Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Merefleksikan Bencana: Suatu Hal yang Pasti Terjadi

28 November 2022   20:29 Diperbarui: 30 November 2022   12:31 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusakan akibat gempa di Kampung Cibeureum Kaler, Desa Cibeureum, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022). Sedikitnya 162 orang meninggal dunia, 326 warga luka-luka, dan 13.784 orang mengungsi akibat gempa bermagnitudo 5,6 di Cianjur.(Foto: KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Baru saja kita mendengar kabar bahwa terjadinya kembali bencana alam yang menimpa negeri kita. Fakta mengejutkan itu datang dari sebalah utara kabupaten bogor, yakni kabupaten Cimahi. 

Kota tersebut telah terjadi sebuah bencana gempa bumi yang datangnya tidak bisa diperkirakan. Kekuatan gempa yang mencapai 5,6 magnitudo telah meluluhlantakkan bangunan yang ada disana dan sudah banyak memakan korban jiwa.

Setiap peristiwa pasti ada pelajaran di dalamnya. Setiap bencana yang hadir saat ini atau bahkan yang pernah datang pada tahun 2022 ini mungkin terdapat hikmah dan kebaikan yang belum kita ketahui. 

Tidak mungkin bencana itu hadir, kalau bukan Allah yang berkehendak. Walaupun kita tidak menginginkannya, kita sebagai hamba-Nya tidak mungkin bisa lari dari takdirnya. 

Ketika sedang diposisi sedang tertimpa musibah, barangkali disitu Allah mau melihat respon daripada kita. Allah ingin melihat seberapa sabar dan tabah hambanya ketika rumahnya hancur; harta bendanya tertimbun oleh tanah; anak dan istrinya meninggal dunia. 

Meskipun hal itu tidaklah mudah. Namun, pada saat itu Allah ingin membuktikan, bahwa ternyata masih banyak hamba-Ku yang tetap bersyukur dan tetap berhusnudzon bahwa semua ini Aku yang kehendaki.

Kita tak bisa menghindari bencana, tentunya bencana memang selalu ada di sekitar kita. Bahkan, kitapun yang tinggal di Indonesia, agaknya memang sudah cukup akrab dengan bencana. 

Seakan mustahil rasanya, seseorang yang dalam kehidupannya tidak pernah melihat kehadiran bencana, semuanya pasti pernah melihat dan sebagian sudah banyak yang merasakan. 

Bencana yang menurut kacamata kita membawa kesengsaraan; membawa kerusakan; membawa keburukan bagi seluruh manusia, tak selamanya seperti itu. 

Kita tau, bahwa tsunami, gempa bumi, gunung meletus, dan bencana alam lainnya merupakan ketetapan dari Allah. Dan segala yang berasal dari Allah, tentunya pasti membawa kebaikan, hanya saja kita belum bisa memahaminya.

Terkadang ada yang bertanya begini, "kalau dunia ini diciptakan oleh Tuhan, mengapa dia tidak menciptakan dengan sempurna, sehingga tak perlu ada kerusakan di muka bumi ini". 

Meminjam perspektif Gottfried Leibniz --seorang filsuf-- bahwa alasan mengapa Tuhan tidak menciptakan dunia dengan sempurna, sebab hanya Dia-lah yang sempurna. 

Cobalah tengok diri kita, apakah kita diciptakan dengan sempurna?  Tidak, kan. Walaupun dunia diciptakan dengan tidak sempurna.

Tapi Tuhan menciptakan alam semesta ini; dunia ini, dengan skala yang terbaik. Hanya saja kita lupa, terkadang bencana itu hadir, kitalah penyebabnya. 

Manusialah yang merusak alam ini duluan. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Ar-rum ayat 41 yang berbunyi, Zaharal fasadu fil-barri wal-bahri bima kasabat aidinnas -- telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia.

Pada zaman modern ini, manusia menganggap dirinya sebagai satu-satunya makhluk yang 'berkesadaran' di semesta ini. 

Ia menganggap dirinya sebagai subjek. Sementara yang lainnya seperti binatang, tumbuhan, bahkan alam semesta termasuk bumi yang dipijakkan oleh manusia seolah hanya hadir untuk melengkapi kehidupan manusia; seolah hanya menjadi objek. 

Namun anehnya, ketika terjadinya bencana di muka bumi ini, mereka menyalahkan alam; mereka menyalahkan Tuhan. Padahal, manusia sendirilah biang keroknya. 

Walaupun tidak semua bencana yang terjadi akibat ulah manusia, namun pada masa modern ini, bencana lahir dan hadir ketika manusia merusak alamnya, mengeksploitasi hutannya, sehingga terjadilah bencana seperti banjir dan tanah longsor.

Tulisan diatas bukanlah ditujukan untuk mereka yang sedang ditimpa bencana pada saat ini, akan tetapi tulisan ini sebagai bentuk kontemplasi untuk diri kita masing-masing agar lebih peka terhadap lingkungan kita. 

Datangnya bencana alam pada saat ini menjadi peringatan Tuhan kepada seluruh hambanya agar bisa meningkatkan kualitas diri menjadi lebih baik lagi.

Agaknya memang perlu untuk memaknai lebih khusus dan lebih dalam terkait fenomena bencana ini, agar kita tidak selalu memandang buruk segala bentuk bencana yang terjadi. 

Dari bencana yang terjadi, kita bisa mengambil pelajaran untuk selalu waspada dan nantinya ketika bencana itu terjadi lagi; kita bisa lebih meminimalisir kemungkinan terjadinya bencana tersebut lewat teknologi-teknologi yang lebih canggih lagi. 

Selain itu, fenomena ini menjadikan kita sebagai manusia yang melihat bencana itu terjadi, agar lebih bisa meningkatkan kepedulian dan solidaritas sosial kita kepada para korban yang membutuhkan pertolongan.

Kunci daripada naiknya derajat kita dihadapan Allah SWT adalah kemampuan kita dalam sabar dan ihklas ketika bencana datang menghampiri. 

Bencana yang datang pada saudara kita saat ini mungkin hanyalah sebuah cobaan karena Allah mencintai mereka semuanya dan mencintai kita juga. 

Mungkin saja, lewat bencana ini, Allah ingin menegur kita, kalau Allah yang Mahakuasa itu sangat dekat dengan kita. 

Allah menginginkan kita semua untuk Kembali mendekat kepada-Nya. Lewat bencana ini seakan Allah ingin menunjukkan kepada kita, bahwa dialah yang kuasa, dan kita sebagai hambanya ini sangatlah lemah tanpa pertolongan dari-Nya.

Untuk itu, kita semua tau bahwa apa yang dihadapi oleh saudara-saudara kita yang terkena musibah bencana pastinya berat dan sedih. 

Namun tulisan ini sekaligus turut mendoakan dan ikut prihatin, agar saudara-saudara kita yang kehilangan tempat tinggalnya, bisa segera mendapatkan tempat tinggal yang baru. Selain itu, untuk saudara-saudara kita yang telah meninggal akibat bencana gempa bumi di Cianjur, dianugerahkan tempat terbaik di sisi Allah Ta'ala. 

Teringat satu potongan hadits yang diriwayatkan oleh An-nasai' disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "seseorang yang meninggal karena tertimpa reruntuhan gempa termasuk golongan yang mati syahid."

Sungguh, dari musibah ini kita banyak membaca, bahwa kehadiran bencana belum tentu semuanya berdampak buruk, namun pasti ada kebaikan yang terkandung di dalamnya. 

Pada saatnya nanti, kita semuanya akan melihat bahwa segala yang sudah hancur pada saat ini; berupa bangunan, ladang, dan segala macamnya akan kembali menjadi lebih subur dan makmur kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun