Mohon tunggu...
Syukron Albusta
Syukron Albusta Mohon Tunggu... Wiraswasta - www.dokterspiritual.blogspot.com

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. _Pramoedya Ananta Toer_

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Yang Terlupakan dari Demokrasi

19 Juli 2018   00:09 Diperbarui: 19 Juli 2018   00:15 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada  saja orang-orang yang memahami demokrasi dengan penyimpangan-penyimpangan lain, mereka memahaminya tidak sesuai lagi dengan apa yang diajarkan oleh para pendiri bangsa ketika merumuskan Negara Indonesia, ini menjadi PR penting untuk diselesaikan bagi pribadi masing-masing. Sebab, demokrasi yang sebenarnya mengajarkan kepada masyarakat bagaimana menghomati sebuah pendapat, menghargai etika-etika yang ada, tidak hanya bertahan dengan pendapat yang jelas-jelas masih dipertanyakan kebenarannya.

Salah satu contoh misalnya, ketika musyawarah  sering terjadi disebagian tempat yang tidak menghargai sama sekali pendapat peserta rapat, mereka hadir sama saja dengan tidak hadir, jadi pendapat yang dilontarkan tergantung siapa yang paling disegani dalam rapat tersebut, dia seolah-olah presiden rapat dan apapun yang dikatakannya harus disetujui, ini bukanlah pemahaman dari demokrasi sebenarnya.

Jika melihat dari sejarah seorang pemimpin salah satunya Rosulullah SAW, ketika ingin membuat sebuah strategi perang dalam perperangan "Khandak" rosulullah menghargai salah seorang dari sahabat yang mengusulkan dengan menggali parit, orang yang paling disegani tetapi masih mau mendengarkan pendapat orang-orang yang dibawahnya, dan itu bukan hanya saja didengarkan tetapi langsung dikerjakan sesuai dengan pendapat bawahan tersebut.

Demokrasi mengajarkan bagaimana menghargai sebuah pendapat dan mencari yang terbaik dari semua pendapat, bukan mempermanenkan satu pendapat saja, lebih-lebih lagi yang mengusulkan pendapat adalah orang yang biasa-biasa saja, maka sudah pasti tidak didengarkan sama sekali apalagi dikerjakan sesuai dengan yang diusulkan. Maka jika sebuah musyawarah tidak adanya pendapat-pendapat maka itu bukan musyawarah, karena musyawarah untuk memfilter semua pendapat dan mencari yang terbaik dari yang baik.

Mungkin ini sebuah penyakit yang hanya menjangkit dibeberapa tempat saja, sedangkan disebagian tempat kehidupan demokrasi dipahami dengan baik dan diaplikasikan dalam kehidupan, kalau ini yang terjadi terus menerus maka akan mengajarkan kepada generasi anak bangsa kedepannya untuk diam dan mengikut kepada orang-orang yang disegani, ditakuti dan dijadikan sebagai pamor,  dan menjadikan demokrasi hanya seabagi simbol disebuah negara.

Mereka juga memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya, tanpa harus dicekal dengan segala ancaman, dan mereka lupa dengan demokrasi yang sebenarnya sekali lagi saya katakan, demokrasi ini tidak salah, tetapi penerapannya yang sesuai bagi sebagian kalangan, entah itu sebagian sebab dari kemajemukan bangsa Indonesia sehingga harus memahami demokrasi yang tepat dengan kondisi masing-masing.

Tetapi, saya rasa juga tida seperti demikian dengan menelantarkan demokrasi yang selama ini dipahami untuk menaungi sistem sebuah pemerintahan, jika dibiarkan saja maka akan banyak orang yang melakukan penapsiran-penapsiran lain dari yang sebenarnya, yang akhirnya menyalahkan sistem demokrasi itu sendiri, akibat salah penggunaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun