
      Berbagai upaya diplomasi dilakukan, salah satunya adalah pertemuan pertengahan Januari 2022 antara AS, NATO, Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) dan Rusia. Dalam pertemuan tersebut NATO dan Biden menolak usulan jaminan keamanan Rusia untuk mencegah Ukraina menjadi anggota. Pertemuan itu tidak menghasilkan apa-apa; Rusia menolak menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina. Pada pertengahan Februari 2022, Rusia menyebut sebagian pasukannya sudah mulai menarik diri dari wilayah perbatasan. Namun NATO mengatakan Rusia belum menunjukkan tanda-tanda penarikan diri. Tampaknya, sekutu NATO sudah mulai mengerahkan kapal dan pesawat tempur tambahan untuk menjamin keamanan dan pertahanan di kawasan Eropa Timur.
      Pada tahun 2010, perekonomian Rusia mulai mempengaruhi Asia Tenggara. Dengan menjadi tuan rumah KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Vladivostok pada tahun 2012, Rusia membuat langkah pertama yang signifikan dalam perekonomian. Setelah itu, upaya kerja sama ekonomi di seluruh kawasan Asia-Pasifik meningkat. Memanfaatkan pertumbuhan dinamis di Asia-Pasifik sebagai sarana untuk memodernisasi Timur Jauh Rusia dan Rusia sendiri, inisiatif ini bertujuan untuk memungkinkan Rusia mengurangi ketergantungannya pada Barat. Untuk menghindari ketergantungan yang berlebihan terhadap Tiongkok, Rusia terus berupaya meningkatkan hubungannya dengan Tiongkok dan mendiversifikasi hubungannya dengan negara-negara Asia-Pasifik lainnya (Bakrie, 2022).
Hubungan Diplomatik Indonesia -- Rusia Pasca Perang (Rusia-Ukraine)
Sejak Perang Dingin, hubungan ekonomi antara Rusia dan Indonesia telah berkembang secara bertahap. Pada tahun 2016, perdagangan antara kedua negara mencapai $ 2,6 miliar. Sektor petrokimia, gas, dan minyak mendominasi ekspor Rusia ke Indonesia, masing-masing menyumbang 64%. Impor terbesar Rusia ke Indonesia pada tahun 2015 adalah makanan dan karet. Dalam beberapa tahun terakhir, keduanya telah bekerja sama dalam proyek-proyek energi, termasuk pembangunan ladang minyak di Laut Jawa dan proyek pembangkit listrik 1,8 gigawatt senilai $ 2,8 miliar. Pada November 2017, Rosneft dan Pertamina menandatangani kontrak besar senilai $ 15 miliar untuk membangun kompleks petrokimia baru di Jawa Timur, yang diharapkan akan menjadi pusat distribusi minyak regional di Asia Tenggara. Selain itu, mereka juga membahas potensi kerja sama dalam pembangunan pembangkit tenaga nuklir konvensional di Indonesia.
Dengan mempertahankan prinsip non-interference, menghormati kedaulatan nasional, dan berkomitmen pada kerjasama internasional, Indonesia perlu terus mengadopsi kebijakan luar negeri yang rasional dan moderat. Diplomasi Indonesia menekankan penghindaran konfrontasi dan partisipasi aktif dalam diplomasi pencegahan konflik. Perbaikan citra Indonesia di mata dunia menjadi krusial karena hal ini berkaitan dengan kemampuan Indonesia dalam peranannya dalam forum internasional (Saryono, 2022) Indonesia juga memiliki peluang untuk memediasi konflik antara Rusia dan Ukraina melalui G20, yang akan menjadi tuan rumah Indonesia. Dalam konteks ini, Indonesia dapat bekerja sama dengan India dan Brazil. Meskipun berpotensi mendapat kecaman dari negara-negara Barat, Indonesia perlu mempertahankan pendiriannya dengan teguh. (Akbariah, 2022).
Dampak Kenaikan Harga Minyak Goreng Terhadap Perekonomian Masyarakat