Mohon tunggu...
Muhammad Ayub
Muhammad Ayub Mohon Tunggu... Operator - Penulis

Mahasiswa IAIN Langsa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dunia Pendidikan Islam, Narasi dari Dayah Madrasah dan Sekolah

17 April 2021   14:38 Diperbarui: 17 April 2021   15:03 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dayah merupakan institusi pendidikan yang sangat dikenal di dalam dinamika masyarkat Aceh dan juga merupakan salah satu lembaga pendidikan agama tertua di provinsi Aceh. Dayah telah berhasil mencerdaskan bangsa serta membangun sumber daya manusia sejak sebelum kemerdekaan indonesia. Dayah di aceh diyakini sudah ada sejak 800 Masehi, tidak dipungkiri lagi pondok pesantren atau yang lebih akrab dikenal di aceh dengan sebutan dayah mempunyai peranan dalam tumbuh dan berkembangnya pendidikan islam di nusantara.

 Keunikannya hampir setiap orang mengenalnya, kepercayaan diri, dan kebanggaan atas budaya, tradisional justru yang membuat dayah semakin eksis.

Di saat itu kira-kira di tahun 800 Masehi pada saat itu pedagang dan para mubaligh yang datang dari negeri Arab berlabuh di daerah pesisir pulau sematera. Kemudian selain mereka (pedagang dan mubaligh) aktif berdagang mereka juga pro aktif menyebarkan agama islam untuk mempercepat penyebarannya, Maka didirikanlah dayah yang pada saat itu berfungsi sebagai media tranformasi pendidikan islam kepada masyarakat.

 Nama dayah itu sendiri diambil dari bahasa Arab Zawiyah maka kata zawiyah secara literal bermakna sudut, karena di mesjid nabawi di kota madinah Al munawwarah disana dibuatlah suatu proses cara belajar dan dakwah di sudut-sudut mesjid serta duduk berkumpul bersama sama. Kemudian istilah Zawiyah itu berubah dengan seiring waktu disebabkan payah atau sulitnya lidah-lidah orang masyarakat Aceh menyebutkannya sehingga lama kelamaan dari istilah Zawiyah, Zawiyah, Zawiyah beubah menjadi kata dayah. Disebutkan di dalam sebuah karya tulis karya oleh Prof. DR. Hasbi Amiruddin. MA.

Di dalamnya bukunya yang berjudul “ Program Pengembangan Dayah Di Aceh” Dayahlah yang telah mendidik rakyat aceh pada masa lalu sehingga mereka bisa dan mampu menjadi menteri, panglima militer, ulama, ahli teknologi perkapalan, pertanian, kedokteran bahkan ada yang mampu menjadi raja dan lain-lainnya.

  Peranan dayah sebagai pusat lembaga pendidikan islam mencapai puncaknya di masa kerajaan sultan iskandar muda. Pada masa itu berdiri dayah manyang (setara perguruan tinggi) yang berpusat di mesjid Baitur Rahman, Banda Aceh. Dan telah memiliki tak kurang dari 44 guru besar yang sebagiannya berasal dari persia, hindia dan arab. Dari sinilah kader-kader ulama dan cendikiawan muslim terkemuka memperoleh pendidikan. Mereka tak hanya dari dari pulau sumatera, akan tetapi juga berasal dari berbagai wilayah lain di asia tenggara. Dari sinilah mulailah terbentuknya jaringan intelektual atau ulama seluruh dunia, hingga Aceh dikenal sebagai lima negara islam super power di dunia.

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Dinamika Perkembangan Pendidikan Islam Di Dayah

 Terjadinya dinamika perubahan tumbuh berkembangnya dayah bahwa tidak terlepas dari beberapa faktor yang antara lain yaitu :

 Pertama, adalah akibat dari faktor tuntutan masyarakat atau dunia kerja yang semakin hari semakin meningkat. Dengan demikian, eksistensi dayah sebagai salah satu bagian dari masyarakat dan keberadaanya karena didukung oleh banyak masyarakat, maka dayah dituntut untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, dengan tetap juga mempertahankan identitas atau ciri khasnya sendiri. Jadi para alumni dayah kedepannya diharapkan dapat dan mampu berkiprah serta bersaing dalam dunia kerja serta ikut berpartisipasi dalam membangun masyarakat banyak.

 Kedua, faktor arus Modernisasi dan Globalisasi yang begitu massiv. Sehingga mempengaruhi para pimpinan dayah dalam menorganisasikan dayah. Keterbukaan dan kebebasan informasi menjadikan para pimpinan dayah lebih elastis dan efisien dalam mengelola lembaga pendidikan tersebut. Dari uraian tersebutlah dapat disimpulkan, bahwa terjadinya dinamika perkembangan yang terjadi di tubuh dayah hari ini, karena para pimpinan dayah itu sendirilah yang sudah berpola fikir untuk mengoptimalkan dari dayah dan zaman agar sesuai dengan perubahan zaman di era globalisasi. Dengan cara membuka sikap terbuka atau dengan artian kata terus membuka diri dan mau menerima perkembangan zaman yang muncul dewasa sekarang ini.

 Nah, adapun terkait madrasah dan sekolah sistem pengajaran seperti ini telah hadir pada tahun 459 H, oleh salah satu tokoh ulama yang bernama Nizam Al Mulk di Baghdad. Kata madrasah adalah akar dari kata Darasa yang berarti belajar. Namun secara umum madrasah juga sama dengan sekolah-sekolah lainnya yaitu suatu lembaga pendidikan yang menggunakan sistem klasikal dan kelas dengan segala fasilitasnya seperti kursi, meja, dan papun tulis.

 Di Indonesia sendiri madrasah merupakan suatu fenomena modern yang dimulai sekitar abad ke 20 yang itu semua di picu oleh konsekweni dari pengaruh intensif pembaharuan pendidikan islam yang ada di timur tengah masa modern. Keberadaan madrasah yang sekarang ini merupakan akumulasi berbagai macam budaya dan tradisi pendidikan yang berkembang di indonesia, mulai dari tradisi Pra sejarah / tradisi asli, tradisi hindu budha, tradisi islam, dan tradisi barat sekalipun.

 Sistem penyelenggaraan madrasah adalah hasil modifikasi dari sistem penyelenggaraan pesantren karena sebelum terbentuk sistem madrasah pada awalnya proses pendidikan dan pengajaran dilaksanakan di mesjid-mesjid dan di pesantren-pesantren. Posisi madrasah secara yuridis sama terutama dalam aspek kurikulum yaitu bisa kit lihat di permendiknas No. 22, 23, 24 tahun 2006 tetapi secara umum masih juga mempertahankan ciri khasnya sebagai sekolah yang berciri khas dengan nuansa Islamnya.

 Jika dilihat dari kecendrungan atau gejala sosial yang terjadi di masyarakat akhir-akhir ini yang berimplikasi pada tuntutan dan harapan tentang model pendidikan yang mereka harapkan, maka sebenarnya madrasah juga memiliki potensi dan peluang besar untuk menjadi alternatif pendidikan selain pondok pesantren pada masa depan. Kecendrungan tersebut antara lain sebagai berikut : Pertama, Terjadinya mobilitas sosial yakni munculnya masyarakat menengah baru terutama kaum intelektual yang banyak mengalami perkembangan besar serta pesat. Kelas menengah baru ini senantiasa memiliki peran besar dalam proses trannformasi sosial, di bidang pendidikan misalnya akan kebutuhan terhadap fasilitas pendidikan yang sesuai dengan aspirasinya baik cita-citanya maupun status sosialnya.

Kedua, munculnya kesadaran baru dalam beragama (santrinasasi) terutama pada masyarakat perkotaan kelompok masyrakat menengah atas, sebagai akibat dari proses Re- Islaminasasi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga, organisasi, instansi keagamaan baik yang dilakukan per-orangan atau perkelompok. Terjadinya santrinisasi ini pada kaum elit memicu kepada pemilihan lembaga pendidikan yang didasarkan oleh dua hal yaitu status sosial dan agama.

Ketiga, Arus Globalisasi dan Modernisasi yang sangatlah cepat dan perlu disikapi secara arif dan bijaksana. Sebab demikianlah yang pada akhirnya memicu agar masyarakat memilih pendidikan yang disamping dapat mengembankan potensi-potensi akademik ilmu pengetahuan dan teknologi juga bisa memberikan nilai-nilai religius akan hausnya agama.

Muhammad Ayub, Fakultas Syariah, IAIN Langsa, KPM 2021, DPL Nur Hanifah S. Pd.I, M.A

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun