Mohon tunggu...
Muhammad syarif
Muhammad syarif Mohon Tunggu... Mahasiswa - kata adalah senjata

banyak baca lalu tuangkan dengan menulis untuk menghasilkan sebuah karya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dilema Atas Rasa Lapar

14 Maret 2021   08:34 Diperbarui: 14 Maret 2021   08:45 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

: syukurlah.! nasi kuning, mie jangan terlalu sering ya untuk di makan.! dan jangan keseringan terlambat makan.! 

: iyee pasti buk.! 

: Maaf nak, untuk kali ini ibu tidak bisa mengirim kan uang, karena biaya sekolah adikmu perlu ibu bayar dulu dengan tunggakan beberapa bulan. 

: iyaa ! ehh bapa ku kabarnya bagaimana ? 

: alhamdulillah sehat.! sudah dulu ya ibu mau masak soalnya bapakmu sudah mau pulang dari kebun. ingat jaga kesehatan, jangan banyak begadang sekali lagi jangan lambat makan

: iyaa bu! 

usainya menelfon perasaan ini membuat kita merasa bingung, ada perasaan untuk mendorong kita untuk tetap tegar bertempur, di sisi lain membuat kita hancur dengan keadaan kita saat saat seperti ini. 

terkadang kita berpikiran untuk bekerja, seandainya ada teman untuk menjadi tukang parkir kita akan melakukan demi bertahan hidup. Namun, kami selalu di tuntut untuk mengerjakan tugas, belajar,. dan terkadang kita juga di kungkung untuk tanggung jawab di sebuah organisasi, 

kita terkadang merasa malu ketika teman teman dengan suara lantangnya mengatakan; ya 5 ribu pertama, semua orang mengumpulkan uangnya untuk makan makan bersama, sedang kita mau mengumpulkan apa, demi menghilangkan rasa malu kita terkadang memilih untuk mengajukan diri untuk membeli makanan itu agar sedikit ada sumbangsih walau bukan tentang materi. kita terkadang, walaupun memang tidak ada, selalu di gergoti rasa kekhawatiran atas dugaan mereka yang mengatakan pelit, takut mengeluarkan uangnya. namun pada dasarnya memang tidak ada. 

itulah mengapa kita terkadang merasa malu untuk ikut dalam berkumpul dan memilih untuk sendiri, bukannya anti sosial tetapi keadaan yang tak memungkinkan untuk ngumpul-ngumpul. memang kita mungkin dan pasti akan di mengerti tetapi kita selalu berpikir sampai kapan kita akan selalu untuk di mengerti. seakan kita selalu meminta belas kasihan dari mereka. padahal mereka pun sedang bertempur. 

kalau kita melihat orang makan dengan lauk ayam di kantin, semua kucing berkumpul di dekatnya, dengan suara meongnya yang menandakan butuh makan. artinya kita terkadang merasa seperti kucing yang sering menunggu makanan dari teman kita, apa yang mereka makan kita pun akan ikut disitu, namun terkadang kita di lema, kita mau makan tetapi malu untuk mendekat dan ketika malu sudah hilang makanannya pun sedikit untuk mereka makan juga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun